SURABAYA, MENARA62.COM–Angka kemiskinan perdesaan di Jawa Timur dari tahun ke tahun selalu berada di peringkat nomor satu se-Indonesia, kata Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa.
Menurut dia, tingginya angka kemiskinan perdesaan di Jatim itu karena para petani sudah banyak yang tidak lagi memiliki lahan sendiri.
“Sebagaian besar petani di Jatim adalah buruh tani dengan lahan kurang dari 0,3 hektar,” katanya saat menjadi pembicara dalam acara “Halaqah Kebangsaan” di Kantor Dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal Surabaya, yang berlangsung hingga Rabu (16/8/2017) dini hari, seperti dilansir Antara.
Itulah yang menurut Mensos membuat dari tahun ke tahun angka kemiskinan perdesaan di Jatim Istikamah tertinggi dan nomor satu se-Indonesia.
Mensos memaparkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut kenaikan garis kemiskinan Jatim di perdesaan selalu lebih tinggi dibanding perkotaan.
“Pada periode September 2014 hingga Maret 2015 tercatat garis kemiskinan di perdesaan Jatim naik sebesar 6,49 persen, sedangkan di perkotaan hanya naik 3,93 persen,” katanya.
Dia menambahkan sepanjang periode September 2016 hingga Maret 2017 penduduk miskin di Jatim hanya menurun 0,01 persen.
“Masalah lain yang menjadi tantangan bagi Jawa Timur adalah lebarnya jurang antara si kaya dan si miskin,” ujarnya.
Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jatim Mukayat Al Amin mengatakan, acara diskusi “Halaqah Kebangsaan” digelar dengan mengundang Mensos Khofifah memang untuk mendapat masukan terkait dinamika politik jelang Pemilihan Kepala Daerah Jatim 2018.
“Karena persoalan utama Jatim menurut kaca mata Pemuda Muhammadiyah adalah disparitas yang menyebabkan tingkat kemiskinan dan buta huruf di Jatim tinggi. Ke depan kami ingin membangun Jatim lebih berdaya dan unggul,” katanya.
Atas kenyataan itu, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jatim Prof. Dr. Zainuddin Maliki menilai Provinsi Jatim benar-benar membutuhkan sosok pemimpin yang bisa mengatasi ketimpangan ekonomi tersebut.
Menurut dia, tingginya kesenjangan ekonomi di Jatim terbukti dari 47 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim yang hanya ditopang oleh empat perkotaan, yaitu Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Kediri.
“Karena itu tugas pemimpin Jatim ke depan adalah memeratakan PDRB di semua kabupaten/kota di Jatim. Saya berharap majunya perekonomian Jatim jangan di tempat-tempat tertentu saja, melainkan harus di seluruh Jatim,” tuturnya.