28.3 C
Jakarta

Mbah Lindu, Sang Legenda Gudeg Yogya Berpulang

Baca Juga:

Innalillahi wainnailaihi rojiuun. Ahad sore 12 Juli 2020 menjelang magrib tiba, media sosial diramaikan berita meninggalnya Mbah Lindu. Sang legenda Gudeg, khasanah kuliner asli Yogyakarta tersebut meninggal dunia pada usia 100 tahun.

Mbah Lindu diketahui masih terus berkarya, meracik masakan gudeg hingga usia menginjak angka 97 tahun. Dari tangannya yang sudah keriput, ia seolah ingin mendedikasikan diri untuk melestrarikan sajian kuliner yang akan selalu dikenang kelezatanya bagi sesiapa yang pernah menikmatinya. Dari gudeg ini beliau mampu menyekolahkan 5 putra putrinya sampai ke perguruan tinggi.

Nama aslinya adalah Biyem Setyo Utomo dan entah sudah berapa puluh ribu mungkin ratusan ribu lidah yang telah mengecap kelezatan olahan masakannya bagi sesiapa yang pernah menimba ilmu ataupun sekedar mampir ke Yogyakarta dan mampir di warungnya.

Riwayat berjualan gudeg dijalaninya sejak jaman Belanda. Pertama kali jualannya berkeliling menjajakan gudegnya (ngidher) dengan berjalan kaki dari rumahnya di Klebengan, Caturtunggal, E-6 Depok, Sleman, dan akhirnya menetap berjualan di Jl. Sosrowijayan belakang Malioboro yang terus dilakoninya dengan setia sejak mudanya hingga sekitar 2017.

Dikarenakan usia, maka digantikan oleh putrinya, namun semangatnya tak pernah pudar  yaitu ia masih memasak sendiri gudegnya di pawon (dapur) menggunakan peralatan tradisional di daerah Klebengan Depok Sleman. Gudeg Mbah Lindu bisa digolongkan sebagai gudeg basah dengan kuah santan yang cenderung lebih banyak dibandingkan jenis gudeg kering. Sajian Gudeg dengan nasi atau bubur dengan tambahan lauk aneka  seperti ayam, telor dan sambel krecek menghadirkan kemewahan rasa tradisi sebagaimana yang diistilahkan dengan sajian yang “ mak nyusss “  meminjam istilah budayawan almarhum Pak Ageng Umar Kayam.

Hanya kursi berukuran 1,5 meter tanpa meja yang menjadi saksi serta sensasi kesederhanaan, namun justru  inilah yang “ngangeni”  seolah kita berada di dunia kesederhaan penuh nostalgia di Yogya yang bisa dinikmati mulai pukul 05:00 sampai pukul 10:00 saja adanya. Cita rasa yang selalu dijaga dan dipertahankan dengan racikan bumbu dan tehnik gudeg dengan tangannya sendiri yang tidak berubah sama sekali.

Semoga khasanah kekayaan kuliner ini bisa diteruskan oleh para penerusnya …

Sugeng Tindak, Selamat Jalan Legenda ….

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!