Mangkrak, menjadi salah satu kata sakti yang diucapkan ketika melihat barang, benda, pekerjaan yang tidak terselesaikan. Upaya menyelesaikan pekerjaan mangkrakpun, menjadi politis.
Lihat saja beberapa waktu lalu, betapa tim Presiden Joko Widodo membanggakan karena telah menyelesaikan pekerjaan pembangunan tol Becakayu yang belum diselesaikan pada masa Presiden sebelumnya. Namun, sayangnya, ketika diresmikan, penyelesaian barang mangkrak itupun, sebetulnya belum sepenuhnya selesai…
Jalan yang ada di depan mata, karena ada di ibukota, yang menjadi bagian dari tanggungjawab pemerintah pusat saja, ada yang belum sepenuhnya diselesaikan. Apalagi yang jauh… jauh…
Siapapun yang datang ke Jakarta, akan melihat sendiri, betapa tiang-tiang pancang mangkrak tak tersentuh. Anehnya, atau mirisnya lagi, tiang pancang itu ada yang berada di jalan yang mungkin dilalui setiap hari, oleh tiap anggota legislatif yang terhormat, ketika akan menjalankan tugas konstitusinya.
Tiang-tiang pancang yang gagah perkasa itu, saat Sea Games tempo hari, diselimuti dengan gambar-gambar iklan. Jangan-jangan, tiang pancang itu memang didesain untuk tempat iklan luar ruang, dan bukan MRT.
Meski pemerintah membangun dengan keinginan untuk memeratakan pembangunan jalan di daerah timur Indonesia, namun wilayah yang terlewatkan dari teropong pusat, tampaknya terbengkalai. Jalan-jalan di Papua di bangun, karena teropong pusat langsung diarahkan ke Pulau itu.
Namun, bagian wilayah yang terlewati teropong itu, ada yang seperti dilupakan. Mungkin karena teropongnya melihat yang jauh di timur… sehingga yang berada di Jawa Timur, tepatnya di Pulau Madura, di Kabupaten Bangkalan jadi terlupakan.
Jalan baru di Bangkalan
Jadilah jalan itu mangkrak. Jalan yang kabarnya dibangun dengan biaya pemerintah pusat dengan multy years itu, direncanakan akan menjadi salah satu penghubung pelabuhan dan jembatan Suramadu. Harapannya, arus barang bergerak cepat, ekonomi masyarakat Bangkalan pun tergerak.
Namun, jalan itu kini mangkrak. Sebagian jalan yang sudah dilakukan pengerasan badan jalan, kembali ditutupi rumput dan semak, karena belum sempat di aspal. Sebagian lagi, masalah pembebasan lahannya, belum selesai. Sebagain lahan warga belum dibayar.
Mungkin ada kaitannya dengan bupati Bangkalan Fuad Amin yang ditangkap KPK. Namun, bupati Bangkalan yang terpilih melalui pemilu serentak tahun lalu, belum memperlihatkan tanda-tandan ingin mengerjakan lagi jalan mangkrak itu.
Masyarakat masih menantikan, apa langkah sang bupati untuk memajukan Bangkalan, yang menurut M Yasin, salah satu tokoh di Bangkalan, dalam lima belas tahun terakhir, hampir tidak ada investasi yang datang di Bangkalan.
“Bagaimana mereka mau hadir, wong sering dipalak,” ujarnya.
M Yasin pun berharap, bupati baru dapat membuat gerakan yang menggembirakan warga Bangkalan, dan betul-betul mau bekerja keras. Jangan sampai, ia menyusul bupati Bangkalan sebelumnya, yang dipenjara karena ditangkap oleh KPK.