32.5 C
Jakarta

LRB/MDMC DIY Gelar Rapat Kerja Pimpinan, Ini Harapan Ketua PWM dan Ketua LRB Pusat

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Lembaga Resiliensi Bencana (LRB)/MDMC PWM Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Rapat Kerja Pimpinan bertempat di Tarumini Humanitarian Center, Ahad (11/6/2023). Acara ini dihadiri langsung oleh Ketua LRB/MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budi Setiawan dan Wakil Ketua PWM membidangi LRB dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad, M.Kes.

Budi Setiawan dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan LRB/MDMC adalah sebuah kegiatan yang dibingkai dalam aturan organisasi. “RAKERPIM sebagai bagian tidak terpisahkan dalam rangkaian benang merah atau benang hijau hasil Muktamar, yang diturunkan dalam Musyawarah Wilayah (MUSYWIL) Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai rujukan dan kemudian diwujudkan dalam program kerja majelis dan lembaga melalui Rapat Kerja Pimpinan (RAKERPIM),” katanya.

LRB Pusat telah melaksanakan RAKERPIM dan akan melaksanakan RAKERNAS yang kemudian akan mendetailkan program yang diturunkan dalam rakerwil nanti. Organisasi adalah yang mempercepat pelaksanaan program tersebut dengan terkontrol dan termonitor sehingga bisa dilakukan evaluasi sehingga program selanjutnya akan berjalan semakin bagus. Salah satu rujukan RAKERPIM adalah keputusan Muktamar Muhammadiyah dan Musyawarah Wilayah (MUSYWIL) yang akan menjadi sebuah program.

Dari beberapa surat Al-Maidah ada ayat 8 yang artinya: “Allah memerintahkan orang beriman untuk selalu menegakkan dan menjadi saksi dengan adil” Qisthi dalam alquran berarti adil yaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya. MDMC berpegang teguh pada apa yang diajarkan KHA Dahlan “Hajatnya PKO Itu Menolong Kepada Segala Manusia Dengan Cara Islam Tanpa Bermaksud Membelah Agama Dan Sukunya”. Maka siapapun itu meskipun berbeda agama dan suku ketika membutuhkan pertolongan harus ditolong. Ini merupakan bagian dari konteks adil, meletakkan pada tempatnya dengan memberikan apa yang mereka butuhkan.

“Dalam bencana kita membuat program dalam konteks berbasis agama. Ketika membuat sumur di Cianjur susah sekali sebagai sumber kebutuhan bagi masyarakat. Adanya tempat ibadah tanpa ketersediaan air adalah omong kosong. Harapan beliau muncul langkah spesifik dan Strategis DIY serta peningkatan kapasitas yang menjadi kebutuhan mutlak untuk memberikan layanan yang berkualitas. Semoga bisa menjadi wadah kegiatan dan bingkai organisasi di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah DIY,” imbuhnya.

Indrayanto, Ketua LRB/MDMC PWM DIY dalam laporannya menjelaskan bahwa hasil pertemuan ini merupakan bekal pimpinan wilayah untuk bertemu dengan pimpinan daerah. Kepengurusan LRB/MDMC DIY berjumlah 39 orang dan mengakomodir dari perwakilan ORTOM, Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah, dan Rumah Sakit Muhammadiyah yang ada di DIY.

Struktur yang disusun oleh LRB/MDMC DIY ada sedikit yang berbeda dari MDMC PP Muhammadiyah. Kalau di pimpinan pusat ada Jaringan dan Kerjasama (JAKERS) di DIY tidak ada dan diganti dengan Logistik dan Peralatan (LOGPAL). Struktur yang dibuat dengan struktur siaga, mengingat potensi ancaman di DIY ada 14, sehingga kedepan peran DIY di daerah akan lebih banyak.

“Jika melihat pembicaraan di RAKERPIM PP bahwa Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai tulang puggung di Nasional dan internasional melalui EMT, maka DIY mempersiapkan diri untuk menjawab kepercayaan tersebut,” pungkasnya.

dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad, M.Kes menyampaikan bahwa LRB DIY yang menjadi tumpuan andalan sebagaimana yang disampaikan oleh Indrayanto, maka harus bersiap diri untuk memenuhi segala yang dibutuhkan. Hasil MUSYWIL yang sudah di-Tanfidzkan selaras dengan hasil muktamar Muhammadiyah di Solo. Maka rapat kerja pimpinan ini akan mem-breakdown hasil tanfidz MUSYWIL Muhammadiyah DIY secara detail.

Tanggal 24 – 25 akan dilaksanakan RAKER Wilayah untuk menyusun program kerja. Program kerja unggulan yang akan dipresentasikan di RAKER Wilayah untuk saling mengkaitkan antar majelis dan lembaga. Sehingga dari raker ini diharapkan akan keluar kegiatan detail yang dibawa ke Raker Wilayah tersebut.

Sesuai dengan namanya (LRB), maka membangun ketangguhan di masyarakat berawal dari personal LRB yang tangguh secara fisik dan mental serta spiritual. Sehingga dari perubahan nama ini menjadi program kerja internal dan eksternal. Diinternal menyiapkan personil yang tangguh dan terampil dalam mengantisipasi potensi bencana.

“Semoga program kerja yang disusun bukan hanya narasi dalam sebuah buku yang kita sendiri tidak tahu implemetasinya. Maka perlu adanya indikator keberhasilan yang terukur dari setiap program yang dirancang. Faeshol berharap komitmen ini tidak hanya diawal namun hingga akhir periode sehingga dapat melaksanakan semua program yang telah disusun dengan penuh keikhlasan dan paripurna,” tutup Faeshol.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!