Penulis: Hari Naredi, M.Pd
(Ka. Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA)
JIKA manusia sadar akan kemanusiaannya maka manusia akan saling menjaga harkat dan martabat kemanusiaannya. Kehendak menjaga martabat kemanusiaan inilah yang akhirnya akan melahirkan suatu kesepahaman bersama dan pada akhirnya bersepakat untuk membetuk sebuah komunitas atas dasar saling memberi dan menerima segala perbedaan dan bersama menjaga dan membangun hekikat kemanusiaan.
Kehadiran sebuah bangsa yang sebenar-benarnya adalah wujud nyata dari kehendak kemanusiaan itu sendiri. Bangsa adalah wujud perdamaian, wujud keamanan, wujud kesentosaan. Warga bangsa yang sadar bahwa sebuah bangsa adalah manivestasi dirinya yang menginginkan kedamaian, keamanan dan kesentosaan maka mereka akan memilih yg terbaik dari yang baik, yang adil dan berkeadilan yang berkemanusiaan dan tentu yang berkarakter wujud nyata dari jiwa yang berketuhanan.
Rakyat akhirnya menyadari bahwa harus ada yang fokus untuk melayani cita-cita kemanusiaannya maka perwakilan adalan bentuk kakikat dalam dimensi rasional dan nyata harus ada dalam sosok pemimpin yang dipilihnya.
Sosok pemimpin yang kesehariannya tidak menyadari bahwa ia sedang memimpin tetapi sangat disadari oleh orang-orang yang berada di dekat maupun yang jauh darinya karena pancaran kemanusiaan muncul dalam sikap, sifat dan tingkah lakunya mampu mengayomi, melindungi dan memberikan rasa aman dan tentram lahir dan batin dirasakan banyak orang, Itulah pemimpin sejati yang akan didaulat oleh rakyat sebagai pemimpinnya.
Semoga saja akan hadir calon-calon pemimpin bangsa masa depan yang sanggup di rasakan oleh banyak orang, karena sejalan dengan hakikat dan kehendak kemanusiaan. Keimanan mewujud dalam kedamaian dan kesentosaan dalam ruang hidup dan berkehidupan.
Indonesia adalah bangsa yang besar maka pemimpinnya haruslah yang berjiwa besar, bijaksana dalam segala hal dan mampu memberikan inspirasi bagi rakyat untuk bersama mencapai cita-cita kemanusian yang sebenar-benarnya.