JAKARTA, MENARA62.COM – Gayeng, hangat dan akrab. Itulah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan suasana kegiatan “Malam Refleksi Kemerdekaan” yang digelar Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta di gedung Dakwah PWM DKI Jakarta, Jalan Kramat Raya No 49, Kenari, Jakarta Pusat, Rabu malam (16/8/2023). Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-78 Kemerdekaan RI sekaligus menjadi panggung ekspresi bagi para seniman Muhammadiyah di DKI Jakarta.
Malam Refleksi Kemerdekaan yang mendapatkan dukungan dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), LazisMu Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), donatur Masruroh, Ustadz Ali Zaenal Abidin, LazisMu PCM Kebayoran Baru serta Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta tersebut menampilkan parade puisi dari tokoh-tokoh Muhammadiyah dan lagu-lagu Koes Plus yang dibawakan band Goes Plus pimpinan Prof. Agus Suradika.
Hadir tokoh Muhammadiyah antara lain Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka (Uhamka) Prof. Gunawan Suryoputro, Rektor Universitas Teknologi Muhammadiyah Jakarta Dr. Lela Nurlaela Wati, Ketua PWM DKI Jakarta Ahmad Abu Bakar, Ketua Lembaga Seni Budaya PWM DKI Jakarta Prof. Imamudin, Kepala UPT PBB Setu Babakan Imron Yunus, Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya PP Muhamamdiyah Dr Edy Sukardi, Wakil Ketua PWM DKI Jakarta Prof. Agus Suradika, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah dan sejumlah tokoh Muhammadiyah lainnya. Selain itu hadir pula beberapa pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dan Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Dalam sambutannya, Ketua PWM DKI Jakarta Ahmad Abu Bakar mengatakan memperingati hari ulang tahun ke-78 Kemerdekaan Indonesia merupakan hari yang sangat istimewa bagi seluruh bangsa Indonesia. “Karena atas berkat rahmat Allah SWT kita dapat menikmati kemerdekaan Indonesia yang tepatnya hari ini sudah menginjak ke-78 tahun. Hari kemerdekaan ini adalah buah hasil dari tekad dan semangat yang kuat dari para pejuang pahlawan bangsa,” kata Ahmad Abu Bakar.
Menurutnya meski Indonesia telah Merdeka 78 tahun namun hingga kini belum sepenuhnya rakyat merasakan kemerdekaan yang hakiki yakni sejahtera lahir dan bathin. “Sungguh menjadi keprihatinan kita bersama bahwa 78 tahun merdeka, kita belum optimimal mewujudkan harapan pada pendiri negara ini yakni mengantarkan kesejahteraan bagi Masyarakat secaa nyata dan bukan sekadar utopia belaka,” tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 tidak bisa terlepas dari peran Muhammadiyah. Beberapa tokoh-tokoh Muhamamdiyah antara lain Kyai Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimedjo, dan A. Kahar Muzakir turut memberikan andil besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Diakhir pidatonya, ia mengajak seluruh kader-kader Muhammadiyah untuk bersama memperingati dan mengisi kemerdekaan Indonesia yang ke-78 tahun ini dengan meneladani dan mengikuti contoh-contoh dari perjuangan serta sikap para pahlawan yang rela berkorban tampa pamrih, menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan dalam organisasi atau persyarikatan Muhammadiyah.
Pada kesempatan yang sama Edy Sukardi menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan Malam Refleksi Kemerdekaan yang digelar Lembaga Seni Budaya PWM DKI Jakarta. “Kegiatan seperti ini dapat meneguhkan semangat berkesenian kita,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa dengan seni, hidup menjadi indah, dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan cinta hidup menjadi bergairah.
Wakil Ketua PWM DKI Jakarta Prof. Agus Suradika dalam sambutannya menjelaskan Malam Refleksi Kemerdekaan diadakan warga Muhammadiyah sebagai rasa syukur menjadi bangsa yang merdeka. “Muhammadiyah mengisi kemerdekaan dengan berbagai aktifitas melalui empat pilar yakni pilar pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi,” jelasnya.
Kegiatan Malam Refleksi Kemerdekaan, diharapkan dapat membentuk pandangan yang lebih positif tentang Muhammadiyah yang tidak anti dengan kesenian. “Dengan seni hidup menjadi indah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT,” lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Malam Refleksi Kemerdekaan, Dr Lelly Qodariah mengatakan kegiatan Malam Refleksi Kemerdekaan menjadi upaya bersama untuk mengingat dan merefleksikan perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan dan founding fathers dalam meraih kemerdekaan Indonesia.
“Kita perlu terus menerus merefresh perjuangan mereka agar kita bisa memaknai dengan perjuangan yang berbeda mengingat tantangan kita yang juga berbeda. Kita harus dapat meraih kemerdekaan dari penindasan, kemerdekaan dari kemiskinan dan kemerdekaan dari kebodohan, juga kemerdekaan dari ketidakberdayaan,” ujar Dr. Lelly.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan Malam Refleksi Kemerdekaan kali ini merupakan tahun kedua yang digelar LSB PWM DKI Jakarta. Kegiatan ini sekaligus mengenalkan Muhammadiyah dalam berkesenian dan cara merawat budaya khususnya Betawi. Harapannya, LSB PWM DKI dapat berkontribusi terhadap pengembangan dan kreasi budaya Betawi untuk memajukan kesenian dan kebudayaan Betawi pada sekolah-sekolah Muhammadiyah terlebih di LSB PWM DKI banyak tokoh-tokoh kesenian Betawi yang keren-keren dan mumpuni.
Dalam kegiatan Malam Refeksi Kemerdekaan tersebut beberapa tokoh Muhammadiyah tampil membacakan puisi. Diantaranya Imron Yunus yang membawakan puisi berjudul Taubat karya Buya Hamka. Disusul kemudian Rektor Uhamka Prof Gunawan yang membawakan puisi karya sendiri berjudul Aku dan You.
Lalu Nandi Rahman yang membawakan puisi berjudul Politisi Bajingan dan Politisi Ajengan karya Prof Agus Suradika, musikalisasi puisi berjudul Perahu karya Edy Sukardi yang dibawakan oleh Rizky Gatra. Kyai Cepu tampil dengan puisi berjudul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jilid 2 yang ditulisnya pada 2005.
Dan puncak pembacaan puisi menampilkan Yose Rizal Manua, seorang tokoh penyair senior yang sudah mendunia. Sebelum menutup acara MC Nurlina Rahman yang juga Wakil Ketua LSB DKI Jakarta ikut membacakan sebuah puisi berjudul Hati Nurani karya Sandy Tyas.
Puisi-puisi tersebut sarat dengan makna dan kritik terhadap para pemimpin bangsa mulai dari zaman orde baru hingga era reformasi, mulai dari gaya kepemimpinan presiden hingga persoalan rakyat jelata. Mulai dari mahalnya harga air dan tanah hingga kemerdekaan yang semu, bahkan serangan fajar pada Pemilu.
Selain lagu-lagu Koes Plus dan pembacaan puisi, Malam Refleksi Kemerdekaan juga menampilkan Ngebuleng (story telling) yang dibawakan oleh Sueb Mahbub dan Sketsa Betawi yang dibawakan oleh Tutur De’nes.