BURU – Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nila Moeloek lakukan kunjungan kerja ke Namlea, Kabupaten Buru, Jumat (11/5). Didampingi Sekretaris Jenderal Untung Suseno Sutarjo dan pelaksana tugas Gubernur Maluku Zeth Sahuburua ledatangan Menkes disambut oleh Bupati Buru Ramly I. Umasugi di Bandara Namniwel.
Menkes beserta rombongan langsung menuju Rumah Sakit Namlea sebagai RS pusat rujukan regional. Di sana Menkes meninjau setiap fasilitas seperti di antaranya kamar operasi, ruang pemulihan, IGD, dan ruang resusitasi.
Menkes meminta Direktur RS dr. Helmi Koharjaya untuk segera memaksimalkan fasilitas yang tidak berfungsi seperti Computerised Tomography (CT) Scan yang tidak berfungsi karena keterbatasan listrik. Selain itu Menkes pun meminta agar merenovasi ruangan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti ruang bedah yang seharusnya tidak terdapat jendela.
Dr. Helmi mengaku untuk memenuhi itu semua membutuhkan bantuan dana dari APBN dan APBD. Saat itu, pihaknya pun tengah mengupayakan bantuan kepada pemerintah daerah dan pusat.
RS Namlea memiliki 11 dokter spesialis dan 5 dokter umum, dan saat ini tengah dalam proses pembangunan RS baru yang ditargetkan selesai dalam lima tahun. Nantinya, RS Namlea yang saat ini ada rencananya akan dijadikan sekolah keperawatan.
Selanjutnya, Menkes meninjau tempat penyulingan minyak kayu putih binaan Puskesmas Namlea. Terdapat 12 tungku penyulingan dengan menggunakan peralatan tradisional.
Proses penyulingan dibutuhkan api yang cukup besar sehingga menimbulkan banyak asap di sekitar tungku. Menkes mengimbau para pekerja untuk menjaga kesehatan dan menggunakan masker untuk menghindari masalah pernapasan akibat asap.
Ke depannya, Menkes berharap penyulingan itu bisa menggunakan gas sehingga tidak menimbulkan banyak asap.
Tempat penyulingan minyak kayu putih binaan Puskesmas tersebut disahkan berdasarkan SK Kepala Puskesmas Namlea pada 2017 tentang penetapan penanggungjawab Usaha Kecil Menengah (UKM).
Terkait kesehatan lingkungan (Kesling), Direktur Kesling, Kemenkes dr. Imran Agus Nurali menilai ada tiga faktor yang harus diperhatikan di tempt penyulingan minyak kayu putih itu, yakni kualitas udara, penambahan tanaman penghasil oksigen di sekitar tungku, dan sanitasi.
Banyaknya asap yang dihasilkan menyebabkan kualitas udara menurun. Karenanya, Imran mendukung imbauan Menkes, ke depannya agar dapat menggunakan gas.
Imran mengatakan, akan lebih baik bila di sekitar tungku ditanami tanamah penghasil oksigen. Sementara terkait sanitasi, tidak menjadi masalah karena para pekerja tidak menetap di sana.