24.6 C
Jakarta

Makin Sepi Peminat, Musik Tradisi Nusantara Perlu Diberikan Penguatan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Musik tradisi Nusantara semakin sepi peminat. Bahkan sejak tahun 1990-an, musik tradisi Nusantara sudah jarang ‘manggung’ diberbagai upacara adat seperti perkawinan, sunat rosul dan pesta desa. Keberadaan musik tradisi tergeser oleh musik organ tunggal yang tentu lebih banyak memainkan musik pop.

Karena itu, Edy Utama, budayawan dan seniman Sumatera Barat memandang musik tradisi Nusantara sudah sangat mendesak untuk diberikan penguatan dan upaya memajukannya sebagai bagian dari integral dari kebudayaan bangsa.

Hal tersebut disampaikan Edy pada kegiatan Pra Kongres Pembentukan Lembaga Manajemen Kolektif Musik Tradisi Nusantara, Selasa (24/8/2021).

Edy sejak awal tahun 1980-an mengaku senang mendengar pertunjukan- pertunjukan musik tradisi di pelosok Minangkabau, seperti saluang dendang, dikie rebana, rebab, indang, gendang tambua, talempong, sijobang, dendang dalam pertunjukan randai dan berbagai jenis musik tradisi lainnya yang hidup dalam masyarakat Minangkabau. Ia bahkan sering memprakarsai sejumlah even seperti alek nagari (pesta rakyat), dan menjadi inisiator dan kurator untuk dua festival musik, yaitu Sawahlunto International Musik Festival-SIMFes (2010- 2016), dan Padang Indian Ocean Music Festival-PIOMFest (2017-sekarang). Namun sejak 2020 terhenti karena pandemi Covid-19).

Menurut Edy, meski banyak lagu-lagu musik tradisi Minangkabau yang diadopsi tetapi karakternya sudah jauh berbeda. Muncullah istilah talempong goyang, saluang dangdut dan lain sebagainya.

“Untuk menemukan pertunjukan musik tradisi Minangkabau yang sesuai dengan pakem dipakai seniman tradisi, kadang-kadang kita harus masuk lebih jauh lagi ke pelosok, dan itu bisa menghabiskan waktu berjam- jam,” lanjutnya.

Hal yang sama juga disampaikan Bambang Sunarto, Dosen ISI Surakarta. Tak berbeda jauh dengan musik tradisi Minangkabau,  musik tradisi karawitan juga memerlukan peningkatan ketahanan. Peningkatan ketahanan dapat tercapai apabila  dilakukan upaya-upaya pengembangan. Upaya pengembangan akan berfungsi untuk menghidupkan ekosistem karawitan serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskannya. upaya ini perlu dilakukan agar tujuan pemajuan kebudayaan dapat segera tercapai.

Menurutnya pengembangan karawitan harus tepat sasaran, terencana dan terarah. Tidak dapat dilakukan secara global atau gebyah uyah. “Mesti dikenali dimensi- dimensi atau elemen-elemen yang ada di dalamnya,” lanjutnya.

Sementara itu, Marusya Nainggolan, seorang pengamat musik, mengatakan Seni Tradisi merupakan nafas kehidupan yang tak lepas dari kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Kekhasan dan keunikan yang dimiliki dari setiap ragam budaya menunjukkan kekuatan, identitas, sikap, polapikir masyarakat yang terlibat dalam kehidupan masyarakatnya.

“Seni Tradisi menjadi oase bagi proses dalam berkreasi, sebagai materi dan sumber inspirasi yang tidak terbatas nilai dan keunikannya,” katanya.

Menurut Marusya,  seni tradisi  khususnya musik sangat berpengaruh dalam proses kehidupan kreativitas seiman, musisi dunia, Asia, Indonesia, menembus batas berbagai latar belakang suku, agama, adat isitiadat dan usia.

Amin Abdullah, Direktur Musik, Film dan Animasi berpandangan bahwa musik itu politik, yang meliputi politik etis di zaman kolonial, kesenian sebagai bagian dari revolusi di zaman orde lama, kesenian adi luhung di zaman orde baru, ekonomi kreatif di zaman reformasi berpengaruh pada  pembentukan musik. Dengan pertautan defini : tradisi lisan meliputi, segala hal yang di transmisikan melalui tuturan meliputi, yang beraksara dan yang tak beraksara.

Pra Kongres tema 4: Kebutuhan Pengembangan bertujuan membahas pengembangan secara kekaryaan dan kelembagaan, teknologi, pembinaan pengguna musik tradisi. Beberapa rekoemndasinya adalah pertama memberi ruang proporsi dan pelindungan musik tradisi nusantara pada ekosistem yang melingkupiny. Kedua meletakkan sumber kesenian tradisi dalam konteks karya yang bersifat inovatif, modifikasi, dan komodifikasi.

Kemudian rekomendasi ketiga adalah perlunya sinergitas Pentahelix/lima baling-baling (Pemerintah, Komunitas, Pers/Media, Pelaku Bisnis, dan Akademisi) dalam menjaga ekosistem dan pengembangan musik tradisi nusantara. Dan ke empat, elemen musik tradisi sebagai sumber kreatifitas penciptaan produk kreatif akan membuat faktor pembeda sekaligus pengambilan posisi musik Indonesia dalam kontestasi musik dunia

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru (PMMB) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra sebelumnya mengemukakan pra kongres merupakan kegiatan sebagai tindak lanjut arahan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim untuk menyusun kebijakan tata kelola perlindungan kekayaan intelektual bagi musikus tradisi Nusantara.

“Pra kongres akan membahas permasalahan yang mendasar, dan mencari solusi cara mengatasinya, terutama pada musik tradisi Nusantara,” katanya.

Kegiatan Pra Kongres akan berlangsung hingga 30 Agustus 2021 dengan menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!