24.2 C
Jakarta

“Menggerakkan” Muhammadiyah adalah Amanah Persyarikatan

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Berbagai ide dan gagasan dari para ulama dan zuama Muhammadiyah yang termaktub di berbagai jenis, macam dan bentuk literasi. Dari sejak KH. Dahlan mempelopori hingga kini ada di era global, sumber utama yang dijadikan rujukan pun tidak lepas dan tidak keluar dari ayat-ayat suci 14 abad yang lalu. Rule model pada qudwah hasanah Rosulullah Muhammad SAW hingga kini masih relevan untuk dijadikan dasar dan nilai keislaman yang kaffah. Sosoknya yang inspiratif, sekalipun jasadnya sudah tiada namun catatan sikap dan perilakunya tidak hilang ditelan masa, hingga saat ini dalam catatan historinya tetap membuat semua umat muslim kagum, bangga, dan mengispirasi juga memotivasi generasi masa kini. Tak terbayangkan semasa beliau hidup, bagaimana umat saat itu terpengaruhi secara massal akan ide dan gagasan yang disampaikan sangat brilian sehingga umat berbondong-bondong menjadi pengikut dan berikrar dengan kalimat syahadatain.

Sama halnya pengikutnya, KH. Dahlan bersama keluarga besar persyarikatan yang menisbahkan pada sikap dan perilakunya kepada Nabi Muhammad SAW. Di antaranya Rosulullah senantiasa menggerakkan masyarakat Arab untuk berbuat kebajikan, pun sama Muhammadiyah harus tetap konsisten menggerakkan masyarakat untuk senantiasa berbuat kebajikan beramar ma’ruf nahi munkar dengan cara dan formulasi menggerakkan sesuai situasi dan kondisi zaman serta kebutuhan masyarakat. Muhammadiyah satu abad yang lalu bergerak nyata, namun belum menyeluruh pemaknaan gerakannya secara substansi. Seolah sudah merasa lebih dari cukup, padahal produktifitasnya masih berputar pada lingkaran terbatas. Saat ini bagaimana membuat formulasi gerakan yang mampu menggerakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat hingga ke pelosok desa dan kampung pedalaman yang dampaknya dapat mempengaruhi cara berpikir.

Secara subjektif, peranan Muhammadiyah dalam menggerakkan masyarakat sangat terbatas hal itu terlihat keberpihakan paham masyarakat umum dalam keberagamaan Islam masih mengganggap bahwa paham Muhammadiyah seolah-olah paham baru dalam Islam yang seakan-akan merusak keyakinan paham agama yang selama ini dianut kebanyakan muslim di Indonesia, bahkan para pekerja, pegawai, guru, dan dosen di institusi Muhammadiyah pun banyak yang belum paham kaifiyat ibadah mahdhah ( ta’abudi vertikal) dan ghair mahdhoh (ta’abudi bersifat horisontal). Seharusnya mereka menjadi bagian penggerak Muhammadiyah di tempat mereka di mana domisili tinggal, minimal memberi informasi bahwa paham Muhammadiyah tidak merusak keyakinan berislam dalam hidupnya. Hal tersebut setidaknya menunjukan kepada masyarakat kehadiran Muhammadiyah tidak mengancam eksistensi keberagamaannya, malah bila perlu menjadi qudwah hasanah yang dapat menginspirasi di tingkat komunitas lokal.

Kejadian atau peristiwa awal Ramadhan dan 1 Syawal selalu menjadi komoditas sosial politik yang membodohkan tak ubahnya perilaku orientalis yang berperan membela padahal memecah belah umat. Dan faktanya masyarakat pada umumnya terprovokasi, sehingga manakala mengikuti paham yang dianggap minoritas dan tidak fatsun pada pemerintah, menahan diri untuk tidak terbuka melaksanakan aktifitas ibadah, ada kekhawatiran dianggap “show up” mempertontonkan ke-Akuannya, padahal sebenarnya boleh-boleh saja, kenapa hal tersebut muncul dalam sikap warga dan simpatisan pada paham Muhammadiyah? Karena ada pihak-pihak yang memprovokasi dengan tuduhan paham Muhammadiyah wahabi bukan ahlusunnah waljamaah, juga terjadi regimentasi satu paham keislaman komunitas tertentu, bahkan ada yang mempersamakan dengan syi’ah. Akhirnya, karena umat Islam kebanyakan belum merata pemahaman berislam rasional, objektif dan moderat yang mencerahkan. Sehingga relatif mengalami kesulitan untuk maju dan kompetitif dalam membangun peradaban Islam di Indonesia.

