YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Mitigasi bencana tengah dirancang untuk masuk kurikulum pendidikan. Ide tersebut muncul paska terjadinya sejumlah bencana di berbagai wilayah di Indonesia sepanjang 2018 lalu.
Tetapi jauh sebelum ide pendidikan mitigasi bencana muncul, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) telah melakukannya. Sejak 2007 MDMC sudah menerapkan sekolah siaga bencana pasca gempa yang terjadi di Yogyakarta dan Jateng di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Ketua MDMC PP Muhammadiyah, H. Budi Setiawan, S.T., menyampaikan bahwa pendidikan aman bencana dapat diterapkan dalam nilai-nilai yang diajarkan dari guru kepada murid apabila guru-gurunya juga memahami definisi bencana.
“Bahkan, dalam pelajaran matematika pun bisa dimasukkan pelajaran bencana. Seperti misalnya, para siswa diajak berhitung berapa jumlah orang yang meninggal akibat terdampak gempa & tsunami Palu,” ujarnya pada Jumat (01/02) dalam pertemuan bersama Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia bertempat di Gedung Muhammadiyah, Yogyakarta.
Lebih lanjut menurut Budi Setiawan, pendidikan aman bencana di sekolah juga berkaitan dengan kesiapsiagaan dan kesadaran warga sekolah terhadap adanya potensi bencana di lingkungan sekolah.
“Jika nanti mereka melihat angka dalam jumlah besar, maka siswa dapat diajak berpikir untuk mengurangi risiko bencana tersebut,” ujarnya.
MDMC PP Muhammadiyah sendiri berkomitmen pada pendidikan bencana dengan mendorong pembentukan Sekretariat Daerah (Sekda) Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Sejak tahun 2010, MDMC telah mengirim wakilnya dalam Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia (KPBI). (MDMC/AT)