SOLO, MENARA62.COM – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mencetak prestasi membanggakan di tingkat nasional. Tim Program Kreativitas Mahasiswa – Kewirausahaan (PKM-K) UMS sukses meraih pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) tahun 2025.
Melalui inovasi ramah lingkungan bertajuk “Greenspare Pellets”, tim ini berhasil mengubah limbah kulit bawang merah, daun sirih, dan kulit pisang menjadi solusi pertanian modern yang praktis, efisien, dan berkelanjutan.
Tim PKM-K ini terdiri dari empat mahasiswa lintas jurusan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, mereka adalah Indah Hapsari Ningsih (Ketua) dan Rachmah Amalia Jajuli dari Pendidikan Biologi, Nadhifa Ananta Puri dari Teknik Kimia, dan Dwi Rahmawati dari Akutansi. Kegiatan ini dibimbing oleh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS, Endang Setyaningsih S.Si., M.Si.
Inovasi ini merupakan wujud penerapan semangat kewirausahaan berbasis lingkungan yang diusung oleh tim PKM-K UMS. “Produk ini lahir untuk menjawab meningkatnya minat masyarakat terhadap urban farming sekaligus mendukung praktik pertanian berkelanjutan melalui pemanfaatan limbah organik rumah tangga,” kata Indah, Senin (13/10).
Greenspare Pellets menjadi terobosan baru karena menggabungkan tiga fungsi utama sekaligus, yaitu media tanam, pupuk organik, dan insektisida alami menjadikannya praktis dan efisien digunakan bahkan di lahan terbatas. Menurut Indah Hapsari Ningsih, selaku ketua tim PKM-K Greenspare Pellets, ide ini lahir dari keresahannya terhadap banyaknya sampah organik rumah tangga yang belum dimanfaatkan secara optimal.
“Kami ingin mengubah limbah menjadi hal bermanfaat. Dari kulit bawang merah, daun sirih, hingga kulit pisang semua ini kami olah jadi bola kecil yang siap pakai sebagai media tanam,” ujarnya.
Produk ini diproduksi di Boyolali, Jawa Tengah, menggunakan sistem home industry dengan pembagian tugas antaranggota yang terorganisir, mulai dari produksi, desain kemasan, hingga promosi digital.
“Greenspare Pellets tidak hanya membantu masyarakat bercocok tanam, tapi juga mendukung gaya hidup zero waste,” tambah Rachmah Amalia Jajuli, selaku anggota tim.
Dari sisi ekonomi, usaha ini dinilai memiliki potensi tinggi. Dengan biaya produksi rendah dan bahan baku yang mudah diperoleh, tim ini memperkirakan balik modal dapat dicapai dalam dua bulan. Selain itu, mereka berencana mengembangkan edukasi lingkungan dan workshop pertanian organik untuk memperluas manfaat produk ke masyarakat.
Setiap tahapan produksi dilakukan dengan menjaga kebersihan, konsistensi, dan standar kualitas produk. Kemasan Greenspare Pellets dibuat dari standing pouch craft berlabel ramah lingkungan, tersedia dalam tiga ukuran: 50 gram, 100 gram, dan 200 gram. Untuk pemasaran, tim memanfaatkan berbagai platform digital seperti Instagram(@greenspare.pkmk_), TikTok (@greensparepkmk), Shopee, dan WhatsApp Business, serta promosi langsung kepada masyarakat dan komunitas urban farming di wilayah Solo Raya.
Menurut Endang Setyaningsih S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing PKM-K Greenspare Pellets, inovasi mahasiswa ini menunjukkan bahwa ide sederhana bisa menjadi solusi nyata jika dikembangkan dengan riset dan kerja tim yang baik.
“Saya melihat semangat dan konsistensi tim ini luar biasa. Mereka tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga pada nilai keberlanjutan dan edukasi lingkungan yang diusung,” ujar Endang.
Inovasi ini, lanjutnya, juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 12 (Responsible Consumption and Production) dan 13 (Climate Action). Melalui semangat kewirausahaan dan kepedulian lingkungan, tim PKM-K UMS berharap Greenspare Pellets dapat menjadi inspirasi generasi muda untuk berinovasi dan berwirausaha secara berkelanjutan. (*)

