SOLO, MENARA62.COM – Kisah inspiratif datang dari Mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Maaliki Istiqlal Amuskan yang menorehkan prestasi di kancah internasional dengan membawa pulang Medali Emas pada ajang Kejuaraan International Indonesian Student Pencak Silat Open Championship 2024.
Maaliki jadi satu-satunya dari mahasiswa yang berasal dari Fakultas Psikologi UMS, selain Kirana Tias Savitri (medali emas) dan M. Iqbal Saputra (medali perunggu) dari prodi pendidikan jasmani yang menorehkan prestasi tersebut.
Mahasiswa baru tersebut secara resmi akan menjadi mahasiswa UMS setelah mengikuti MASTA PMB 2024 yang dilaksanakan pada Agustus mendatang. Dalam masa peralihan ini, Maaliki yang telah lulus dari sekolah menengah atas kemudian mewakili tempat belajar barunya yaitu UMS untuk mengikuti perlombaan International Indonesian Student Open Championship itu.
Dekan Fakultas Psikologi Prof. Taufik, S.Psi., M.Si., Ph.D., menyampaikan apresiasinya atas torehan yang diraih oleh Maaliki yang merupakan mahasiswa baru dari Prodi Psikologi UMS.
Menurutnya, UMS memiliki mekanisme rekrutmen calon mahasiswa baru dari jalur prestasi sehingga mereka yang jalur-jalur prestasi ini diprioritaskan untuk menjadi bagian dari mahasiswa UMS. Sebelumnya, juga terdapat mahasiswa dari PGSD UMS yang juga meraih prestasi dengan membawa nama baik UMS meskipun belum mengikuti MASTA.
“Ini Alhamdulillah Maaliki juga sama, bahkan dia langsung gaspol itu pertama langsung menghadapi pemenang olimpiade kan ya dan dia menang. Ini hal yang menggembirakan karena kita bisa mendapatkan bibit unggul untuk Prodi Psikologi sehingga dia nanti bisa menarik gerbong kejuaraan di tingkat nasional dan internasional,” ungkap Dekan Psikologi UMS Jumat (26/7/2024).
Taufik berharap, tidak hanya Maaliki tetapi juga tumbuh yang lain-lainnya. Selain itu tidak hanya dari kejuaraan pencak silat tapi juga dari berbagai cabang yang lainnya, sebagaimana dulu UMS sempat jaya di cabang basket.
Maaliki menceritakan perjalanannya dalam mendapatkan prestasi tersebut. Dia mulai bergabung dengan Tapak Suci saat kelas 2 SD karena adanya peraturan sekolah yang mewajibkan untuk mengikuti ekstrakurikuler. Pada mulanya, Tapak Suci hanya menjadi pengisi waktu saja namun kemudian setelah mengikuti kejuaraan dan berhasil memenangkan perlombaan menjadi hal yang sangat dia sukai dan diperjuangkan.
“Dari SD dia tidak terkalahkan hingga kemudian sewaktu di SMA, dia baru merasakan kekalahan ketika melawan pendekar dari Kendal. Jadi karena perpindahan remaja ke dewasa berbeda banget, apalagi di situ masih umurku itu mau ke-17, jadi baru 16 mau ke-17,” ungkapnya.
Dia sempat merasa ingin berhenti dari dunia silat karena pada saat pandemi Covid-19, Ayah dari Maaliki yang juga merupakan dosen di UMS meninggal dunia. Sehingga menjadikannya tidak memiliki semangat untuk bertanding lagi.
“Niatnya nggak mau lanjut silat lagi, mau istirahat karena ya nggak ada bapak, kayak semangatnya hilang gitu. Namun kemudian diingatkan oleh Ibunya untuk tetap mengikuti pelatihan yang diadakan di Semarang seperti pesan Sang Ayah untuk tetap mengikuti silat,” kata Maaliki.
Kemudian selang beberapa waktu, dia mendapatkan tawaran dari Nur Subekti, S.Pd., M.Or yang merupakan dosen di Pendidikan Jasmani UMS untuk mendaftar saja ke UMS melalui seleksi jalur beasiswa prestasi. Kemudian Maaliki merespon hal tersebut dan mendaftarkan diri hingga akhirnya lolos seleksi beasiswa.
“Akhirnya keputusan nih daftar kuliah di ums soalnya kan di ums juga silatnya juga didukung terus apa juga alatnya juga tak mumpuni lah kayak bagus gitu lah, rekomendasi juga di UMS,” jelasnya.
Dia berharap, setelah memenangkan medali emas dia bisa lolos pada seleksi Nasional Timnas Pencak Silat. Selain itu, setelah menjadi mahasiswa UMS, dia ingin bisa semakin berprestasi lagi.
“Saya selalu mengingat sebuah pesan yang kemudian menjadi motto hidupnya. Seorang juara itu mencari solusi, tapi seorang pecundang pasti mencari alasan,” ungkapnya.
Menurutnya, seorang juara itu mencari solusi dilakukan dengan menjalani latihan tambahan, tetapi jika seorang pecundang pasti mencari alasan dengan seperti bertingkah malas-malasan. (*)