Dalam hitungan hari ke belakang, ada yang tidak biasa dalam liputan utama koran Kompas. Koran nomor wahid di Indonesia ini beberapa kali menurunkan berita Kawasan Bandung Utara (KBU). Bahkan headline bukan hanya dalam berita teks, tetapi juga foto halaman satu.
Sedangkan sudah tidak terhitung berapa edisi objek yang sama dimuat koran Pikiran Rakyat (PR). Sebagai media paling besar di Jawa Barat, isu KBU menjadi makanan yang tidak pernah mengenyangkan pihak-pihak yang kerjanya mengeksploitasi lingkungan.
KBU dalam liputan PR sudah dalam berbagai bentuk, foto, stright news, in depth news, termasuk feature. Seperti yang tidak bosan, PR terus dengan sabar mengkritik sekaligus mengingatkan bahayanya mengalihfungsikan kawasan resapan air tersebut.
Termasuk Radio PR-FM, turut serta menyoroti fenomena yang memalukan ini. Mulai dari masyarakat biasa hingga para pengambil kebijakan, diberi ruang untuk berbicara, apa dan bagaimana KBU hari ini dan ke depannya.
Ancaman
Namun yang jelas, masyarakat Bandung berada dalam ancaman nyata. Tidak usah dibincangkan kondisi gunung dan bukitnya sendiri. Dalam pandangan beberapa pakar, KBU tinggal menunggu hari. Bukan mendahului takdir, secara sederhana mudah ditebak, ancaman bencana ada di depan mata.
Anehnya, pemberitaan yang bertubi-tubi sejak dulu tentang KBU tidak menyurutkan alih fungsi tersebut. Selain menjadi kebun dan lahan garapan warga, KBU berubah menjadi hamparan beton baik perumahan mewah, vila, hotel, atau apartemen.
Ada upaya konsisten yang dilakukan ODesa untuk mengembalikan fungsi KBU. Setidaknya ODesa melakukan dua hal yaitu penyadaran kepada warga dan terus melakukan penghijauan disana. Walaupun kecil, aktivitas inspiratif ini seharusnya menyadarkan penguasa untuk melawan para pemodal dengan kekuasaannya yang diamanahkan masyarakat kepadanya.
Beberapa bulan lalu, sidang umum PBB di New York menurut laporan Karlina Amkas dari VOA yang disiarkan PR-FM, membahas isu tunggal yaitu lingkungan. Hebatnya, yang mendorong isu ini bukan orang-orang besar dan pejabat tinggi, tetapi kaum muda yang notabene millenial. Mereka memandang isu lingkungan sangat krusial karena menyangkut masa depan bumi, peradaban dan masa depan dirinya.
KBU, telah disuarakan oleh berbagai media terkemuka di negara ini, para orang tua yang peduli lingkungan pun sudah sering mengeluhkan dan mencoba untuk menghentikan proses eksploitasi. Tetapi KBU semakin hari semakin rusak. Jika Anda kebetulan melintas di fly over Kiara Condong, akan sangat mudah melihat pemandangan KBU yang memerah dan sebagiannya sudah menjadi bangunan.
Saya memandang, satu-satunya cara yang kini dibutuhkan untuk melakukan perubahan ada ditangan anak-anak muda atau milenial. Jika pada berbagai hal kaum millenial sudah mempeloporinya, kenapa pada isu lingkungan tidak bisa?
Dengan cara dan kreativitasnya sendiri, hampir tidak ada yang tidak mungkin bagi kaum millenial. Masalahnya, apakah mereka sudah menyadarinya terkait isu lingkungan ini? Atau justru turut menikmatinya sebagai objek wisata yang menawan dan romantis. Wallahu a’lam.
Penulis: Roni Tabroni/Pengurus MPI PP Muhammadiyah/tulisan dilansir situs kaderhijaumu.id.