Entah mengapa, sepak bola yang harusnya bisa menampilkan sportivitas secara masa pada publik, namun di Indonesia seperti menjadi bahan yang teramat mahal.
Kasus tidak sportif di arena sepakbola terakhir terjadi pada 29 Oktober lalu. Saat itu, pendukung Persebaya Surabaya ngamuk, melakukan perusakan dan pembakaran, setelah kesebelasan kebanggaannya kalah 2-3, dari PSS Sleman dalam laga lanjutan Liga 1 di Stadion Gelora Bung Tomo.
Memang, Komisi Disiplin PSSI pada tanggal 31 Oktober 2019, langsung menjatuhkan sanksi berat pada Persebaya yang dapat julukan Bajul Ijo. Sampai akhir musim, Bajul Ijo tampil tanpa penonton pendukungnya. Selain itu, mereka dijatuhi denda Rp 200 juta.
Kesempatan
Mungkin, kongres luar biasa PSSI Sabtu (2/11/2019) ini, dapat menghembuskan angin perubahan. Namun, lagi-lagi awan hitam tetap bergelayut di seputar PSSI.
Situs Antaranews.com pada Sabtu pagi melansir, sebanyak enam calon ketua umum PSSI periode 2019-2023 yakni Fary Djemy Francis, Yesayas Oktavianus, Benny Erwin, Aven Hinelo, Sarman El Hakim serta Vijaya Fitriyasa, menarik diri dari kongres luar biasa PSSI.
“Kami menyatakan diri menarik diri dari kongres. Kami hanya mau ada perubahan. Kami sudah capai, kompetisi kita buruk, timnas jelek,” ujar Fary ketika keluar dari ruangan kongres.
Menurut Fary, selain enam nama tersebut, ada beberapa calon wakil ketua umum dan anggota komite eksekutif yang juga keluar dari kongres. Dengan demikian, sampai berita ini diturunkan, ada tiga nama dari 11 calon ketua umum yang masih bertahan mengikuti KLB yaitu Komisaris Jenderal Polisi Mochamad Iriawan (Iwan Bule), Arif Wicaksono dan Rahim Soekasah.
Sebelumnya, dua calon ketua umum PSSI lainnya yaitu La Nyalla Mattalitti serta Brigjen TNI (Purn) Bernhard Limbong sudah terlebih dahulu mengundurkan diri.
Menurut Vijaya Fitriyasa, keputusan keluar dari kongres, diawali dari tindakan Fary Djemy Francis yang meminta penjelasan kepada PSSI terkait kongres ketika sidang dibuka oleh pimpinan sidang Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria.
Namun, ketika Fary mendekat ke perwakilan FIFA dan AFC untuk menyerahkan keberatan terkait kongres, pihak keamanan menghalanginya.
“Pak Fary lalu didorong untuk menjauh,” kata Vijaya.
Melihat situasi itu, Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria meminta kepada pihak yang tidak setuju dengan kongres tersebut untuk meninggalkan ruangan. “Sebetulnya kami tidak mau walk out. Namun kami diusir sekjen, karena dianggap tidak bisa menerima kongres,” ujar Vijaya.
Ada beberapa keberatan yang diajukan Vijaya berserta lima rekannya, seperti PSSI dianggap ingkar janji dengan tidak memberitahukan apapun terkait tata cara pemilihan ketua umum PSSI kepada calon ketua umum.
Kemudian, PSSI membatalkan debat yang menjadi jembatan para calon ketua umum untuk menemui dan memperkenalkan program-programnya kepada para pemilik suara.
“Kami sebenarnya berharap di kongres ini kami bisa mendapatkan penjelasan. Akan tetapi, kami tidak diberikan kesempatan berbicara, malah diminta meninggalkan ruangan,” ujar Vijaya, sembari menambahkan bahwa semua yang walk out akan kembali bertemu untuk membicarakan langkah selanjutnya.
Sibuk
Sebelumnya, Brigjen TNI (Purn) Bernhard Limbong mengundurkan diri dari pencalonan ketua umum PSSI periode 2019-2023 karena alasan sibuk mengurus bisnis.
“Saya memiliki bisnis dengan ribuan karyawan. Saya tidak mau kegiatan saya terganggu dengan menjadi ketua umum PSSI,” ujar Bernhard di lokasi KLB PSSI pada Sabtu pagi.
Pria kelahiran Samosir, Sumatera Utara, itu mengaku datang hanya untuk mengemukakan keinginannya mundur dari pencalonan. Dia pun berpesan kepada ketua umum PSSI terpilih, agar 100 persen fokus ke organisasi dan tidak merangkap jabatan apapun di luar PSSI.
“Pak Tito Karnavian pun mundur dari kepolisian setelah ditunjuk menjadi menteri dalam negeri. Jadi ketua umum PSSI pun harus full time, jangan ada alasan ini-itu,” ujarnya
Selain itu, ketua umum PSSI juga diharapkannya menindaklanjuti Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Persepakbolaan Nasional.