JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendesiminasikan teknologi produksi dan aplikasi Pupuk Organik Hayati (POH) DI 70 KABUPATEN/KOTA. Pupuk berbahan mikroba tersebut saat ini sudah menjangkau 7000 petani dari seluruh Indonesia.
“Formula POH berbasis bahan atau substrat organik lokal yang mudah didapat masyarakat dengan harga terjangkau. Bahan-bahan pembuatan pupuk tersebut, antara lain tauge, gula merah, molase, air kelapa muda, agar-agar, tepung jagung, dan tepung ikan,” ujar peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Sarjiya Antonius di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (21/5).
Teknologi produksi dan aplikasi POH telah disosialisasikan, didesiminasikan dan dipraktikan kepada sekitar 6.000 masyarakat petani di sekitar 70 pemerintah kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Lalu, ia mengatakan produksi pupuk ini sendiri telah mencapai 14.000 liter dengan potensi aplikasi kepada lahan seluas 600 hektare (ha) dalam satu musim.
POH LIPI merupakan pupuk nonaxenic kultur Rizo-mikroba Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT) yang memiliki multibiokatalis dalam menyediakan Nitrogen, Phosfat, Kalium (NPK), zat pengatur tumbuh dan asam-asam organik yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi tanaman dan kesehatan tanah.
Anton mengatakan manfaat utama POH LIPI adalah meningkatkan produksi pertanian secara signifikan. Lalu, tanaman yang menggunakan POH lebih tahan hama penyakit dan meningkatkan kualitas biokimia tanah pertanian.
“Penggunaan POH juga mampu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia 30 hingga 50 persen,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anton mengatakan bahwa teknologi produksi dan aplikasi POH telah diadopsi secara resmi oleh Kabupaten Malinau, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Sangihe.
Selain itu, juga telah diproduksi secara rutin dan mandiri di berbagai kelompok tani dan praktisi di berbagai wilayah Indonesia lainnya.
“Teknologi POH telah dilisensikan secara non eksklusif kepada dua perusahaan POH swasta dan dua perusahaan ‘start-up’ POH,” katanya.
Anton berharap penggunaan pupuk POH yang telah menyebarluas ke masyarakat lewat diseminasi atau sosialisasi lainnya mampu mengubah pola pikir petani akan ketergantungan penggunaan pupuk kimia dan mendorong untuk beralih ke pupuk organik.
Dengan penggunaan pupuk organik hayati, maka keberlangsungan kesuburan lahan pertanian di masa depan dapat terjaga dengan baik, tambahnya.