Melihat hasil penelitian World’s Most Literate Nation (WMLN) yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity (http://www.ccsu.edu/wmln/rank.html) yang di rilis pada tanggal 6 Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 diantara negara-negara di dunia, dalam hal kebiasaan membaca.
Indonesia masih di bawah Malaysia yang berada di urutan ke 53, dan dari total 61 negara yang masuk peringkat penilaian, Indonesia hanya lebih baik dari negara Botswana.
Kenyataan tersebut boleh jadi membuat kita prihatin. Namun keprihatinan kita tidak cukup untuk merubah kondisi literasi sebagaimana diharapkan. Pentingnya literasi terkait dengan tuntutan kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif.
Pengertian tentang literasi menurut National Institute for Literacy (NIFL), adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keuangan dan masyarakat. Dari pengertian tersebut, bisa dipahami begitu pentingnya literasi bagi perkembangan peradapan manusia, terlebih lagi di era informasi sekarang.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas literasi, namun ada beberapa hal yang bisa dilaksanakan secara individu maupun kelompok. Yaitu, membangun rumah baca, menjadi relawan, ikut mendistribusikan buku, membiasakan membaca ketimbang menonton, dan menulis.
Rumah baca
Keberadaan rumah baca sebagai tempat mengelola buku bacaan dan sebagai pusat informasi perlu di perbanyak. Konsep rumah baca, tidak perlu semegah dan selengkap perpustakaan, yang lebih penting adalah dekat dengan masyarakat, mudah aksesnya dan murah pembiayaannya.
Relawan
Perlunya semangan filantropi / kedermawanan untuk menjadi relawan, yang berfungsi sebagai pengelola rumah baca dan segala kebutuhannya, termasuk pelayanan terhadap masyarakat pengguna.
Distribusi buku bacaan
Keberadaan buku sebagai media literasi memegang peranan yang sangat vital. Semestinya bisa terjangkau oleh masyarakat umum. Banyak buku yang sudah terlalu lama disimpan di rumah pemilik dan di biarkan tidak di baca, ini mubadzir. Mengacu pada semangat filantropi, pemerataan buku bisa di lakukan dengan menyerahkan dan mengumpulkannya, agar bisa di distribusikan ke rumah baca. Lazismu menjadi agen penerima dan penyalur buku bacaan tersebut.
Membaca
Mengubah kebiasaan menonton menjadi kebiasaan membaca.
Membaca adalah kebiasaan yang bisa di lakukan di mana saja dan kapan saja. Isilah setiap waktu luang dengan membaca, dan selalu sediakan bahan bacaan yang menarik sesuai peminatan. Kurangi kebiasaan menonton, ubahlah menjadi kebiasaan membaca.
Menulis
Agar lebih bermanfaat bagi orang lain, perlu di kembangkan kebiasaan membaca dengan menulis. Begabunglah dengan klub menulis agar mendapatkan informasi cara penulisan yang benar.