LOMBOK- Jumlah korban luka akibat gempa di Lombok NTB mencapai ribuan orang. Data Dinas Kesehatan Propinsi NTB, tercatat 5.920 orang luka-luka dan 377 orang meninggal dunia.
Untuk memaksimalkan layanan kesehatan, pemerintah mengoperasikan seluruh rumah sakit yang masih bisa difungsikan, ditambah RS lapangan dan RS Terapung Ksatria Airlangga di Pelabuhan Bangsal kecamatan Pemenang, Lombok Utara.
RS terapung itu berupa kapal pesiar yang didesain menjadi rumah sakit terapung yang merupakan bantuan dari Alumni Universitas Airlangga, Jawa Timur. Di dalamnya terdapat 2 ruang bedah dan beberapa ruang medis.
RS terapung itu mulai berlayar dari Pelabuhan Rakyat Kalimas, Surabaya menuju Pelabuhan Bangsal pada pekan lalu Namun terjadi keterlambatan karena tidak mendapatkan izin berlayar dari Syahbandar.
Direktur RS Terapung Airlangga, dr. Agus Haryanto mengaku kapal tersebut tidak mendapatkan izin berlayar dari syahbandar Surabaya. Namun akhirnya diijinkan setelah timnya membuat kesepakatan perjanjian.
“Kami sebenarnya datang terlambat karena tidak dapat izin berlayar, tapi kita jujur nekad berlayar karena ketetapan dari syahbandar yang tidak memberi izin,” kata dr. Agus, saat dikunjungi Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI, dr. Untung Suseno Sutarjo, seperti dikutip dari laman sehatnegeriku, Rabu (15/8).
Karena mereka nekad, akhirnya syahbandar Surabaya meminta pihak RS terapung untuk membuat surat pernyataan yang isinya bila terjadi sesuatu di laut bukanlah tanggungjawab Syahbandar.
“Kalau terjadi sesuatu apapun di laut itu tanggunjawab kapten Kapal. Jadi kami tanda tangan, jadi jangan nuntut kalau terjadi apa-apa,” jelas Agus menjelaskan isi surat pernyataan itu.
Namun demikian, walaupun Agus dan rekannya sudah mengantongi surat pernyataan, mereka hanya diperbolehkan berlayar sampai Probolinggo. Untuk mensiasatinya, mereka berlabuh di Pelabuhan Perikanan di sana selama 12 jam dan pada pukul 2 pagi barulah mereka kembali berlayar hingga tiba di Pelabuhan Bangsal pada pagi harinya.
“Kita baru hari ini pelayanan, kalau tidak salah ada tiga pasien, operasi fraktur satu orang, dan dua orang lagi trauma pada ujung jari. Sampai hari ini baru 3 orang,” kata dr. Agus.
Meskipun tindakan operasi dilakukan di dalam kapal, dr. Agus menekankan SOP tetap dilakukan, sterilisasi, menggunakan perlatan lengkap seperti masker dan sarung tangan saat bertugas tetap diutamakan.