Membangun Indonesia dari Taiwan
Oleh: Drg Abu Bakar MMedEd
(Ketua Majlis Tabligh, Tarjih dan Tajdid PCIM Taiwan)
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah,
Segala puji hanya milik Allah, Dzat Yang Maha Agung, Maha Tinggi, dan Maha Mulia. Kepada-Nya segenap makhluk bergantung dan hanya kepada-Nya segala sesuatu akan kembali. Dialah al-Khaliq al-Mudabbir, Dzat yang telah menciptakan dan mengatur alam semesta ini dengan seluruh aturan-Nya yang utuh dan sempurna. Dialah yang menurunkan Al-Qur’an di bulan suci Ramadhan sebagai petunjuk hidup dan pemisah antara haq dan bathil bagi umat sejagad. Dia pula yang menurunkan Islam sebagai agama yang benar dan haq di sisiNya, agar dijadikan sebagai jalan kehidupan ’manhajul hayat’.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamd
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Dengan takbir dan tahmid, kita melepas Ramadan yang insya Allah telah menempa hati, mengasuh jiwa serta mengasah nalar kita. Dengan takbir dan tahmid, kita melepas bulan suci dengan hati yang harus penuh harap, dengan jiwa kuat penuh optimisme, betapa pun beratnya tantangan dan sulitnya situasi. Ini karena kita menyadari bahwa Allah Maha Besar. Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Semua kecil dan ringan selama kita bersama dengan Allah. Kita bersama sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, kendati mazhab, agama atau pandangan politik kita berbeda. Karena kita semua ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita semua satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air dan kita semua telah sepakat ber-Bhineka Tunggal Ika, dan menyadari bahwa Islam, bahkan agama-agama lainnya, tidak melarang kita berkelompok dan berbeda. Yang dilarang-Nya adalah berkelompok dan berselisih.
Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita; barangkali kita takkan pernah bertemu lagi. Berlalunya Ramadhan pantas ditangisi; mungkin kita belum mampu memanfaatkan kehadirannya dengan baik dan maksimal. Betapa banyak keutamaan-keutamanya namun belum kita raih. Semoga Allah mengabulkan segala ibadah yang telah kita lakukan dan mengampuni segala kelalaian kita:
Robbanaa Taqabbal minnaa intakassami’ul ‘alim wa tub ‘alaina innaka antattawwaburrahim
Hasan al-Bashari memberikan kesaksian, bahwa generasi Salaf terdahulu adalah para petarung sejati dalam kebaikan. Namun mereka sangatlah khawatir jika kebaikan-kebaikan tersebut tidak diterima Allah SWT. Orang mukmin sejati ialah yang selalu memadukan antara perbuatan baik dan rasa takut karena keagungan Allah, sementara orang munafik senang berbuat keburukan dan pada saat yang sama ia merasa aman di hadapan Allah SWT (Tafsir al-Thabari : vol 18: 32)
Aisyah RA, isteri baginda Rasulullah SAW, ketika membaca surat Al-Mukminun ayat 60 :, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”, bertanya kepada Rasulullah SAW, “apakah mereka (di samping melakukan kebaikan-kebaikan juga) minum khmar, mencuri dan berzina? Dengan tegas Rasulullah Muhammad SAW menjawab : “Tidak ! wahai puteri Abu Bakar Ash-Shiddiq; justeru mereka adalah orang-orang yang selalu berpuasa, mendirikan shalat dan selalu bershadaqah akan tetapi mereka sangat takut jika semua kebaikan itu tidak diterima oleh Allah; mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan segala kebaikan.”( HR Tirmidzi).
Diriwayatkan bahwa di malam terakhir Ramadlan, sahabat Ali bin Abi Thalib RA bersenandung, “Duhai, siapakah yang diterima amalnya kita ucapkan selamat, siapakah yang ditolak amalnya kita ucapkan belasungkawa?”. Ibnu Mas’ud RA mengatakan, “wahai orang yang diterima amalnya !, selamat untukmu, wahai orang yang ditolak amalnya !, semoga Allah meringankan dukamu !. ‘
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil hamd
Ayyuhal Haadhirun
Sebetulnya yang paling layak menjadi negara super power kelihatannya indonesia. Mudah-mudahan impian ini menjadi kenyataan. Negara yang begitu luas, besar, dan kaya luar biasa. Dan juga hutannya, laut, ditambah lagi penduduknya yang banyak.
Yang paling penting adalah keyakinan bangsa indonesia ternyata Al-Islam, yang kita yakini sebagai agama yang paripurna. Kalau kita benar-benar mengerti dan kita jalankan dengan benar dan juga dengan sungguh-sungguh akan dahsyat sekali nantinya. Karna islam mengajarkan kita menjadi pribadi-pribadi yang indah, Selain indah akhlaknya dan juga amat produktif. Sebaik-baiknya manusia dalam islam adalah manusia yang paling banyak manfaatnya. Khoirunnaas anfa’uhum linnaas.
