26.9 C
Jakarta

Mantan Menteri Pertambangan Ingatkan Tantangan Revolusi Energi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Mantan menteri pertambangan ingatkan tantangan revolusi energi. Mantan Menteri Pertambangan dan Energi pada 1978-1988, Subroto, mengingatkan tantangan yang harus dihadapi Indonesia saat memasuki revolusi energi 3.0.

Antara melansir, dalam malam Penganugerahan Penghargaan Subroto yang diselenggarakan di Ballroom Jakarta Theater, Jumat (28/9/2018) malam, Subroto menjelaskan, penerapan emisi nol “zero emission” menjadi inti dari Revolusi Energi 3.0 dengan tujuan akhir mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

“Kita sekarang sudah berada di revolusi energi 3.0, kata kuncinya adalah zero emission. Tantangan dari putra-putri di ESDM adalah bagaimana mengembangan elektrifikasi, energi baru terbarukan dan konservasi energi,” kata Subroto.

Mantan menteri yang sudah menginjak usia 95 tahun tersebut memaparkan, seperti halnya dengan revolusi industri 4.0, Indonesia pun akan memasuki era revolusi energi 3.0.

Pada revolusi energi 1.0, katanya, minyak dan gas bumi masih menjadi penghasil devisa terbesar bagi perekonomian Indonesia, terutama pada masa Orde Baru. Indonesia juga tumbuh 7 persen selama lebih dari 10 tahun lamanya.

Setelah itu, harga minyak dan gas bumi yang sempat anjlok hingga 24 dolar AS per barel, membuat sektor ini tidak lagi menjadi andalan dan memberi pendapatan terbesar untuk negara.

Saat ini, Indonesia berada dalam revolusi energi 2.0 dengan energi fosil berasal dari batu bara, sedangkan minyak dan gas bumi tidak lagi menjadi primadona.

Subroto menjelaskan, lambat laun Indonesia akan beralih pada energi baru terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan memiliki emisi nol. Ini bagian dari komitmen Indonesia untuk menghindari pemanasan global dan kenaikan suhu bumi sampai 2 derajat celsius.

Menurut dia, ada tiga hal yang harus dicapai dan menjadi tantangan pelaku energi untuk mencapai emisi nol tersebut, yakni elektrifikasi, diversifikasi, dan konservasi energi.

“Listrik tidak lagi menimbulkan CO2. Kemudian diversifikasi dilakukan dengan penggunaan energi baru terbarukan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah konservasi melalui penggunaan energi yang lebih efisien,” ujar Subroto.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!