JAKARTA, MENARA62.COM – Dalam rangka meningkatkan perekonomian desa wisata di masa pandemi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong seluruh desa wisata yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk berpartisipasi dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Hal tersebut disampaikan Menparekraf saat melakukan kunjungan ke Desa Wisaya Pentingsari, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (5/6/2021).
“Hari ini kita melihat bahwa Desa Pentingsari sudah menjadi inspirasi, sudah menjadi satu semangat kita semua untuk kebangkitan ekonomi nasional dan ada beberapa kategori yang dilombakan di ajang ADWI ini, dan Desa Wisata Pentingsari kayanya sudah memenuhi seluruh aspek kategori. Selain itu, saya ingin mengajak kita semua untuk mendaftarkan desa yang ada di Kabupaten Sleman dan Provinsi DIY untuk ikutan Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021,” kata Menparekraf Sandiaga.
Turut mendampingi Menparekraf, Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf/Baparekraf Indra Ni Tua, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu, Ketua Desa Wisata Pentingsari Doto Yogantoro, Kepala Dinas Pariwisata Gunung Kidul Asti Wijayanti, Artis Ayu Dewi, dan Content Creator Analisa Widyaningrum.
Anugerah Desa Wisata Indonesi (ADWI) 2021 merupakan ajang untuk menjadikan desa wisata yang ada di Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Kegiatan ini sekaligus membangun motivasi bagi pengelola desa untuk mengembangkan dan menjadikan desa sebagai penggerak ekonomi dengan mengedepankan kearifan lokal.
Salah satu desa yang mampu menjadi motivasi bagi desa-desa lain yang ada di Provinsi DIY, yaitu Desa Wisata Pentingsari. Terletak di lereng Gunung Merapi, luas desa ini mencapai 103 hektare. Dulunya desa ini termasuk ke dalam desa termiskin di antara desa-desa yang ada di lereng Gunung Merapi. Namun, dengan semangat dan kegigihan yang kuat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, desa wisata ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Berbagai penghargaan bergengsi pun diraih oleh Desa Wisata Pentingsari, diantaranya Green Bronze Indonesian Sustainable Tourism Award (ISTA) dalam kategori ekonomi pada 2017, Juara II Festival Desa Wisata Kabupaten Sleman Yogyakarta Kategori Mandiri pada 2018, dan Desa Wisata Pentingsari masuk ke dalam 100 besar destinasi pariwisata berkelanjutan di dunia menurut Global Green Destinations Days (GGDD) pada 2019.
Atrakai wisata yang disuguhkan berbasis alam, seni budaya dan kreativitas, seperti menaiki mobil jeep ke Gunung Merapi, menyusuri sungai berbatu di Kali Kuning, belajar memainkan alat musik gamelan, membuat kreasi wayang dari rumput, membatik, menari, membuat kopi tradisional yaitu robusta hingga bercocok tanam. Aktivitas tersebut sangat lekat dengan suasana khas pedesaan.
“Pandemi COVID-19 memaksa kita untuk beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi. Dan keterampilan yang kita bangun hari ini adalah bagaimana teknologi dan protokol kesehatan memastikan bahwa Desa Pentingsari ini menjadi desa andalan dan unggulan untuk kebangkitan pariwisata kita dan tentunya ekonomi kreatif untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” ungkap Sandiaga.
Ketua Desa Wisata Pentingsari, Doto Yogantoro, menjelaskan bahwa untuk menikmati seluruh atraksi wisata di Desa Pentingsari, pihaknya menawarkan paket-paket wisata yang sudah termasuk dengan penginapan. Jumlah home stay di Desa Pentingsari pun cukup banyak, ada sekitar 60 home stay. Tamu yang datang ke desa wisata ini pun dibatasi. Dan bagi yang ingin menikmati kehidupan pedesaan harus melakukan reservasi terlebih dahulu.
“Karena kami basisnya orang desa, jadi kalau ada tamu kami siapkan dulu, sehingga ketika ada tamu datang, mereka bekerja hari ini, besoknya mereka melayani tamu. Dengan itu, jumlahnya hanya 3.000 tamu perbulan, jadi setahun hanya 25.000. Tapi pendapatan kami bisa mencapai Rp2,5 miliar pertahun sebelum pandemi,” jelas Doto.
Doto menjelaskan bawah segmentasi desa ini 80 persen anak sekolah, yang mayoritas berasal dari Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan.
“Jadi, mereka yang tidak pernah melihat tanaman padi, kita ajak mereka ke sawah, bagaimana susahnya para petani menanam padi sampai menjadi nasi, sehingga kalau makan nasi harus ingat perjuangan para petani. Kemudian mereka tinggal di desa sebagai orang desa, mengikuti keseharian masyarakat, seperti berkebun, bertani yang kita kemas dalam program live in. Sehingga, mereka belajar hidup sederhana, belajar tanggungjawab. Harapannya ketika wisatawan pulang, mereka bisa menghargai kehidupan orang desa,” katanya
Ia pun menuturkan salah satu aspek terpenting dalam menjadikan desa sebagai desa wisata yang berkelanjutan adalah budaya dengan kearifan lokalnya. Karena jika hanya mengandalkan objek tertentu, tanpa melibatkan budaya akan sangat sulit untuk bertahan.
Untuk ajang ADWI 2021 memiliki 7 kategori penilaian, yang terdiri dari kategori CHSE, konten kreatif, homestay, toilet, desa digital, suvenir, dan daya tarik wisata. Bagi desa wisata yang ingin mendaftar bisa langsung akses melalui www.jadesta.com/adwi2021 dengan waktu pendaftaran hingga 26 Juni 2021.