30.3 C
Jakarta

Mahmut Dianto: Lebih Enjoy Menjadi Guru Karena Platform Merdeka Mengajar

Baca Juga:

LOMBOK TIMUR, MENARA62.COM – Mengenal Platform Merdeka Mengajar (PMM) adalah sebuah anugerah bagi Mahmut Dianto, Guru SMP Islam Assunnah Bagik Nyaka, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Bagaimana tidak, karena sejak mengenal platform tersebut, Mahmut dapat membawa suasana belajar di kelas menjadi lebih bersemanat, siswa lebih responsif dan proses pembelajaran pun menjadi menggembirakan. Ia kini merasakan bagaimana nikmatnya menjadi seorang guru yang professional, kreatif dan bebas berinovasi.

Platform Merdeka Mengajar memberikan kesempatan bagi Mahmut mengubah mindset tentang proses pembelajaran. “Dulu saya mengajar dengan gaya-gaya lama, gaya konvensional, anak didik tugasnya mendengarkan guru, mencatat dan menuruti apa kata guru. Tidak ada kesempatan bagi anak didik untuk berdiskusi atau berinisiatif dalam proses pembelajaran,” ujar Mahmut.

Dijumpai di sekolah tempatnya mengajar, Mahmut yang kini mengelola Komunitas Guru Gaptek (Gesit Aktif Pinter Teknologi) dengan followers berjumlah sekitar 8.160 orang dari seluruh Indonesia mengaku aktivasi terhadap PMM dilakukan sejak platform belajar bagi guru tersebut diluncurkan oleh Kemendikbudristek sebagai bagian dari Merdeka Belajar Episode 15.

“Sebagai guru yang mengajar pada era sekarang, pada era teknologi digital, saya khawatir tidak bisa menghadapi tantangan perubahan zaman, tantangan perubahan paradigma pendidikan,” katanya.

Kekhawatiran tersebut sangat beralasan. Sebab sumber belajar yang bisa diakses oleh siswa semakin hari semakin banyak dan beragam terutama melalui teknologi inoformasi. Media social dan platform belajar mulai dari yang gratis hingga berbayar bisa diakses oleh siswa dengan mudah.

Jika siswa sudah mendapatkan sumber belajar yang sedemikian banyak, bagaimana guru mengambil peran? Bagaimana siswa tertarik dan gembira untuk tetap belajar di ruang kelas?“Saya ingin menciptakan metode pembelajaran yang lebih menarik serta bermakna bagi peserta didik,” ujarnya.

Sebelum mengenal PMM, Mahmut mengaku termasuk guru yang mengadopsi gaya belajar yang cenderung berpusat pada guru sebagai sumber utama kegiatan belajar. Mindset yang demikian membuat proses pembelajaran berlangsung kaku karena guru terpaku pada RPP yang telah disusun dan capaian-capaian tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Akibatnya siswa dituntut mendengarkan penjelasan, mencatat dan sedikit sekali terlibat dalam diskusi atau inisiatif pengambilan peran dalam proses belajar di kelas.

“Setelah memanfaatkan PMM sebagai salah satu sumber inspirasi pembelajaran, saya merasa lebih enjoy karena memiliki berbagai referensi belajar yang cukup terkait administrasi pembelajaran serta metode-metode yang digunakan selama pembelajaran di kelas berlangsung,” tambah Mahmut, guru berstatus pegawai yayasan tersebut.

Perubahan gaya mengajar tersebut memiliki dampak positif pada anak didik. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap kendala yang sedang dialami, kelas lebih berwarna karena setiap siswa memiliki peran masing-masing sesuai gaya belajar mereka. Efek dominonya, pada kegiatan assessment juga menjadi bagian yang sangat menarik bagi peserta didik, karena differensiasi produk menjadi bagian yang tak terpisahkan sebagai tolak ukur capaian belajar masing-masing peserta didik.

Dari sekian banyak fitur atau konten yang ada pada aplikasi PMM, Mahmut mengaku paling suka pada konten pelatihan mandiri. Apa sebab? Fitur ini memungkinkan siapa saja dapat belajar secara langsung dari narasumber yang kompeten dibidangnya masing-masing. Setiap topik disajikan secara rinci, diserta contoh dan praktik langsung sehingga mudah dipahami dan dipraktikan kembali oleh pendidik ditempat masing-masing.

“Salah satu tema yang luar bisa menurut saya adalah “Merdeka Belajar” yang mana pada salah satu topik disebutkan bagiamana seorang pendidik mengenali diri dan perannya sebagai pendidik. Satu hal yang selama ini belum pernah saya lakukan,” katanya.

Mahmut sepaham dengan Konsep Merdeka Belajar bahwa sebagai pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sebagai seorang pendidik. “Hal inilah yang selalu mendorong saya untuk terus belajar dan berusaha menjadi seorang pendidik baik untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain khususnya bagi murid-murid di dalam kelas,” tegasnya.

