28.8 C
Jakarta

Mendikbud: Sejarah Konflik Tidak Perlu Ditutupi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Indonesia dibangun dengan sejarah yang penuh konflik. Tetapi sayangnya sejarah tidak membahas tuntas soal konflik yang pernah terjadi di Indonesia terutama pada zaman kerajaan.

“Mungkin karena kita ini orang timur sehingga tidak ada keberanian untuk mengungkapkan hal yang sebetulnya itu fakta sejarah tetapi dianggap tidak elok, tidak pantas kalau itu diungkap secara telanjang,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat memberikan pidato utama dalam seminar nasional mengenai Majapahit yang dilaksanakan di Museum Nasional, dalam siaran persnya Jumat (30/8/2019).

Padahal lanjut Mendikbud, menjadi tanggung jawab kita semua untuk mengungkap sejarah seobyektivitas mungkin.

Mendikbud mengambil contoh terkait sejarah Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang muncul pada abad 12 dengan rajanya bernama Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, merupakan kerajaan yang sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan lain karena wilayahnya yang sangat luas, perekonomian yang maju, dan armada yang kuat.

Menurut Mendikbud, keberadaan kerajaan Majapahit juga diwarnai dengan sejarah panjang mengenai konflik. Namun jarang sekali konflik-konflik tersebut dibahas secara tuntas karena enggan mengungkitnya.

“Konflik dalam sejarah kita tidak dikupas secara telanjang sehingga kita meneladani sejarah secara timpang karena kita tidak belajar dari bagaimana orang dulu berkonflik kemudian menyelesaikannya atau seandainya dulu tidak selesai, bagaimana kita kemudian mengambil sari sejarah itu kemudian kita mencari cara agar jangan sampai sejarah itu terulang,” jelasnya.

Akibatnya sampai sekarang tidak ada satu pun peninggalan yang bisa memastikan di mana letak kerajaan Majapahit, semuanya spekulasi. Kenapa? Menurut Mendikbud itu akibat konflik.

“Dulu kita punya tradisi “tumpas kelor” saat terjadi konflik. Tumpas kelor artinya begitu satu pihak dikalahkan maka akan dihabisi semua sampai ke peninggalan-peninggalannya. Saya kira kita harus belajar. Sejarawan perlu menggali sebenarnya konflik itu seperti apa, kalau memang dulu ada solusi maka bisa kita petik untuk membangun NKRI terutama dalam mengelola konflik, tapi kalau dulu tidak ada solusi maka kita bisa menghindari agar jangan sampai terulang lagi,” katanya.

Mendikbud menilai perlu pendalaman serius mengenai hal-hal negatif dalam perjalanan sejarah kita yang cenderung kita hitam-hitamkan padahal itu penting untuk dijadikan dasar untuk berkaca sehingga kita bisa membuat langkah yang positif.

Mendikbud mengingatkan, persatuan tidak mungkin akan tercipta di Indonesia jika bangsa Indonesia tidak memiliki kemampuan mengelola konflik dengan baik.

“Selama kita masih menerima keanekaragaman pasti namanya konflik adalah bagian di dalamnya. Masalahnya bagaimana kita mengelola konflik itu sehingga menjadi energi positif bukan energi destruktif yang kemudian memecah belah negara kita. Menurut saya sampai saat ini kita masih menanggung beban akibat dari solusi konflik fisik sisa-sisa bekas perjalanan sejarah ketika kita membangun NKRI. Ini juga tugas sejarawan untuk mencarikan solusi agar bagaimana bekas ini tidak terus-terusan berdampak pada generasi yang akan datang. Jangan lagi keterlukaan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya,” pungkas Mendikbud.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!