25 C
Jakarta

Mahasiswa UMY Merahkan Aksi ‘Gejayan Memanggil’

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Jumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan jaket almamater warna abu-abu, disebut-sebut mendominasi aksi damai dengan tagar #GejayanMemanggil. Tetapi, kehadiran barisan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dengan jaket almamater warna merah marun, tampak tak kalah dominan untuk menggetarkan Kota Gudeg dengan aksi “kontra kebijakan pemerintah” itu.

Selepas tengah hari, Senin (23/9/2019), ribuan mahasiswa UMY bergerak dari kampus mereka di Jalan Brawijaya. Sebelum menuju pusat titik kumpul di kawasan Jalan Gejayan, mereka sempat melintas di gedung Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah di Jalan Cik Ditiro.

Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Yogyakarta siang ini mulai bergerak. Mereka bergabung dengan elemen rakyat, memenuhi seruan aksi damai akbar dengan pusat titik kumpul di kawasan bersejarah, Jalan Gejayan.

Massa mahasiswa dengan mengenakan almamater masing-masing, tampak bergerak dari arah sekitar sepuluh kampus perguruan tinggi di Kota Gudeg itu. Dengan mengusung berbagai spanduk dan poster gugatan terhadap persoalan rezim sekarang, mereka antara lain mahasiswa UGM, UMY, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia (UII), dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Elemen buruh tampak ikut bergabung dengan kelompok mahasiswa. Aksi itu pun menyeru masyarakat umum untuk ikut bergerak. “Mahasiswa dan rakyat bergabung,” seru mereka.

Aksi dengan tagar #GejayanMemanggil, dirancang dengan pola long march mulai pukul 13.00 WIB. “Datang, suarakan, lawan!” demikian bunyi seruan yang disebar memalui medsos.

Alasan aksi tersebut, pemerintah dianggap semakin memojokkan rakyat melalui Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), revisi Undang-Undang (UU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), RUU Ketenagakerjaan, dan RUU Pertanahan. Pemerintah juga dianggap telah melakukan kriminalisasi aktivis di berbagai sektor, tidak serius dalam menagani isu lingkungan, dan tak kunjung mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).

Pilihan Jalan Gejayan sebagai pusat titik kumpul, karena memiliki nilai sejarah dalam perjuangan reformasi menumbangkan rezim Orde Baru. “Gejayan di tahun 1998 menjadi saksi perlawanan mahasiswa dan masyarakat Yogya terhadap rezim yang represif. Di tahun 2019, Gejayan kembali memanggil jiwa-jiwa yang resah karena kebebasan dan kesejahteraannya terancam oleh pemerintah,” demikian disebutkan dalam seruan aksi.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!