Menggerakkan Muhammadiyah di era global dengan sistem dan manajemen terukur, gerak laju peningkatan kuantitas dan kualitasnya pun dapat diukur dan terukur. Harus dicatat, bahwa menggerakkan Muhammadiyah adalah amanah mulia yang menjadi tanggung jawab warga Muhammadiyah, baik yang mengabdi di amal usaha maupun aktivis lainnya. Apalagi pimpinan, tanggung jawabnya lebih besar dalam mengawal dan memperjuangkan Muhammadiyah untuk peradaban Islam yang memajukan bangsa dan negara. Naskah Risalah Islam Berkemajuan menjadi salah satu platform Muhammadiyah yang harus diaplikasikan dalam memuhammadiyahkan warga Muhammadiyah maupun simpatisan. Karena hakikatnya, paham Muhammadiyah adalah ajaran Islam yang memajukan dan mencerahkan umat, bangsa dan negara.

Amanah menggerakkan Muhammadiyah bukan semata-mata sekedar tercatat sebagai pimpinan, pengurus dan juga anggota aktivis, melainkan semua kader harus menggerakkan potensi kekuatan yang ada pada masing-masing diri anggota persyarikatan, maupun potensi sosial, ekonomi, politik, dan budaya bersifat taktis dan strategis. Menggerakkan sebuah kekuatan kolektif jamaah warga untuk menunaikan falsafah dalam semboyan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” melalui Muhammadiyah, menggerakkan menjadi makna yang menjadikan entitas Muhammadiyah memiliki eksistensi yang kuat dan membantu untuk menjaga dan memilihara persyarikatan dalam kontek tertentu. Amanah yang harus disadari, dalam kondisi apapun persyarikatan melalui aktivisnya harus menggerakkan yang mampu menyadarkan masyarakat lebih cerdas dan kritis.

Menggerakkan bukan sekedar bergerak, melainkan dapat membuat kekuatan berjamaah dalam mewujudkan khittah, cita-cita dan tujuan Muhammadiyah yang telah disusun sejak satu abad yang lalu. Amanah menggerakkan berarti memiliki tanggung jawab memutarkan roda organisasi induk dan ortom-ortomnya dan juga majelis dan lembaga yang dikukuhkan. Kekuatan kader dapat dihimpun dan diberikan ruang dan kesempatan mengaktualisasi diri sesuai potensi, minat dan bakatnya. Amanah persyarikatan bukan hanya pada pimpinan, melainkan juga kepada seluruh aktivis Muhammadiyah. Menggerakkan juga bukan pula hanya partisipan, melainkan menginisiasi lahirnya kepeloporan gerakan amar ma’ruf yang kreatif dan inovatif sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat yang pokok, prioritas dan mendesak. Pimpinan tidak boleh menunggu diajak, melainkan terus menginspirasi dan memotivasi dan selalu menginisiasi berbagai program taktis dan strategis demi mewujudkan Muhammadiyah memajukan dan berkeunggulan.

Harus disadari betul, saat bermuhammadiyah kondisi jiwa dan raga kita harus bersatu padu menjadi kekuatan positif dalam jasad diri kita. Pandangan keyakinan diri sebagai aktivis bukan sekedar memanfaatkan kartu anggota untuk diklaim sebagai bagian dari kelompok entitas besar yang hanya bertujuan untuk kepentingan sesaat bersifat politis-pragmatis. Melainkan memiliki tanggung jawab dan kesadaran untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia untuk terciptanya alam semesta rahmatan lila’alamin. Kesadaran akan amanah berjihad amar ma’ruf nahi munkar menjadi spirit perjuangan bermuhammdiyah di manapun dan kapanpun berkhidmat. Tetesan keringat dan aliran darah senantiasa menjadi saksi hidup saat menjalankan dan menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah di level manapun. Wallahu’alam.

Bandung, April 2023

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!