Kalau harga kedelai naik, maka biaya produksi dari para pembuat tempe dan tahu tentu akan meningkat.
Kalau biaya produksi mereka meningkat tentu harga jual mereka juga harus meningkat. Tapi kalau harga jualnya meningkat, maka daya beli masyarakat tentu akan menurun. Penurunan harga beli ini, dapat membuat keuntungan produsen dan pedagang tahu serta tempe tersebut akan menurun.
Itulah pandangan Buya Anwar Abbas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ketika menanggapi kemelut “tahu dan tempe” yang terjadi akhir-akhir ini.
Dan kalau hal ini yang terjadi, menurut Buya Anwar Abbas, tentu akan sangat berdampak atau berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan produsen dan pedagang tahu dan tempe. Implikasinya, berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, warga tidak lagi mampu membeli sesuai dengan kebutuhan pokoknya.
Oleh karena itu, menurutnya, dalam melihat masalah ini PP Muhammadiyah meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi persoalan ini. Tentu sambil berharap, agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat. “Jangan sampai, ada yang dirugikan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Buya Anwar mengingatkan, kalau ada pihak-pihak yang melakukan praktek tidak terpuji, dengan melakukan penimbunan dan atau melakukan spekulasi dalam masalah perkedelaian ini, maka Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas.
“Menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya,” ujarnya.