MEDAN, MENARA62.COM– Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengapresiasi keberagaman di sekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM) Medan. Sekolah tersebut sejak awal didirikan berkomitmen menjadi lembaga pendidikan multikultural, terutama untuk kalangan ekonomi lemah.
“Yayasan ini saya apresiasi karena mempromosikan penghormatan terhadap keanekaragaman, kebhinekaan yang membawa pendidikan Indonesia berkarakter dan berjiwa besar sebagaimana jiwa Indonesia dengan besarnya kebhinekaan tersebut,” kata Nasir di acara HUT ke-30 YP SIM, Medan, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (26/8).
Menurut Nasir, YP SIM turut menyumbangkan generasi terpelajar untuk Indonesia yang berwawasan Pancasila. Yayasan pendidikan tersebut mampu mengelola keberagaman siswa sehingga mampu berprestasi sekaligus berbaur dengan harmonis dengan rekan-rekannya meski memiliki latar belakang suku, agama dan ras yang berbeda-beda.
Menyemai toleransi dalam keberagaman, kata dia, bisa dengan berbagai cara salah satunya lewat pendidikan. Jika keberagaman terus dirawat maka keutuhan Indonesia dapat terus dirawat.
Nasir mengatakan Indonesia harus konsisten dalam merawat keberagaman. Dia mencontohkan terdapat negara Afghanistan yang belum kunjung bisa menyemai toleransi dalam keberagaman. Akibatnya, terjadi keretakan di tengah masyarakat negara para Mullah tersebut.
“Di Afghanistan itu dulu hanya enam suku. Kemudian terjadi konflik dari dua suku dan sekarang Afghanistan terpecah kepada 40 suku,” kata dia.
Indonesia, kata dia, memiliki Pancasila sebagai pemersatu sehingga dalam banyak hal dapat merekatkan masyarakat yang memiliki latar belakang yang sangat beragam, termasuk suku-suku yang berbeda.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina YP SIM Sofyan Tan mengatakan di sekolah yang didirikanya itu berusaha mengakomodasi siswa yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Tidak ada perbedaan perlakuan baik mayoritas dan minoritas.
Di YP SIM, kata dia, juga memiliki fasilitas ibadah dari berbagai agama seperti masjid, gereja, pura dan vihara.
Yayasan tersebut berdiri pada 1987 dengan tujuan mengembangkan pendidikan bagi anak-anak yang tak mampu, dengan asas pembauran.
Siswa, kata dia, berasal dari bermacam latar belakang seperti anak-anak Tionghoa, Melayu, Batak, India dan lain-lain.
Dia mengatakan salah satu alasan mendirikan sekolah multi latar belakang adalah untuk menyemai Pancasila dalam pendidikan.
“Hubungan antaretnis dengan banyaknya orang miskin rentan digoda tindakan anarkis berdasarkan suku dan agama. Dengan pendidikan maka kami berupaya menghidupkan Pancasila dan mengangkat derajat orang yang tidak mampu sehingga berdaya,” kata dia.