Kombinasi alam dan manusianya yang banyak, keyakinan yang benar, seharusnya kita menjadi suri tauladan. Ini tidak bermaksud menyalahkan siapapun tetapi gara-gara alam kita kaya kita jadi di jajah.
Katanya kalau mau menjajah Indonesia tidak sulit, karena orang indonesia punya keterampilan spesial, yaitu berantam dengan saudaranya sendiri.
Semoga uraian ini menjadi bahan renungan kenapa kita seperti ini.
Kalau kita simak, ternyata bangsa kita yang berpenyakit sedikit dan yang sehat banyak, lalu yang pintar juga tidak kurang, tapi kenapa bagini?. Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga sudah kita dengar. Program mencerdaskan kehidupan bangsa juga sudah kita dengar. Tiap tahun perguruan tinggi puluhan ribu sarjana tetapi tetap saja sesek begini, kenapa?
Mungkin yang patut kita evaluasi adalah menghidupkan nurani bangsa ini mungkin belum sungguh-sungguh kita lakukan. Dan mari kita mulai dari diri kita yang merantau ke negeri orang. Karena di antara kita ada yang berjuang menjadi pahlawan devisa dan ada yang berjuang menuntut ilmu.
Sebab kalau badan sehat, otot kekar, otak cerdas, hatinya tidak sehat itu bermasalah. Lebih baik badan penyakitan dari pada hati penyakitan. Coba kalau orang hatinya sehat pasti dia susah mau jahat. Tetapi kalau orang hatinya tidak sehat, otaknya cerdas bisa bangkrut negara kita.
Mudah-mudahan kita tidak kehilangan membangun satu aset termahal kalau menurut Rasulullah
Alaa inna fil jasadi mudhghoh, fa in sholuhat sholuhat jasadu kulluh, wa in fasadat fasada jasadu kulluh alaa wa hiyal qolbu
“ketahuilah bahwa dalam tubuh ini ada segumpal daging, kalau segumpal daging ini baik, baiklah sekujur tubuhnya, tatapi kalau ini busuk, busuklah sekujur tubuhnya, itulah yang dinamakan dengan Qalbu (hati) ”
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil hamd
Ma’aasyirol Muslimin Rohimakumullah
Jika di pelajaran SD kita mengenal beberapa slogan seperti hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai dan beberapa slogan atau rumus lain. Maka dalam membangun Indonesia agar menjadi Negara sejahtera dan sentosa kita juga memiliki rumus. Rumus itu bisa kita kerjakan dari Taiwan. Rumus tersebut ada dalam Alqur’an Surat Al-Mu’minun ayat 1-11.
A’uudzubillaahiminassysyaithoonirrojiim
Qod aflahal mu’minun (1) Alladziina hum fii sholaatihim khoosyi’uun (2) walladziina hum ‘anillaghwi mu’ridhuun (3) walladziina hum lizzakaati faa’iluun (4) Walladziina hum li furuuji him haafizhuun (5) Illaa ‘alaa azwaajihim aw maa malakat aimaanuhum fa innahum ghoiru maluumin (6) fa manib taghoo warooa dzaalika fa ulaaikahumul ‘aaduun (7) walladziina hum liamaanaatihim wa ‘ahdihim roo’uun (8) walladziina hum ‘alaa sholawaatihim yuhaafizhuun (9) ulaaika humul waaritsuun (10) Alladziina yaritsuunal firdausa hum fiihaa khoolidun (11)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Dari Quran surat Almu’minun tersebut, terdapat rumus untuk menjadi pribadi yang unggul, bangsa yang jaya, dan negara yang sejahtera, ada enam komponen yang harus kita kombinasikan. Jika kita bisa mengkombinasikannya maka masya Allah kita akan mampu menjadi Negara yang adil, makmur, sejahtera dan negeri impian yang ada dalam Alqur’an yaitu Negara baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur.
Komponen yang pertama adalah Sholat yang khusyu’
Orang yang khusyu’ sholatnya akan tercermin dalam perilaku kesehariannya. Pribadinya tenang, pikirannya fokus, dan pekerjaannya lebih teratur. Sholat khusyu’ mampu menghilangkan sifat cinta dunia karena cintanya lebih besar kepada pemilik dunia. Ketika kita khusyu’ sholatnya, maka masalah yang kita hadapi akan lebih mudah, hidup akan lebih indah dan tentunya prestasi mudah diraih.
Ini berbeda dengan orang yang sholatnya tidak khusuyu’. Mereka selalu tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu, cenderung ceroboh dan ketika ditimpa masalah tidak tenang dan bersikap arogan.
