JAKARTA, MENARA62.COM – Memerah air susu ibu (ASI) seringkali dihubungkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Bagi mereka yang murni menjadi ibu rumah tangga, jarang sekali memerah ASI. Mereka menganggap bisa memberikan ASI kepada sang buah hati kapan pun mau sampai anak mencapai usia disapih.
Tetapi benarkah demikian? Febi Sukma, seorang konselor laktasi menjelaskan memerah ASI tidak hanya penting dilakukan oleh ibu bekerja. “Mereka yang sehari-harinya full di rumah pun perlu memerah ASI dan memiliki stok ASI di kulkas,” kata Febi pada sesi webinar #akuberdaya dengan tema “Motherhood Empowerment: Cara mengatasi masalah menyusui dengan perah ASI manual” pada Ahad (12/12/2021).
Memerah dan memiliki stok ASI ini penting sebab kata Febi tidak selamanya ibu dalam kondisi ‘baik-baik’ saja selama masa menyusui. Adakalanya ibu sakit, meriang, putting payudara luka, harus pergi ke luar rumah sebentar dan lainnya. Dalam situasi seperti itu, tentu tidak mungkin membiarkan bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif dan menggantinya dengan susu formula.
“Ketika karena situasi yang tidak memungkinkan ibu memberi ASI, maka stok ASI perahan ini bisa digunakan. Jadi bayi akan tetap mendapatkan ASI ekslusifnya,” tambah Febi.
Diakui Febi, menyusui merupakan tantangan pertama yang dialami ibu sebagai orangtua. Riset mengatakan pada masa awal nifas, sekitar 80% ibu mengalami masalah dalam menyusui, lalu menyerah dan berhenti menyusui. Masalah yang banyak dijumpai mulai dari ASI yang tidak keluar, hingga putting payudara luka sehingga menimbulkan nyeri. Padahal ASI ekslusif justru terbukti memiliki banyak manfaat untuk bayi.
Lantas bagaimana seorang ibu membuat stok ASI? Febi menyebut, stok ASI bisa dilakukan dengan cara memerah ASI pada awal-awal ibu menyusui. Pada kurun awal masa menyusui, biasanya ASI hingga payudara pun bengkak.
“Untuk mengurangi bengkak, sebaiknya diperah saja, tetapi ASI-nya jangan dibuang. Simpan dalam kulkas untuk berjaga-jaga,” tambahnya.
Febi menyebut untuk memerah ASI, metodenya bisa dengan cara manual maupun dengan bantuan alat memerah. Tetapi menurut Febi, cara manual lebih baik karena ibu bisa sambil mmemijit payudara untuk merangsang otot-otot di sekitar putting payudara.
“Memerah ASI secara manual atau tanpa alat, juga dapat membuat ibu tetap percaya diri saat terjadi masalah menyusui dan bayi menerima ASI eksklusif sesuai haknya,” katanya.
Tiga hal yang harus diingat oleh seorang ibu yang hendak memerah ASI adalah cara memerahnya, cara menyimpannya dan cara memberikannya kepada bayi.
Dalam kesempatan yang sama, Nina Nugroho, seorang desainer sekaligus pencetus gerakan #akuberdaya berkisah tentang pengalamannya memerah ASI. Pemberian ASI perah ternyata tidak lantas membuat bayi menjadi lupa dengan putting payudara ibunya.
“Saya pernah ke Eropa untuk waktu sekitar 2 pekan ketika bayi saya masih usia 4 bulan. Alhamdulillah bayi saya tetap mendapatkan ASI ekslusif karena saya punya stok ASI banyak di freezer. Dan ketika saya pulang, bayi tetap mau melanjutkan menyusu langsung dari ibunya,” jelas Nina.
Karena itu Nina mengajak agar ibu-ibu, dalam kondisi apapun tetap memberikan hak ASI eklusifnya pada anaknya. “Memerah ASI menjadi solusi terbaik. Gunakan metode manual karena manfaatnya sangat banyak,” tutup Nina.
Gerakan #akuberdaya itu sendiri adalah sebuah gerakan untuk keberdayaan 1 juta perempuan di Indonesia. Cita-cita tersebut kata Nina tidak akan berhasil maksimal tanpa bantuan pihak lain.