JAKARTA, MENARA62.COM — Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sedang menuju era keemasan yang tahun ini akan menginjak usia 50 tahun. Anggota HIPMI di seluruh Indonesia akan tetap berjuang untuk membangun ekonomi Indonesia lebih baik lagi. Lantas, apa saja kontribusi 50 tahun HIPMI untuk Indonesia?
Sebagai organisasi independen nonpartisan yang bergerak di bidang perekonomian, HIPMI selalu berjuang membangun Indonesia dari sektor pertumbuhan ekonomi. Seperti halnya sekarang ini, HIPMI konsisten mengawal dunia usaha agar dapat terus tumbuh di masa pandemi Covid-19.
Dalam perjalanannya selama 50 tahun, HIPMI telah dipimpin pengusaha-pengusaha muda, hebat, dan sukses. Ketua Umum BPP HIPMI dari masa ke masa yaitu Abdul Latief (1972-1973), Siswono Yudo Husodo (1973-1977), Aburizal Bakrie (1977-1979), Pontjo Sutowo (1979-1983), Agung Laksono (1983-1986), Sharif Cicip Sutarjo (1986-1989), Bambang Riyadi Soegomo (1989-1992), Adi Putra Darmawan Tahir (1992-1995), Bambang Wiyogo Atmodarminto (1995-1998), Hariyadi Budisantoso Sukamdani (1998-2001), Muhammad Lutfi (2001-2005), Sandiaga Salahuddin Uno (2005-2008), Erwin Aksa Mahmud (2008-2011), Raja Sapta Oktohari (2011-2015), Bahlil Ladahalia (2015-2019), dan yang saat ini adalah Mardani H. Maming (2019-2022). Pengusaha-pengusaha muda tersebut beberapa di antaranya pernah menduduki jabatan sebagai menteri di kabinet pemerintahan Republik Indonesia dan ada juga yang pernah menjadi anggota DPR RI.
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI Mardani H. Maming membeberkan kontribusi 50 tahun HIPMI untuk Indonesia. Ia mengatakan, HIPMI selalu membekali kader-kadernya melalui pendidikan dan pelatihan, maka skill yang memadai dapat mendorong terwujudnya sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, berkualitas dan berdaya saing, serta melek teknologi dan informasi. Pendirian organisasi ini dilandasi semangat untuk menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda.
“HIPMI dibentuk sebagai wadah dunia usaha yang dapat menampung dan menghimpun aspirasi pengusaha muda Indonesia dimana mereka turut bertanggung jawab terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan nasional, serta turut mencari dan membentuk identitas pengusaha nasional baik sekarang maupun yang akan datang dalam proses akselerasi dan modernisasi. Pada saat itu, anggapan yang berkembang di masyarakat menempatkan kelompok pengusaha pada strata yang sangat rendah, sehingga sebagian besar anak muda terutama kalangan intelektual lebih memilih profesi lain seperti birokrat, TNI/Polri, dan lain sebagainya,” ujar Maming, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (25/5/2022).
Dalam perjalanannya sampai terjadinya krisis ekonomi pada 1998, HIPMI yang didirikan pada 10 Juni 1972 oleh Abdul Latief ini telah sukses mencetak kaderisasi wirausaha, dengan tampilnya tokoh-tokoh muda dalam percaturan dunia usaha nasional maupun internasional. Keadaan tersebut kemudian dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap profesi pengusaha pada posisi terhormat.
“HIPMI dilatarbelakangi oleh Konferensi KADIN ASEAN yang bertujuan agar kelak dapat sejajar
dengan pengusaha muda lainnya di tingkat Internasional. HIPMI terus melakukan usaha-usaha demi menggerakkan sektor perekonomian bangsa. Salah satu usaha HIPMI adalah ikut aktif dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). HIPMI membantu para pelaku UMKM dengan memberikan modal,” ucapnya.
Menurutnya, UMKM Indonesia masih sulit dalam permodalan karena kurang adanya jaminan yang dimiliki oleh pengusaha UMKM. Dampaknya, pihak perbankan sulit untuk memberikan kreditnya.
“Selain itu, kurang adanya dukungan dari pemerintah yang menjadikan UMKM sulit berkembang. Peran birokrasi sangat menentukan pengembangan usaha tersebut, apabila beberapa kendala tersebut dapat ditangani dengan baik, HIPMI yakin bahwa Indonesia akan mampu bersaing dengan India ataupun China,” ungkapnya.
Selain itu, HIPMI juga ikut serta memantau kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. HIPMI juga terus mencermati perkembangan situasi perekonomian Indonesia, dan memandang perlu menyikapi serta mengambil langkah-langkah strategis, tidak hanya untuk kepentingan organisasi, tetapi terlebih untuk perekonomian bangsa dan negara Indonesia.
“Dalam kurun waktu 50 tahun, pasti banyak melahirkan bukan saja entrepreneur-entrepreneur muda tapi juga melahirkan pemimpin-pemimpin muda, kami ingin membuktikan bahwa HIPMI adalah organisasi yang hebat dan siap menjadi pemimpin-pemimpin muda dan juga menjadi entrepreneur muda. HIPMI dilahirkan sebagai entrepreneur muda dan dipersiapkan menjadi pemimpin muda oleh pendiri-pendirinya. Para anggota HIPMI di 34 provinsi merupakan pemimpin-pemimpin masa depan di tingkat provinsinya masing-masing dari tingkat kabupaten bahkan tingkat nasional,” tuturnya.
Melalui HIPMI, tugasnya sebagai ketua umum adalah mempersiapkan entrepreneur muda di Indonesia. Jumlah pengusaha di Indonesia saat ini hanya 3,4 persen masih kurang untuk menjadi suatu negara maju yang butuh 12 hingga 14 persen.
“Saya berharap perjuangan itu bisa dilaksanakan dari tahun ke tahun, sehingga entrepreneur Indonesia bisa terus bertambah dan pada masanya Indonesia akan menjadi negara yang maju karena entrepreneur mudanya semakin banyak mencapai 10 hingga 14 persen. Dilandasi semangat untuk menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda, HIPMI akan terus berjuang tidak saja diharapkan menjadi pengusaha nasional yang tangguh, tetapi juga menjadi pengusaha yang berwawasan kebangsaan dan memiliki kepedulian terhadap tuntutan nurani rakyat. HIPMI ingin di era keemasan ini dapat diwujudkan seiring peran penting HIPMI membantu memutar roda perekonomian bangsa Indonesia agar bergerak maju dan semakin cepat,” imbuh CEO PT Maming Enam Sembilan Group yang membawahi 56 entitas anak perusahaan itu. (*)