Desa ini, memang jarang dikunjungi oleh orang dari luar. Paling-paling, orang yang datang merupakan pedagang keliling, atau pejabat pemerintahan yang memang bertugas untuk keliling. Sesekali babinsa melintas, tetapi itupun tak lama.
Orang yang datang pada umumnya enggan, atau bahkan malas untuk berlama-lama di desa ini. Desa terpencil yang berjulukan Lembah Sunyi ini, dikenal menjadi sarang sang pencuri ulung. Nama aslinya tidak ada yang tahu, namun warga setempat sering menyebutnya dengan nama Jaka.
Di desa yang sama juga tinggal seorang Bos Preman lokal yang ditakuti warga, julukannya Bang Jampang. Warga pun tak tahu nama sebenarnya. Panggilan jampang, karena ia tinggal di daerah yang dinamakan Jampang. Dilah yang menugaskan seorang mata-mata bernama Botak. Lagi-lagi, entah ini nama sebenarnya atau bukan. Tak ada yang tahu. Tapi Botak pun merasa bangga mendapatkan perintah atasannya itu, bak seorang prajurit setia yang menjalankan tugas untuk mengawasi Jaka. Kabar burung menyebutkan, Jaka menemukan sebuah logam berharga. Lebih tepatnya, ia mencuri logam berharga yang amat mahal dan bisa untuk hidup tujuh keturunan.
Kabarnya pula, Jaka mendapatkan benda logam berharga itu tidak sengaja. Ia yang sedang lapar, hanya ingin mengambil sebuah karung beras yang dibawa truk yang melintas di jalan “bebas hambatan” di persimpangan jalan di desa tetangga. Ia baru tahu ada benda berharga di dalamnya, ketika karung berisi beras itu di buka di rumah dan dikeluarkan berasnya untuk di masukkan dalam gentong berang. Saat itulah ia kaget dan mendapatkan benda logam berharga yang lalu disembunyikan di sebuah tempat khusus.
Itulah kabar yang tersiar cepat di desa yang sunyi itu. Langsung viral, meski tanpa melalui media massa dan media sosial.
“Targetmu bernama Jaka, seorang petani. Tapi jangan percaya begitu saja,” pesan Bang Jampang sebelum Botak berangkat menjalankan tugasnya.
Tugas Rahasia
Setibanya di Lembah Sunyi, Botak menyamar sebagai seorang pengangguran yang mencari penghidupan baru. Ia berhasil meyakinkan Supanji, sang Kepala Desa untuk membantunya, dan tanpa disangka, Kepala Desa justru membawanya langsung ke hadapan Jaka, yang memang menjadi targetnya! Lebih mengejutkan lagi, Jaka menawarkan Botak untuk tinggal di rumahnya.
Supanji mengatakan, kalau Jaka sering membantu warga dan orang-orang yang datang melintas ataupun tanpa tujuan.
Sebelumnya, Botak mendapat pesan dari Bang Jampang, bahwa Jaka ini pernah bekerja di gudangnya dan mencuri sebuah logam langka. Tugas Botak harus merebut kembali logam tersebut. Awalnya, Botak merasa tugas ini mudah karena ia begitu dekat dengan Jaka. Ia pun sudah tinggal di rumah Jaka. Sudah dibayangkannya, kalau nanti ia akan mendapat medali penghargaan dari Bang Jampang yang memang menjadi penguasa. Dengan medali itu, ia akan berkeliling kampung dan mendapatkan penghormatan dari siapapun orang kampung yang melihatnya. Botak dengan medali penghargaan di dada itu, bukan lagi Botak yang bisa disepelekan. Itulah yang terpikir di kepalanya, ketika Supanji mengantarkan ke rumah Jaka.
Namun, pencarian selama sepekan di rumah Jaka saat ia pergi ke kota untuk membeli alat pertanian, tidak membuahkan hasil. Botak sudah menggeledah setiap sudut rumah, namun logam itu seperti hilang ditelan bumi. Ia betul-betul tak tahu di mana tempat yang dijadikan persembunyian rahasia logam berharga itu.
