SOLO, MENARA62.COM – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Pengajian jelang UAS Semester Gasal, bertempat di Gedung Auditorium Moh. Djazman Kampus 1 UMS pada Selasa, (30/12).
Dekan FKIP UMS, Prof. Dr. Anam Sutopo, M.Hum., mengawali sambutannya dengan menafsirkan makna 2 jari tangan yang dijadikan sebagai simbol identitas FIKP.
“Ibu jari sebagai simbol apresiasi, komunikasi, dan leadership, sedangkan Jari telunjuk sebagai simbol kekuatan dan ketauhidan. kedua jari ini sebagai simbol FKIP dalam mengupayakan FKIP yang cakap, hebat, dan islami” terangnya, Selasa (30/12).
Anam juga menyampaikan program-program islami yang digagas oleh FKIP. ia menegaskan bahwa program islami tersebut sebagai bentuk ikhtiar untuk meningkatkan hubungan harmonis dengan Allah SWT.
“FKIP memiliki program islami yang telah digagas di setiap prodi, diantaranya yaitu, mengaji setiap jum’at, program tahsin setiap kamis, kajian subuh setiap sabtu, dan lain sebagainya yang menunjukkan FKIP UMS cakap, hebat, dan islami,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan informasi bahwa FKIP UMS menerima kuota 373 untuk PPG pra Jabatan, meliputi prodi PKN, PTI, Penjas, dan PGSD.
“Kuota tersebut menjadi kuota terbesar kedua di tingkat PTS,” pungkasnya.
Pengajian kali ini menghadirkan H. Wiwoho Aji Santoso, S.Pd., P.Ua., selaku Pendekar Utama Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Mengawali penyampaian tausiyah dengan menjelaskan Muhammadiyah adalah organisasi wasathiyah (pertengahan). Ia mengibaratkan muhammadiyah seperti wasit pertandingan.
“Keberadaan Muhammadiyah seperti wasit pertandingan, jika tidak ada wasit, maka pertandingan tidak bisa dimulai, namun jika ada kekurangan sedikit, maka akan permasalahkan. Hal ini menjadi hal yang wajar karena Muhammadiyah memposisikan diri sebagai organisasii wasathiyah,” paparnya.
Wiwoho menambahkan bahwa Muhammadiyah memiliki paham beragama yang sesuai dengan surat At-Tahrim ayat 6.
Beragama bagi muhammadiyah tidak hanya menyelamatkan diri sendiri dari siksa neraka, tapi menyelamatkan segala manusia yang ada di dunia ini,” tambahnya.
Selanjutnya Wiwoho mengajak audiens memperbanyak istighfar untuk meneladani amalan Rasulullah SAW, disisi lain juga agar mendapat ampunan dari Allah SWT atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Ia juga menekankan bahwa memperbanyak disini bukan berarti untuk mengejar kuantitas pelafadzan, tapi harus memahami esensi pelafadzan istighfar itu sendiri.
“Rasulullah seorang maksum saja masih melafadzkan istighfar lebih dari 70 kali dalam sehari, maka ini menjadi bahan refleksi bagi kita untuk meneladani hal tersebut. Namun, dalam beristighfar jangan terlalu mengejar kuantitasnya, tapi esensi dari pelafadzan istighfar harus dimaknai lebih dalam,” paparnya.
Lebih jauh, ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan shalat fardhu secara berjamaah dan tepat waktu, kata Rasulullah dalam haditsnya amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT salah satunya adalah shalat pada waktunya. ia juga mendefinisikan orang yang meninggalkan shalat pada waktunya itu ketika mengedepankan hawa nafsunya untuk hal yang tidak penting saat waktu shalat telah tiba.
Pemateri menyoroti bahwa Rasulullah sebagai anak yatim tidak menghilangkan rasa peduli terhadap anak yatim dan orang miskin, Rasul selalu memberikan sebagian hartanya untuk mensejahterakan mereka.
Rasulullah juga Dijuluki al-amin karena kejujuran, bahkan julukan tersebut telah disandarkan sebelum rasul menjadi seorang Nabi. Wiwoho menekankan bahwa kejujuran harus tertanam pada sanubari keluarga besar FKIP.
“Kejujuran itu harus tertanam pada diri kita semua, karena rasa jujur semakin terkikis pada zaman ini,” tegasnya.
Sebagai penutup, ia mengatakan bahwa warga Muhammadiyah sesuai dengan nama Muhammadiyah bermakna pengikut nabi muhammad, maka kita harus teladani segala amalan-amalan nabi muhammad untuk membuktikan islam rahmatan lil alamin. Ia juga berpesan kepada keluarga FKIP UMS untuk terus meningkatkan pendidikan yang lebih unggul dan berkualitas.
“Pendidikan merupakan urat nadi bangsa, untuk maju dan mengubah situasi, maka FKIP UMS harus mengupayakan calon-calon guru yang berkualitas untuk memajukan anak-anak bangsa,” tutupnya. (*)
