31.8 C
Jakarta

Mencari Pelajar yang Jago Bikin Roket Air Melalui Ajang KRAN 2019

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Zahra masih asyik menghitung berapa panjang dan bentuk sayap untuk roket airnya. Ini adalah bagian tersulit yang harus Zahra lakukan dengan cermat untuk menghasilkan roket air yang sempurna. Roket air yang mampu meluncur dengan ketinggian maksimal sesuai standar.

Pelajar SMP N 22 Bandar Lampung, Propinsi Lampung tersebut bukan pertama kali mengikuti kompetisi roket air. Tahun lalu, ia bahkan mampu masuk dalam 10 besar kompetisi roket air tingkat nasional yang digelar Pusat Peragaan IPTEK, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

“Sudah pernah ikut, tetapi tetap saja agar repot saat harus menghitung sirip atau sayap roket air. Saya harus menghitung cermat supaya dapat memberi keseimbangan pada roket saat meluncur,” katanya.

Jika tahun lalu Zahra harus berpuas diri hingga tingkat nasional, maka tahun ini ia mentargetkan bisa lolos ke kompetisi roket air tingkat internasional.

kran 2019
Zahra, pelajar SMP N 22 Bandar Lampung saat mengikuti workshop roket air di PP-IPTEK TMII

“Kalau bisa sih tahun ini bisa juara, tetapi minimal masuk lima besar deh supaya lolos ke Jepang,” lanjut Zahra.

Menurutnya, membuat roket air dengan bahan material botol air mineral tidaklah sulit. Apalagi sebelum membuat roket air, ada workshop dari pelatih selaa sehari dilanjutkan praktik di lapangan.

“Ngga ada yang sulit, cuma kita harus bisa cermat menghitung ketika harus membuat sayap roket,” jelas Zahra dijumpai saat workshop Kompetisi Roket Air tingkat Nasional (KRAN) di ruang Marie Currie, PP IPTEK TMII, Sabtu (28/9/2019).

Senada juga dikemukakan Jonathan, siswa SMP PAX Ecclesia Bekasi. Ia mengaku untuk dapat membuat roket air yang bisa meluncur sempurna, harus menghitung cermat panjang dan lebar sayap. Karena sayap inilah yang menentukan keseimbangan roket saat meluncur di udara.

“Jadi belajar fisika, hukum keseimbangan. Ini sangat menantang dan menjadi hal mengasyikkan,” jelasnya.

Jonathan, siswa PAX Bekasi saat mengikuti workshop pembuatan roket air pada KRAN 2019.
Jonathan, siswa PAX Bekasi saat mengikuti workshop pembuatan roket air pada KRAN 2019.

Zahra dan Jonathan adalah dua siswa yang lolos dalam Kompetisi Roket Air tingkat regional yang digelar di 13 science center di seluruh Indonesia. Mereka bergabung bersama 140 siswa dari 16 kota di Indonesia untuk mengikuti kompetisi roket air tingkat Nasional (KRAN) 2019 yang digelar di PP IPTEK selama dua hari yakni 28-29 September 2019.

Masing-masing siswa membuat roket kompetisi sebanyak 2 buah. Roket air terbuat dari bahan botol plastik berkaborasi dengan jumlah masing-masing 2 buah botol yang dirakit menjadi satu bagian badan (body) roket. Badan roket selanjutnya dilengkapi dengan sirip roket yang terbuat dari bahan infraboard atau sterofoam tebal yang dipotong dengan bentuk seperti sirip roket pesawat ulang alik. Desain sirip roket bentuknya dapat bermacam-macam tergantung kreativitas para peserta.

Makin dikenal pelajar

Direktur PP IPTEK Kemenristekdikti M Syachrial Annas mengemukakan kegembiraannya bahwa kompetisi roket air makin dikenal dikalangan pelajar. Salah satu indikatornya adalah makin banyaknya jumlah pelajar yang mengikuti kompetisi roket air dari tahun ke tahun.