Karena itu, Mahmut mendorong semua guru untuk mengaktivasi Platform Merdeka Mengajar. Gagap teknologi, kendala internet tidak cukup menjadi alasan untuk tidak mengaktivasi Platform Merdeka Mengajar. “Percayalah, Platform Merdeka Mengajar adalah aunugerah bagi semua guru, terutama untuk dapat memahami dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,” kata guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut.

Terhubung Komunitas Guru

Selain kemudahan dalam belajar, manfaat lain yang didapatkan dari platform Merdeka Mengajar kata Mahmut adalah terbukanya kesempatan berjejaring dengan komunitas di luar sekolah atau kesempatan untuk berkontribusi dalam pengembangan isi PMM. Ia misalnya kini telah terhubung dengan sekitar 8160 guru dari seluruh wilayah Indonesia melalui Komunitas Guru Gaptek yang dikelolanya.

Kepala SMP Islam Assunah Bagik Nyaka, Ahmad Yani

Melalui komunitas guru ini kami bisa berdiskusi, belajar bersama, berbagi informasi dan praktik baik yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja secara gratis dan terbuka untuk umum,” lanjutnya.

Komunitas Guru Gaptek kata Mahmut, sejatinya sudah dibentuk sejak tahun 2018. Ide awalnya adalah merangkul guru-guru untuk bersama-sama memecahkan persoalan yang sering dihadapi dalam tugas pembelajaran sehari-hari. Anggota komunitas awalnya hanya 20 orang guru, lalu bertambah menjadi ratusan guru.

Sejak mengikuti lokakarya PMM di Bali, komunitas Guru Gaptek semakin bertambah keanggotanyanya. Guru-guru yang terjangkau oleh komunitas ini pun tidak lagi seputaran Lombok Timur, tetapi meluas dari berbagai wilayah Indonesia.

Menurutnya Platform Merdeka Mengajar adalah aplikasi yang komplit dalam memenuhi kebutuhan seorang pendidik. Secara umum PMM digunakan sebagai sarana pendukung untuk mengupgarde pengetahuan dan keterampilan mengajar seorang pendidik namun PMM juga sebagai media bertukar informasi dan praktik baik bagi guru-guru yang lain.

PMM merupakan sebuah platform yang banyak menginspirasi setiap guru kreatif dimanapun berada. Guru dapat belajar berbagai metode pembelajaran dan ragam perangkat pembelajaran yang relevan sesuai kebutuhan belajar untuk mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka. Selain itu, PMM juga sangat relevan dengan berbagai kebutuhan proses pendidikan yang lainnya.

“Saya merasa lebih percaya diri ketika berada di depan kelas karena memiliki banyak referensi sumber belajar, berbagai modul dan media pembelajaran yang dapat saya adopsi dari PMM secara langsung dengan mudah, murah, cepat dan sangat efektif,” tukas Mahmut.

Sejak terkoneksi dengan PMM, Mahmut sendiri telah membuat beberapa modul ajar sesuai mata pelajaran yang  diampu saat ini dan telah menguploadnya di Menu Bukti Karya. Ia juga mampu mengimplementasikan berbagai model pembelajaran terutama dalam penyusunan RPP differensiasi yang terintegrasi dengan Kompetensi Sosial Emosional.

“Di samping itu juga ada beberapa model pembelajaran game based learning yang saya terapkan di semua kelas yang saya ajar. Para siswa sangat antusias, karena mereka merasa gaya dan kebutuhan belajar mereka terfasilitasi dengan baik. Bahkan tidak jarang diluar kegiatan jam mengajar, mereka secara aktif dan mandiri memberikan respon-respon positif yang tidak terduga, seperti mereka menanyakan rencana pembelajaran berikutnya,” tutup Mahmut.

Kepala SMP slam Assunnah Bagik Nyaka, Ahmad Yani mengakui keberadaan Platform Merdeka Mengajar memudahkan bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya. Karena itu sejak awal diluncurkan PMM, pihaknya telah memfasilitasi guru untuk pelatihan PMM. “Guru-guru kami sejak awal telah mengaktivasi PMM karena ini memang sangat bermanfaat,” tegasnya.

Melalui aktivasi PMM, guru bisa belajar praktik baik pendidikan dari berbagai sekolah, dari berbagai sumber yang ada. Guru juga lebih mudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka yang sudah sejak dua tahun lalu diterapkan di SMP Islam Assunah Bagik Nyaka. “PMM membuat guru-guru kami lebih kreatif, lebih berkompeten dan kelas pun menjadi semakin berwarna,” tambahnya.

Mahmut sendiri merupakan satu dari ribuan guru di Kabupaten Lombok Timur NTB yang sudah mengaktivasi PMM. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur Izzuddin mengatakan dari sekitar 7000 guru yang ada, 85 persen di antaranya telah mengaktivasi aplikasi Platform Merdeka Mengajar.

Menurut Izzuddin, PMM merupakan plafiorm yang wajib untuk diakses oleh guru. Karena melalui plaftform tersebut guru bisa meningkatkan kompetensi, bisa melakukan sharing dengan sesama guru terkait praktik baik pembelajaran, bisa saling support dan belajar materi-materi pembelajaran lainnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!