SLEMAN, MENARA62.COMGunung Merapi di Kabupaten Sleman Yogyakarta terus menerus mengeluarkan guguran lava dan awan panas. Untuk mengantisipasi dan meningkatkan kewaspadaan, masyarakat di desa teratas lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menghidupkan kembali kegiatan “Ronda Merapi”.

“Masyarakat di lereng Merapi sejak beberapa waktu lalu mulai menghidupkan kembali kegiatan ‘Ronda Merapi’, seiring semakin seringnya terjadi guguran lava dan awan panas guguran dalam beberapa hari terakhir ini,” kata Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, dikutip dari Antara, Jumat (8/3/2019).

Ronda Merapi ini dilakukan bukan hanya di Desa Glagaharjo saja, di mana masih terdapat sejumlah warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Merapi, tetapi juga di desa-desa lain di lereng Merapi.

“Ronda Merapi juga dilakukan masyarakat di Kinahrejo, Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, di Dusun Turgo, Kecamatan Pakem dan daerah lain yang juga punya potensi bahaya besar juga dilakukan,” katanya.

Ia mengatakan, selain itu Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Sleman juga turut andil dalam menjaga kondusifitas di lereng Merapi.

“Setiap saat TRC menyambangi warga yang tengah melakukan Ronda Merapi, sekaligus untuk mengecek dan melihat situasi dan kondisi Merapi,” katanya.

Ia mengatakan, komunikasi antarwarga yang sedang melakukan ronda juga penting agar bisa saling bertukar informasi terkait kondisi terkini dan koordinasi bisa menjadi mudah.

“Komunikasi melalui HT, dan selama ini berlangsung lancar,” katanya.

Aktivitas Gunung Merapi mulai menunjukkan peningkatan pada beberapa waktu terakhir.

Terhitung dari tahun lalu mulai dari munculnya letusan freatik hingga saat ini sudah mulai muncul awan panas guguran.

Beberapa kali guguran awan panas yang terjauh adalah dua kilometer, jarak luncuran itu memang masih aman untuk warga lereng Merapi karena radius aman yang direkomendasikan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) adalah lebih dari tiga kilometer dari puncak.

Kepala Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan Suroto mengatakan, sebagai salah satu langkah antisipasi meningkatnya aktivitas Merapi adalah dengan menghidupkan kembali Ronda Merapi.

“Ronda ini ya seperti ronda-ronda biasa, hanya saja ronda ini untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan aktivitas Merapi,” katanya.

Ia mengatakan, aktivitas Merapi memang tidak dapat diprediksi, termasuk luncuran awan panas guguran.

“Sehingga adanya kegiatan ronda yang dilakukan warga secara bergiliran ini untuk menjaga kondusifitas warga sekitar,” katanya.

Suroto mengatakan, untuk ronda Merapi ini dilakukan warga pada masing-masing gardu atau poskamling mulai pukul 21.00 hingga 02.00 WIB. Bukan hanya warga saja namun komunitas relawan juga turut serta.

“Sedangkan dari komunitas relawan membuat pos di Lapangan Stiper dan di Kalitengah Kidul,” katanya.