Jakarta, Menara62.com – Masih dalam semangat bulan kemerdekaan, bangsa ini adalah bangsa besar yang banyak dilirik asing. Banyak paham yang masuk ke negara kita, termasuk paham ekonomi. Kapitalisme adalah salah satu paham yang populer dan banyak dianut oleh masyarakat.
Namun sistem kapitalisme hanya akan membuat masyarakat kecil tertindas dan tidak merdeka. Kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin akan semakin lebar. Pendiri bangsa Indonesia, Bung Karno dalam tulisanya berjudul Kapitalisme Bangsa Sendiri? yang dimuat Pikiran Rakyat pada 1932 mengatakan Kapitalisme mempunyai arah Verelendung yaitu menyebarkan kesengsaraan.
Menutup rangkaian Serial Ekonomi Kemerdekaan oleh Rabu Hijrah setiap Rabu dari 11-25 Agustus 2021, seri terakhir dari rangkaian webinar mengangkat tema “Merdeka Dari Kapitalisme”. Diselenggarakan pada Rabu, 25 Agustus 2021, melalui webinar ini Rabu Hijrah berharap masyarakat Indonesia mulai tersadarkan akan dampak buruk dari sistem kapitalisme dan beralih kepada sistem ekonomi syariah.
Hadir sebagai keynote speaker dalam webinar ini, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi dan Daya Saing Sekretariat Wapres RI, Ahmad Erani Yustika. Adapun Ketua Komite Kepemudaan PP-MES, Arief Rosyid Hasan dan Chairman Rabu Hijrah, Phirman Rezha hadir menyampaikan kata pembukaan. Narasumber dalam webinar kali ini adalah Ketua DPW IAEI DKI Jakarta, Rahmatinah Awaliah Kasri; Ketua Komunitas Masyarakat Pecinta Bank Syariah, Abu Muhammad Dwiono; Peneliti PUSIBAN Institute, Asrian Hendi Caya; serta Islamic Finance Specialist UNDP PBB, Greget Kalla Buana. Berperan sebagai moderator, Presnas FoSSEI 2020-2021, Rio Chaniado Anggara.
Saat menyampaikan keynote speech, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi dan Daya Saing Sekretariat Wapres RI, Ahmad Erani Yustika menyatakan bahwa kajian seputar ekonomi pembangunan selama ini masih didominasi oleh pandangan materialistik sehingga proses dan tujuannya menjadi reduksionis. Kajian-kajian ini seharusnya mengacu pada nilai-nilai Pancasila demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. “Dari perspektif materialistik, ekonomi dan agama tidak dapat disatukan. Sebaliknya, nilai keadilan dari perspektif ekonomi Islam selayaknya menjadi dasar dan pedoman dalam penerapan berbagai kegiatan ekonomi yang tujuannya adalah kesejahteraan bersama,” ungkapnya.
Ketua Komite Kepemudaan PP-MES, Arief Rosyid Hasan menyampaikan dalam sambutannya bahwa webinar dalam serial kemerdekaan ini digagas bersama untuk memikirkan bagaimana agar ekonomi dan keuangan nasional bisa benar-benar bertumbuh. Arief mengungkapkan, “Saat ini kita sangat berbahagia karena kinerja perbankan syariah jauh lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Ditambah lagi peringkat perbankan syariah Indonesia di tingkat global semakin meningkat. Di saat yang bersamaan, berbicara tentang kesenjangan sosial, Indonesia masih memiliki PR yang besar. Dengan adanya komitmen dari pemerintah di sektor ekonomi dan keuangan syariah, insya Allah, hal ini semakin hari bisa semakin kita perbaiki bersama.”
Membuka pemaparan pada webinar ini, Ketua DPW IAEI DKI Jakarta, Rahmatinah Awaliah Kasri mengatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan, penting untuk terlebih dahulu mengenal diri sendiri, tujuan hidup kita, dan apa yang membelenggu kita saat ini. Ini semua dapat kita gali menggunakan perspektif Islamic Worldview (cara pandang seorang Muslim yang mencakup aspek lahir dan batin berdasarkan realitas dan kebenaran). “Oleh sebab itu, untuk merdeka dari sebuah sistem ekonomi, kita perlu menerapkan ekonomi Islam sebagai konsekuensi dari Islamic Worldview tadi. Dalam perjalanannya, kita perlu terus mempelajari perbedaan sistem ekonomi Islam dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya agar kita benar-benar paham apa keunggulan dari sistem ekonomi Islam tersebut,” kata Rahmatinah lebih lanjut.
Senada dengan Rahmatinah, menurut Islamic Finance Specialist UNDP PBB, Greget Kalla Buana, ekonomi Islam dapat mengisi kekosongan yang tidak dapat diisi oleh sistem ekonomi lainnya. “Ekonomi dan keuangan Islam memiliki tiga sifat terhadap kapitalisme. Sifat yang pertama, kontradiktif dalam berbagai aspek. Yang kedua, ekonomi dan keuangan Islam bersifat responsif terhadap kapitalisme; artinya, hadir sebagai respon terhadap kapitalisme yang merajalela saat ini. Yang terakhir, ekonomi dan keuangan Islam bersifat kompetitif terhadap kapitalisme karena sesuai dengan syariat serta tetap menunjukkan kualitasnya,” ungkap Greget.
Dalam webinar ini, Ketua Komunitas Masyarakat Pecinta Bank Syariah, Abu Muhammad Dwiono dan Peneliti PUSIBAN Institute, Asrian Hendi Caya sepakat bahwa konsep merdeka dari kapitalisme harus diawali dengan hijrah, yaitu hijrah ke sistem ekonomi dan keuangan Islam. Langkah awalnya adalah dengan beralih ke lembaga keuangan dan lembaga usaha yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Dengan berakhirnya webinar Merdeka dari Kapitalisme, berakhir juga rangkaian Webinar Kemerdekaan Rabu Hijrah selama Agustus 2021. Namun demikian, perjuangan Rabu Hijrah bersama berbagai pihak lainnya dalam mengawal sistem ekonomi dan keuangan syariah tidak berakhir sampai di sini.