32.1 C
Jakarta

Mahasiswa FT UMS Dorong Kemandirian Pangan Lewat Sekolah Perempuan Smartani Jati di Sukoharjo

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Pemberdayaan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Averroes Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (FT UMS) kembali menggelar kegiatan Sekolah Perempuan Smartani Jati sebagai inovasi praktis dalam memanfaatkan potensi lokal secara berkelanjutan. Kegiatan ini diselenggarakan di Desa Jati, Kecamatan Gatak Sukoharjo.

Smartani Jati merupakan bentuk nyata sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat dalam membangun ketahanan pangan secara mandiri dan berdaya melalui pemberdayaan perempuan. Pada sesi kedua Sekolah Perempuan Smartani Jati, mengusung tema “Kemandirian Pangan Keluarga dan Komunitas”, berfokus pada peran strategis perempuan sebagai agen perubahan di tingkat keluarga maupun komunitas.

Ketua pelaksana, Muhammad Nauval Insani menyampaikan tujuan utama kegiatan ini adalah penguatan kualitas masyarakat, khususnya perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Seruni.

“Melalui keberlanjutan kegiatan Sekolah Perempuan Smartani Jati, diharapkan peserta dapat mengembangkan kemampuan dan inovasi dalam bidang pangan, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi keluarga berbasis potensi lokal,” harap ketua pelaksana itu, Senin (6/10).

Nauval menegaskan, melalui optimalisasi sumber daya lokal tepat guna tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui solusi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah.

Kegiatan tersebut menghadirkan Muhammad Amri, S.E, M.Si, M.Pd., sebagai narasumber utama. Dalam sesi pemaparan, ia yang menyoroti urgensi perempuan dalam mewujudkan kemandirian pangan. “Melalui keterlibatan aktifnya dalam pengelolaan sumber pangan, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang mampu memperkuat ketahanan pangan dari tingkat rumah tangga hingga masyarakat desa,” jelasnya.

Menurut Amri, dalam tingkat keluarga, perempuan berperan dalam menanam berbagai jenis tumbuhan, dan tanaman hermal, serta mengatur pola konsumsi pangan agar lebih sehat dan beragam. Sementara itu, di tingkat komunitas, perempuan yang tergabung dalam KWT berperan dalam menggerakkan kegiatan pertanian produktif, mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah, serta menciptakan peluang ekonomi baru bagi anggota kelompok.

“Di Desa Jati, kemandirian pangan dapat dikembangkan melalui pemanfaatan kearifan lokal yang sudah ada. Potensi sumber daya alam seperti singkong, sereh, pisang, dan bayam brazil dapat diolah menjadi produk khas yang menjadi identitas dan kebanggaan KWT. Misalnya, hasil panen bisa diubah menjadi minuman herbal, keripik, tepung, atau produk olahan lainnya yang memiliki nilai jual tinggi,” ungkap Amri.

Lebih lanjut, Amri menekankan bahwa inovasi ketahanan pangan ini tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga memperkuat citra desa sebagai komunitas mandiri dan kreatif.

“Melalui dukungan pemerintah desa dan kerja sama antaranggota KWT, perempuan dapat terus mengembangkan kemampuan dan inovasi mereka dalam mengelola pangan lokal. Upaya tersebut berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan karena memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem,” tambahnya.

Melalui Sekolah Perempuan Smartani Jati itu, diharapkan mampu menjawab isu ketahanan pangan nasional dan memberdayakan perempuan sebagai pilar utama pembangunan berkelanjutan.

“Dengan demikian, perempuan menjadi motor penggerak utama dalam menjaga ketersediaan pangan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, serta membangun kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal yang berakar pada nilai-nilai dan kearifan Desa Jati,” tutur Amri. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!