28.3 C
Jakarta

Mahasiswa ITS PKU Tes Rapid Antibodi Sebelum Lakukan Praktik di Kampus

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM– Kuliah praktik sudah digelar oleh ITS PKU Muhammadiyah Surakarta secara tatap muka atau luar jaringan (luring). Sebab Covid-19 masih mewabah, mahasiswa harus rapid antibodi di kampus sebelum mengikuti kuliah praktik.

“Sejak pertama kali kuliah secara luring. Mahasiswa harus tes rapid antibodi terlebih dahulu. Awalnya mahasiswa datang, cuci tangan. Kemudian cek suhu lalu langsung dinaikkan ke lantai tiga. Dengan 20 mahasiswa per ruangan yang luas dan tersedia handsanitizer. Tak lupa harus tetap menjaga jarak sebagai penerapan social distancing. Juga harus pakai masker bedah,” ungkap Kepala Program Studi S1 Keperawatan Yuli Widyastuti, Jum’at (4/6).

Selanjutnya, mahasiswa bakal dialokasikan selama sejam. Ketika nanti ada yang reaktif akan langsung lanjut ke antigen. Ini sebuah antisipasi agar tidak terjadi klaster yang baru. Jadi, sudah dilakukan screening dari awal.

“Dulu pernah kejadian, rapid antibodinya reaktif. Lalu kami tes rapid antigen. Alhamdulillah, hasilnya negatif. Intinya kami harus melakukan rapid antibodi sebelum melakukan event besar seperti kuliah praktik secara luring. Yakni yang isinya melebihi 10 mahasiswa. Kemudian kami ketemu mahasiswa juga tidak terlalu lama. Dari jam 8 hingga 12 pagi. Itupun pastinya dengan protokol kesehatan (prokes) ketat,” bebernya.

Di sisi lain, kuliah praktik yang saat ini digelar yakni kegiatan pembekalan patient safety, bantuan hidup dasar (BHD), cuci tangan, dan penggunaan alat pemadam api ringan (APAR). Diikuti oleh 167 mahasiswa dari empat prodi. Di antaranya prodi SI Keperawatan, D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, dan S1 Gizi. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari pada 2-4 Juni. Hari pertama untuk konsep teori patient safety. Kemudian dua hari berikutnya digunakan untuk skill. Tentang BHD, cuci tangan, dan penggunaan APAR.

“Ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh instusi yang akan memberangkatkan mahasiswanya ke praktek klinik. Seperti rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain. Yang dibekalkan merupakan hal yang harus diketahui oleh semua orang yang berada di rumah sakit. Apalagi seorang tenaga kesehatan,” tambahnya.

Untuk teorinya, berkaitan dengan infeksi. Kemudian bagaimana ketika ada sebuah gempa atau bencana lain. Apa yang harus dilakukan. Lalu evakuasinya bagaimana. Juga bagaimana agar tidak terjadi infeksi nosokomial dari tenaga kesehatan ke pasien atau sebaliknya.

“Untuk praktek, untuk BHD itu contohnya bagaimana cara menolong ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Atau bagaimana jika ada orang tidak sadarkan diri. Nanti tekniknya itu ada resusitasi jantung paru. Ada juga pengecekan nadi dan jalan napas. Intinya, menyelamatkan kebutuhan vital manusia untuk pernafasan dan jantung. Itu sangat penting. Bahkan orang awam harus diajari apalagi yang di rumah sakit. Sebab banyak kasus yang tidak dapat diprediksi,” jelasnya. (tg)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!