Maka marilah kita perbaiki sholat kita. Kuncinya adalah thuma’ninah dan fokus menjadikan ibadah kita sebagai ibadah yang diselimuti sikap ihsan “Jika engkau tidak bisa melihat Allah, maka yakinlah Allah melihatmu”.
Bahkan Nabi pernah menyampaikan “Ada orang yang tidak diterima sholatnya, mereka menyempurnakan rukuk tetapi tidak menyempurnakan sujudnya, mereka menyempurnakan sujudnya tetapi tidak menyempurnakan rukuknya”.
Komponen yang kedua adalah meninggalkan sesuatu yang sia-sia
Allah telah bersumpah dengan waktu “ Wadhhuha, wallail, wannahaar, wal ‘ashri, walfajri. Hal tersebut menunjukkan pentingnya waktu. Oleh karena itu kita harus menggunakan waktu untuk hal-hal yang produktif dengan menjaga waktu kita akan menjadi bangsa yang luar biasa. Pepatah barat mengatakan waktu adalah uang, sedangkan pepatah arab mengatakan waktu adalah pedang. Waktu kita sama dalam satu hari 24 jam.
Ada yang dalam 24 jam bisa mengatur Negara dengan jumlah rakyatnya ratusan juta bahkan milyaran, ada yang dalam 24 jam mengatur perusahaan yang sangat besar, tetapi ada yang dalam 24 mengatur dirinya sendiri tidak bisa. Na’udzubillahi min dzaalik.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil hamd
Jama’ah sholat ‘ied yang berbahagia
Komponen yang ketiga adalah berzakat.
Kita di sini ada yang mencari rezeki ada yang mencari ilmu di negeri orang. Maka kita bisa memberikan dari apa yang kita dapat di Taiwan untuk Indonesia. Yang sudah mencukupi nishab ayo kita berzakat. Yang belum, kita sisihkan rezeki kita untuk membangun Indonesia. Bergotong royong membangun masjid, mushollah, sekolahan, panti asuhan, jalan, jembatan. Para mahasiswa bisa menyumbangkan ide, pemikiran serta karya besarnya untuk membangun Indonesia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia yang lain.
Yang keempat adalah menjaga kemaluan.
Allah tekankan pentingnya menjaga kemaluan. Karena godaan untuk laki-laki yang terbesar adalah perempuan. Yang sudah menikah tergoda dengan rumput tetangga, yang belum menikah tidak menahan diri dari pandangan. Maka dalam kesempatan kali ini khathib mengajak untuk menjaga pandangan kita, menutup aurat kita, menjauhkan diri dari perbuatan zina. Fainnahuu kaana faahisyatawwa saa a sabiilaa “Karena zina adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”.
Yang kelima adalah menjaga janji dan amanah.
Yang paling berat dalam hidup ini adalah menjaga janji dan amanah. Betapa banyak orang yang dipercaya dengan suatu jabatan, tidak amanah. Mereka melakukan korupsi, penyalahgunaan wewenang, membohongi rakyat dan menipu saudara serta teman-temannya. Maka menjaga amanah bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Menjaga amanah orang tua kita, amanah suami dan istri kita, amanah anak-anak kita, serta amanah untuk kita sendiri sebagai kholifah di muka bumi.
Yang keenam atau yang terakhir adalah menjaga sholat.
Banyak aduan dari umat Islam yang memiliki majikan non muslim tidak diperkenankan sholat lima waktu. Maka jawabannya adalah memilih tetap melaksanakan shalat lima waktu dan meninggalkan larangan majikan. Karena sholat tiang agama. Jika kita meninggalkannya maka rusaklah agama kita, rusaklah kehidupan kita, rusaklah keluarga kita, rusak juga Negara kita. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Awwalu maa yuhaasabu bihil ‘abdu ashsholaah fain sholuhat, sholuha saairu ‘amalih wa in fasadat fasada saairu ‘amalih”
Amalan hamba yang pertama dihisab adalah sholat jika baik, maka baiklah seluruh amalannya jika rusak maka rusak seluruh amalannya. (H.R Tirmidzi)
Di penutup khutbah, khothib mengajak para jama’ah dan diri khothib sendiri mari kita satukan keenam komponen itu dalam diri kita. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melapangkan diri kita dan bangsa kita untuk menggapai cita-cita menjadi Negara unggul, maju, berbudi pekerti luhur serta menanamkan nilai-nilai spiritualitas dalam setiap nafas hukum sehingga bisa terwujud keamanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan menundukkan kepala kita menengadahkan tangan kita untuk keluarga kita, saudara dan kerabat kita, bangsa kita dan tak lupa untuk diri kita sendiri.