YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, SMP Muhammadiyah 3 Depok dan Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Sultanah Asma Malaysia menjalin kerjasama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan momorandum of understanding dan dilanjutkan dengan seminar internasional ‘Benchmarking Education in Industrial Revolution 4.0’ di Aula Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (3/8/2019).
Dr M Habib Chirzin, Anggota Badan Pembina Harian (BPH) Mu’allimin dan Mu’allimaat Muhammadiyah mengatakan kerjasama ini diharapkan bisa memperkuat benchmarking, membangun jejaring dengan luar negeri, dan bertukar pengalaman. Tahun 1960, Mu’allimin Yogyakarta sudah mempunyai siswa dari Malaysia. Selanjutnya tahun 1970 Sabah dan Serawak berkembang. “Memajukan pendidikan adalah memajukan Indonesia,” kata Habib Chirzin.
Dijelaskan Habib Chirzin, madrasah ini merupakan akar dari pergerakan Muhammadiyah. Perserikatannya pun tersebar di seluruh pelosok negeri, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Penyebaran tersebut, katanya, tidak lepas dari peran kader-kadernya dalam membangun dunia pendidikan Indonesia. “Dalam membangun dunia pendidikan sendiri, madrasah ini menerapkan sistem yang terus diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman,” kata Habib Chirzin.
Pendidikan di Madrasah, ungkap Habib Chirzin, mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Perjalanan madrasah ini merupakan perjalanan dalam membangun peradaban yang kolektif. “Apa yang dilakukan Muallimin-Muallimat ini adalah membangun peradaban, membangun integritas, marwah dan kepribadian bangsa serta umat,” terang Habib Chirzin.
Sedang Ahmad Muhamad MAg dari Majelis Dikdasmen PWM DIY mengapresiasi kegiatan ini. Ia mengharapkan kegiatan ini bisa mengembangkan sekolah dan pendidikan Muhammadiyah. “Semoga melalui kegiatan ini bisa ada diskusi menarik, penting dan melahirkan gagasan yang brilian,” ungkap Ahmad Muhamad.
Seminar menampilkan pemateri Agustyani Ernawati, MPd (Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta), Hasanuddin, MPd (Kepala SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman) dan Puan Zurina binti Abdul Hamid (Pengetua SMK Sultanah Asma Malaysia).
Puan Zurina binti Abdul Hamid mengatakan, sekolah yang dipimpinnya selalu berprestasi tinggi. Puan Zurina yang jadi guru sejak 1989 menjelaskan benchmarking education in industrial revolution 4.0, pembelajaran abad ke-21 berasaskan STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics) dan karakter menghadapi revolusi industri 4.0.
“Kebanyakan negara maju menekankan sains, technology, engineering, mathematics atau STEM karena meliputi setiap aspek kehidupan masyarakat dan penyumbang kepada kemajuan ekonomi masa depan,” papar Puan Zurina binti Abdul Hamid, didampingi Syuraini binti Abd. Syukur dan Hazida binti Maimoon.
Sedang Hasanudin mengatakan di Kabupaten Sleman ada 25 SMP yang memiliki keragaman dan kontribusi positif dalam menghadapi millenial. Saat ini Indonesia baru mulai menuju masyarakat berbasis pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan isi pikiran manusia yang merupakan hasil proses usaha manusia untuk mengetahui sesuatu.
Menurut Hasanudin, tantangan generasi di era revolusi industri 4.0 menyebabkan lima juta jenis pekerjaan hilang. Diperkirakan, 65 persen anak yang masuk SD saat ini akan bekerja pada suatu pekerjaan yang benar-benar baru dan belum ada saat ini. “Pendidikan 4.0, harus selaras dengan tuntutan revolusi industri. Selain itu, mampu menyiapkan lulusan dengan baik,” kata Hasanudin.
Sementara Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Agustyani Ernawati, MPd, menguraikan boarding school as the solution for character building in facing industrial revolution 4.0 dan output generasi emas tahun 2045.Visi, misi dan tujuan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi pendidikan Muhammadiyah tingkat menengah yang unggul dan mampu menghasilkan kader ulama, pemimpin dan pendidik.
Menurut Agustyani Ernawati, Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta juga mengembangkan pendidikan Islam. “Guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang ilmu-ilmu dasar ke-Islaman, Iptek, seni dan budaya.
Tak kalah pentingnya mengembangkan pendidikan kader Muhammadiyah guna membangun kompetensi dan keunggulan siswi di bidang organisasi dan perjuangan Muhammadiyah,” ujarnya.