“Tahun ini dari 28 science center yang ada di Indonesia, 13 science center menggelar kompetisi roket air. Ini perkembangan yang baik,” jelas Syachrial.

Jika dalam satu science center diikuti antara 200 hingga 500 siswa, maka itu berarti jumlah pelajar yang mengikuti kompetisi roket air tingkat regional kurang lebih 5000-an pelajar. Dari jumlah tersebut, 10 terbaik masing-masing regional dikirim ke KRAN yang berlangsung di Jakarta.

“Ada yang mengirim lima siswa, ada yang 7 siswa. Maksimal satu regional 10 siswa. Jadi total KRAN 2019 diikuti 140 siswa yang merupakan hasil seleksi tingkat regional,” tambah Syachrial.

KRAN 2019 akan menyeleksi 6 siswa terbaik untuk dikirim ke kompetisi serupa tingkat internasional yang akan diselenggarakan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dalam kegiatan Asia Pasific Regional Space Agency Forum (APRSAF).

“Enam terbaik berkesempatan menjadi delegasi Indonesia dalam ajang International Water Rocket Competition di Jepang,” tambah Syachrial.

Direktur PP IPTEK Kemenristekdikti M Syachrial Annas
Direktur PP IPTEK Kemenristekdikti M Syachrial Annas

Indonesia sendiri pertama kali menyelenggarakan kompetisi roket air pada tahun 2006, sekaligus PP-IPTEK menjadi tuan rumah Kompetisi Roket Air Internasional (KRAI) dengan acara bertajuk 2nd Water Rocket Fun International bekerjasama dengan JAXA dan LAPAN.

Selain workshop dan kompetisi roket air bagi pelajar usia 12-16 tahun, PP-IPTEK tahun ini juga menggelar workshop bagi guru-guru dengan judul Gali Potensi: Guru Juga Bisa Meroket yang dibawakan oleh Erudio Indonesia. Pelatihan yang diikuti 130 peserta tersebut dikhususkan bagi guru pendamping KRAN untuk menggali potensi guru dalam membuat roket air sebagai media pembelajaran sains di sekolah.

KRAN untuk kenalkan PP-IPTEK

Menurut Syachrial, kompetisi roket air menjadi salah satu upaya mengenalkan dan mempublikasikan keberadaan wahana PP IPTEK yang berada dibawah kelola Kemenristekdikti. Wahana tersebut selama ini kurang dikenal masyarakat akibat keterbatasan publikasi maupun promosi.

Padahal PP IPTEK memiliki banyak sekali wahana iptek yang penting untuk menunjang proses belajar siswa.

“Kami memiliki 25 wahana dengan 400 alat peraga interaktif seperti science cinema dan science show. Semua bisa dimanfaatkan oleh siswa,” jelas Syachrial.

Salah satu wahana terbaru yang bisa dinikmati di PP IPTEK adalah wahana mind map. Ini adalah sejenis alat berteknologi super canggih yang bisa digerakkan dengan alam pikiran manusia.

Guru-guru pendamping KRAN 2019 mengikuti workshop tentang roket air
Guru-guru pendamping KRAN 2019 mengikuti workshop tentang roket air

“Jadi kayak sihir, kita bisa mengendalikan alat dengan alam pikiran kita. Dan ini sudah kita miliki,” tukas Syahrial.

Wahana lain yang baru saja diresmikan hasil kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah wahana ozon. Pelajar atau pengunjung bisa belajar benda-benda apa yang bisa merusak lapisan ozon bumi.

“Sebentar lagi kita akan membangun taman buah yang dilengkapi dengan pohong charging bertenaga solar sell atau tenaga matahari,” paparnya.

Menurut Syachrial, PP-IPTEK sebagai science center pertama di Indonesia dan salah satu wahana pembelajaran iptek bagi masyarakat khususnya generasi muda, memiliki peran strategis dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Itu sebabnya, promosi PP-IPTEK akan terus dimaksimalkan melalui berbagai kegiatan sehingga pelajar makin mengenal PP-IPTEK.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!