32.8 C
Jakarta

Menakar Posisi Strategis Kepala Desa

Baca Juga:

Oleh: Ashari, SIP*

Hajatan Pilurdes (Pilihan Lurah Desa) kini menjadi Pilkades (Pilihan Kepala Des) di beberapa daerah sedang berjalan, namun ada juga yang sudah berakhir. Di Sleman, akan dihelat pada 30 Desember 2020. Info terbaru Pilkades masih akan diundur. Karena Covid 19. Di beberapa daerah di Indonesia Pilkades menyisakan catatan. Ada yang berjalan mulus, namun tidak sedikit yang kemudian menimbulkan masalah hingga berakhir ke meja hijau. Gugat menggugat dan semacamnya. Masalah biasanya berawal dari  dualisme ‘Tim Sukses’ dalam praktek di lapangan, hingga money politic yang susah dibuktikan. Namun aromanya begitu kental. Karena dalam realitasnya aksi suap menyuap itu seperti.maaf kentut. Terasa ada baunya, namun susah untuk menangkapnya. Ekpektasi untuk menjadi lurah begitu tinggi.

Atas Kena Bawah Kena

Posisi lurah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat ini sesungguhnya menjadi proyek garapan yang nyata, bagi lurah terpilih untuk membuktikan janji-janjinya ketika mereka melakukan kampanye dulu. Sehingga tidak lagi sekedar jargon-jargon politik yang hilang ditelan angin. Namun bagaimana seorang lurah dapat menunjukkan capabel dalam membawa gerbong masyarakat desanya untuk menuju lebih baik. Ya sarana maupun prasarananya. Hingga menjadi masyarakat yang sejahtera.

Kini banyak lurah yang berusia muda. Usia 30-an. Fresh graduate. Maka semangat idealisme kedepan sangat dibutuhkan. Meski masih miskin pengalaman, maka lurah muda harus dapat belajar dengan cepat. Adaptasi dan menjalin komunikasi intensif dengan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) menjadi langkah pertama. Setelah itu segera berbaur dengan masyarakat untuk giat membangun. Segera perlahan hilangkan prestise yang berlebihan pasca pemilihan, sebab kalau rasa itu dibawa terlalu lama, justru akan membawa situasi kontra produktif. Sifat ingin dilayani, dihormati yang berlebihan, banyak di belakang meja, main perintah. Akhirnya justru akan menumbuhkan sikap anti pati dan hormat semu.

PR Lurah

Membaca situasi lapangan selama ini beberapa catatan bagi lurah terpilih era sekarang adalah pertama, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengingat ternyata masih banyak juga warga yang hidup digaris kemiskinan. Maka menjadi tugas utama lurah bagaimana dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan program-program akseleratif yang dilakukan oleh pemerintah. Baik yang berisfat perorangan atau kelompok. Akses informasi adanya dana hibah/bantuan dari pemerintah, sering masyarakat tidak mengetahui caranya, maka lurah sebagai penyambung lidah warga.

Kedua, meningkatkan peran generasi mudanya. Selama ini ada kesan, kaum muda acuh/abai dengan perkembangan di lingkungan masyarakatnya. Mereka lebih sibuk dengan dirinya sendiri. Kuliah atau main. Yang bener-benar peduli (care) dengan warga masih dapat dihitung. Tidak salah anak muda kuliah, kemudian sisa waktunya untuk bermain, namun marilah kita mulai perhatikan lingkungan sekitar kita. Mereka yang mempunyai kepedulian kepada lingkungan akan mempunyai nilai tambah yang beda dengan yang hanya suntuk kuliah saja. Bukankah ini juga diajarkan dalam nilai-nilai KKN? Maka lurah punya kewajiban untuk merangkul generasi muda ini, karena sesungguhnya mereka mempunyai potensi dan idealisme besar, hanya kadang belum tahun untuk menyalurkannya.

Ketiga, jika maaf pemahaman ajaran agama yang lemah. Lurah dapat menggandeng para ulama dan ustadz sekitar, untuk men-charge iman warga. Ini penting, sebab dalam partisipasi pembangunan jika tidak dilandasi oleh niat yang ikhlas, kerja keras, maka eksesnya akan buruk.

Keempat, peningkatan IPTEK. Lurah jaman sekarang tidak boleh gaptek. Kalau perlu untuk rapat-rapat yang sifatnya mendadak, koordinasi dapat menggunakan sarana HP untuk share hasilnya. Sehingga dapat dengan cepat dapat dilaksanakan.

Kelima, biasakan berangkat awal/pagi. Ada anekdot bahwa lurah adalah “kaum bangsawan” artinya kaum yang bangunnya awan (siang). Sehingga sering ke kantor terlambat. Warga sudah harus nunggu lama. Padahal mereka juga mempunyai kesibukan. Stigma ini harus segera dihapus dengan bukti real.

Tampilnya lurah-lurah muda ini menjadi harapan baru bagi sebuah perubahan dalam masyarakat.  Jauh dari aroma korupsi.  Mempermudah layanan. Jangan sampai jargon yang mengatakan: Kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah? Harus dihilangkan. Lurah adalah representasi pembangunan dalam skup terbatas, desa. Dan kita sebagai instrumen pembangunan paling kecil, juga tidak boleh tinggal diam dengan memberikan input, masukan kepada lurah, melalui BPD atau langsung. Era transparansi selayaknya dijadikan modal untuk membangun kedepan. Hingga terwujud masyarakat yang madani. Sekian.

*Mengajar PPKn di  SMP Muhammadiyah Turi Sleman DIY, mengampu Materi Kebijakan Publik PKn. Opini pribadi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!