PANDEMI Covid-19 tak menghalangi Alfian Widianto, pemilik Marmut Saya Farm untuk berusaha. Ia melakukan terobosan bisnis di tengah situasi ekonomi yang sulit akibat pandemi corona yang belum juga berakhir.
Ditemui di tempat usahanya di Kebitan Sendangarum Minggir Sleman, Alfian mengatakan pengalamannya menangani marmut menjadikan peternakannya kini berkembang pesat. Banyak penggemar marmut yang menjadi langganan setianya. Mereka tidak hanya datang dari kota Yogyakarta dan sekitarnya tetapi juga kota-kota lain di Indonesia.
Alfian memang tak sekedar beternak marmut. Ia lebih fokus pada peternakan marmut hias. Usaha yang kini berkembang pesat, telah dirintis sejak tahun 2007.
“Peternakan marmut ini sebenarnya dirintis sejak 2007 tetapi kini fokus ke marmut hias,” kata Alfian, Sabtu (10/10/2020).
Peternakan Marmut Saya Farm menyediakan berbagai jenis marmut. Beberapa di antaranya jenis Peruvian, Sheltie /Silky, Coronet, American, dan Abbysinian. Alfian mematok harga kisaran Rp150 ribu hingga Rp3 juta per ekor.
“Hal yang menentukan tinggi rendahnya harga adalah kualitas marmut, warna, bentuk dan kriteria juga genetiknya,” lanjut Alfian.
Lalu apa bedanya dengan marmut yang dijual di pasar hewan atau sebagainya? Kata Alfian, meski namanya sama, namun kualitas penjagaan genetika dan perawatannya sangat berbeda. Itu sebabnya perbandingan harga antara marmut yang dijual di pasaran dan marmut dari Marmut Saya Farm berbeda jauh. Umumnya marmut yang dijual di pasaran mayoritas adalah rijek (buangan produk gagal genetika yang dibuang oleh peternak) sehingga harganyapun relatif murah.
Alfian menjelaskan langkah awal untuk merintis usaha ini adalah menyiapkan bibit yang berkualitas. Namun sebelum mencari bibit, hal yang harus dipersiapkan adalah kandang. Kandang ini bisa didapatkan dengan membeli atau memesan pada pembuat kandang. Berikutnya adalah pakan yang diberikan untuk marmut sebaiknya memenuhi kelayakandengan nutrisi yang terkandung dalam pakan tersebut. Hal ini karena akan berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatan marmut.
Dan kuncinya adalah pemasaran menggunakan media online yang memberikan kemudahan menjangkau konsumen di manapun. Marmut Saya Farm memanfaatkan chanel Instagram marmut_saya serta Youtube : cahireng_vlog untuk memasarkan marmut-marmutnya.
“Melalui media sosial seperti ini, pasar jadi luas. Pembeli datang dari mana saja. Terbukti kami sudah sering kirim seluruh Indonesia, seperti Bali, Kalimantan, Riau, dan sebagainya bahkan pernah export luar negeri seperti Malaysia dan Singapura,” tandasnya.