Pakan berikutnya, Botak terus mengawasi Jaka dengan cermat. Bahkan, ia mencuri dengar, dan mendengar omongan warga kampung kalau Jaka memiliki gudang penyimpanan hasil panen. Botak pun berfikir, kalau logam itu disembunyikan di sana. Ia pun berusaha keras agar bisa ikut Jaka ke gudang. Namun, permintaannya dengan memohon dan merendah itu selalu ditolak Jaka dengan lembut.
Tak ada cara lain, pikirnya. Akhirnya, Botak harus mengakali dua kurir Jaka dengan memberikan obat pencahar pada makanan mereka. Kalau itu terjadi, ada kemungkinan dia bisa menggantikan tugas mereka pergi ke gudang. Aksinya mulus sampai di gudang rahasia. Pada penjaga gudang, ia berpura-pura mencari cincin yang hilang, namun pencarian selama berjam-jam tetap nihil. Ini membuatnya makin frustasi dan ingin menyerah.
Mengingat penghargaan yang bakal diterimanya, Botak pun tidak mau menyerah. Ia terus mengamati Jaka setiap hari. Dua pekan kemudian pun, sudah berlalu tanpa petunjuk yang jelas. Total, ia sudah hampir dua bulan tinggal di rumah itu. Tak satupun petunjuk yang bisa dijadikan pegangan. Kekhawatiran gagal menjalankan tugas membuatnya ingin menjalankan strategi lain.
Hingga suatu hari, Jaka terlihat sakit parah. Ia batuk terus-menerus dan bahkan muntah. Pada hari itu, seluruh warga desa berkumpul di rumah Kepala Desa untuk acara selamatan. Di tengah keramaian, Botak melihat Jaka duduk sendirian dengan wajah pucat. Tiba-tiba, Jaka jatuh tersungkur dengan batuk hebat yang tak ada hentinya. Dari mulutnya, Jaka mengeluarkan darah. Ada yang lebih mengejutkan lagi, celananya basah oleh cairan hitam yang sangat bau.
Semua orang berfikir ini akibat guna-guna. Namun Supanji segera menghubungi kenalannya di puskesmas tetangga untuk meminta bantuan mobil ambulans. Ketika ambulans datang, Jaka langsung di bawa ke puskesmas. Botak pun ikut mendampingi Jaka bersama dua orang anak buah Jaka yang juga sama-sama bekerja di gudang milik Jaka.
Di dalam ambulans, petugas medis memeriksa Jaka dan menemukan logam yang dicari Botak selama ini. Benda itu terselip di antara kotoran Jaka! Ternyata, Jaka menyembunyikan logam itu di dalam perutnya dan menelannya kembali setiap kali logam itu keluar saat buang air besar. Pantesan saja, ia tak menemukan dimana logam itu disembunyikan selama ini. Ia pun menepuk jidat dan kagum dengan cara Jaka. Tak sengaja, mulutnya bergumam kekaguman.
Setelah sampai di rumah sakit, barulah Botak mengetahui kebenaran yang menjijikkan itu. Namun, itu artinya tugasnya akan segera berakhir.
Namun, ketika itu Botak tak punya keberanian untuk bertindak. Karena saat di ambulans, dua orang anak buah Jaka juga ikut mendampingi dan segera mengambil benda itu. Mereka membersihkan dan menyimpannya dnegan hati-hati. Semua diperhatikan dengan seksama oleh Botak.
Setelah kejadian di ambulans dan terungkapnya cara Jaka menyembunyikan logam curian itu, Botak merasa lega sekaligus jijik. Ia segera menghubungi Bang Jampang untuk melaporkan keberhasilan temuannya itu, meski ia belum bisa mengambil benda itu. Bang Jampang sangat senang mendengar kabar tersebut dan memerintahkan Botak untuk segera kembali ke markas dengan membawa logam itu. Sebuah hal yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling.
