26.2 C
Jakarta

MENJAGA RINDU

Baca Juga:

Bonni Febrian
Bonni Febrianhttp://menara62.com
Belajar istiqomah dan lebih bermanfaat

Oleh :
Machnun Uzni, S.I.Kom

Sebenar-benar rasa cinta adalah ketika kerinduan itu tetap terjaga.
Seorang nenek lanjut usia mungkin tak lagi menarik di hadapan kakek. Tapi kakek dapat mengukur kadar cintanya dengan seberapa rindu ia ketika berpisah dengan sang nenek.
Demikian pula seorang kakek lansia yang sudah rapuh tak lagi bisa diandalkan nenek. Sang nenek tetap bisa mengukur kedalaman cintanya dengan seberapa rindu saat kakek harus pergi.

Cinta terbukti ada, jika kepergian (kematian) nenek ke alam baqa masih membuat kakek mengenang masa-masa bersamanya. Cinta itu masih murni, jika kepergian kakek ke hadirat-Nya masih membuat nenek membanggakannya, mengingat-ingatnya. Tetap ada keinginan untuk dipertemukan kembali. Ada rindu.

Lalu bagaimana dengan dirimu, pasangan di usia awal atau pertengahan yang dilanda kesibukan dan kepenatan setiap hari?

Hari-hari seperti memaksa untuk selalu dalam keterpisahan. Ada yang harus dikejar setiap hari. Ada yang harus dituntaskan dari pagi sampai petang. Hanya sedikit waktu untuk saling bertemu, di sisa-sisa tenaga.

Dok. Silaturahmi dakwah antar kabupaten di Sangkulirang Kutai Timur

Malam-malam terasa begitu singkat untuk bersama. Lalu pagi seperti datang tiba-tiba. Dan harus kembali berpisah. Apalagi ketika harus terpisah jarak dan waktu,

Di hari-hari yang selalu saling berjauhan, apakah Anda merindukannya? Tetap terhubung dalam hati dan memikirkannya?

Seberat rindumu saat berpisah adalah sedalam cintamu padanya. Maka mulailah merenung jika pada saat tertentu, atau hari-hari tertentu dirimu tak merindukan dia. Itu sedikit banyak menjadi ukuran seberapa terjaga hubunganmu dengannya.

Bagaimana dengan ramadhanmu yang tinggal menyisakan hitungan waktu?

Pasca Ramadhan kita harus bisa menyebar energi positif dalam membangun peradaban . Mulailah kita dari keluarga. Sungguh buah dari iman adalah taqwa dan buah taqwa adalah ahlakul karimah dan buah dari ahlakul karimah adalah persatuan perasaan.

Fenomena idul fitri yang boleh jadi menjadi ciri khas masyarakat kita adalah budaya mudik. Dua kali lebaran idul fitri kita akan merasakan hal yang sama, dilarang. Rindu kita terlarang untuk direalisasikan dengan pertemuan, berganti pertemuan dengan media teknologi saling bercakap tak bisa mendekap,

Ada tarikan untuk pulang di akhir Ramadan. sebagaimana kehidupan menuju kematian. Kampung kelahiran adalah tarikan kehidupan, untuk sekedar bernostalgia dengan kenangan atau menghapus peristiwa masa silam.
Pasti ada persaudaraan erat yang disambungkan. Ada persahabatan akrab yang dihubungkan ulang. Inilah tarikan kasih sayang, betapa sangat berharga saudara atau sahabat yang singgah dalam kehidupan.

Jarak dan uang tidak lagi menjadi sebuah penghalang. Kelelahan dan menguras isi tabungan berganti dengan kegembiraan manakala bersua dengan saudara dan kawan. Orangtua lega, tetangga kiri kanan menyapa dengan penuh kehangatan.

Rindu itu harus kembali kita tahan, agar pandemi covid terkendali dan tidak makin menyebar membawa derita berkepanjangan. Rindukan terus pertemuan, yang dengannya hadir kasih sayang. Tahan rindumu, saatnya tiba pasti bertemu.

Samarinda, 25 Ramadhan 1442 Hijiryah, 7 Mei 2021

 

*) Founder Sahabat Misykat Indonesia

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!