Tak ada cara lain, ia pun harus menipu Bang Jampang. Toh dia tak tahu wujud benda itu seperti apa. Sebelum pamit dari rumah Jaka, Botak sempat membuat benda yang mirip dengan milik Jaka. Benda itu dibuatnya dari lempengan kuningan besar yang ditemukannya di kebun ketika mencangkul. Ia pun membersihkan kuningan itu, dililit benang hitam, kemudian dibungkus kain putih dan dipercikkannya air mawar yang harum. Kemudian dimasukkan dalam plastik hitam. Benda inilah yang akan diserahkan Botak pada Bang Jampang.
Setibanya di markas, Botak pun menyerahkan “logam temuannya” tersebut kepada Bang Jampang. Bang Jampang memeriksa logam itu dengan seksama, memastikan keasliannya. Meski sesungguhnya ia pun tak tahu, bagaimana wujud keaslian benda itu. Setelah yakin, ia memberikan sejumlah uang kepada Botak sebagai imbalan atas tugasnya. Tak lupa, ia pun menyemat benggol penghargaan di dada Botak bersamaan penyerahan uang itu. Botak pun menerima semua itu dengan perasaan campur aduk. Ia senang telah menyelesaikan “tugasnya”, tetapi juga masih terbayang-bayang cara Jaka menyembunyikan logam itu, sekaligus hasil rekayasanya.
Sementara itu, Jaka dirawat di rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan dan perawatan, dokter menemukan bahwa tindakan Jaka menelan logam itu telah menyebabkan infeksi parah di saluran pencernaannya. Jaka harus menjalani operasi dan perawatan intensif untuk memulihkan kondisinya.
Setelah beberapa minggu, Jaka akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia kembali ke Lembah Sunyi, tetapi keadaannya sudah jauh berbeda. Ia tidak lagi menelan logam curian itu dan harus berurusan dengan masalah kesehatan akibat tindakannya sendiri. Warga desa pun memandangnya dengan pandangan yang berbeda, sebagian merasa kasihan, sebagian lagi merasa jijik dengan caranya menyembunyikan logam itu.
Botak sendiri setelah menerima upahnya dari Bang Jampang, memutuskan untuk meninggalkan dunia mata-mata. Pengalaman yang ia alami di Lembah Sunyi, terutama melihat kondisi Jaka, membuatnya sadar bahwa pekerjaan itu tidak cocok untuknya. Ia ingin mencari pekerjaan yang lebih tenang dan bermakna. Ia pun menggunakan uang yang diterimanya untuk memulai usaha kecil di kota lain, berharap bisa memulai hidup baru yang lebih baik. Ia pun melupakan rasa bangga yang bisa ditimbulkan dari benggol penghargaan Bang Jampang di kampungnya. Satu hal yang dipikirkannya, ia pergi menjauh sejauh-jauhnya. Khawatir, Bang Jampang mengetahui akal-akalannya.
Namun hanya Jakalah yang tahu logam itu sebetulnya apa. Logam yang dicuri Jaka tidak sengaja itu, memang bukanlah logam sembarangan. Ia merupakan sebuah artefak kuno yang terbuat dari meteorit langka bernama “Stardust”. Meteorit ini jatuh di wilayah pegunungan terpencil ratusan tahun lalu, dan hanya beberapa fragmen kecil yang berhasil ditemukan. Stardust diyakini mengandung unsur-unsur yang belum dikenal dan memiliki sifat konduktivitas yang luar biasa. Konon, ia bisa menyimpan dan mengalirkan energi dalam jumlah besar. Artefak yang dicuri Jaka berbentuk lempengan kecil dengan ukiran simbol-simbol misterius.
Tapi, lagi-lagi itu hanyalah karangan Jaka saja. Ia pun akhirnya berhasil menjual benda itu dengan harga sangat mahal dari seorang yang mengaku sebagai kolektor benda kuno. Dari hasil penjualan itulah, Jaka pun memperluas lahan garapan dan sawahnya. Inilah yang makin memantapkan posisinya di desa Lembah Sunyi.