YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Di era disrupsi, Muhammadiyah tidak hanya bisa merespon secara reaktif saja, tetapi harus bisa melakukan transformasi digital. Sehingga Muhammadiyah bisa menjadi pelaku tranformasi digital dan di puncak prestasinya akan menjadi disruptor (pengubah keadaan).
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr Muchlas MT mengemukakan hal itu pada pembukaan Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah 2022 di Ruang Amphitarium Kampus IV UAD secara luring dan daring, Kamis (10/3/2022). Seminar yang mengusung tema “Media, Masyarakat, dan Dakwah Muhammadiyah.”
Seminar menghadirkan narasumber di antaranya Ismail Fahmi, PhD pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia; Dr Muchlas MT, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah; Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers Agus Sudibyo, Peneliti BRIN Wahyudi Akmaliah, Abdullah Sammy, Makroen Sanjaya M,Ses, Hikmawan Saefullah, PhD, dan Fahd Pahdefie, MA.
Lebih lanjut Muchlas mengatakan sebagai disruptor, Muhammadiyah harus banyak melakukan upaya agar bisa mengambil peran yang lebih signifikan dalam mempengaruhi pihak-pihak lain dalam segmen dakwah Muhammadiyah. “Sehingga dakwah Muhammadiyah di era digital semakin efektif,” kata Muchlas.
Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah yang mengangkat tema ‘Media, Masyarakat Digital, dan Dakwah Muhammadiyah‘ ini dinilainya relevan dengan kondisi terkini. “Persarikatan Muhammdiyah memiliki kewajiban, memiliki spirit untuk merespon disrupsi digital melalui upaya-upaya untuk menjadi disruptor digital dan memerankan diri di dalam transformasi,” kata Muchlas.
Selain itu, tambah Muchlas, seminar ini sangat diperlukan sebagai bahan atau masukan pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah yang akan dilaksanakan 18 November 2022 mendatang. “Semoga seminar ini menghasilkan bahan-bahan yang akan dibahas di Muktamar nanti,” harap Muchlas.
Sedang Ismail Fahmi mengatakan peran media sosial dalam mempengaruhi pandangan masyarakat semakin besar. Sedang keterwakilan Muhammadiyah di media sosial masih minim. Karena itu, Muhammadiyah sudah saatnya untuk mengambil peran yang lebih besar di media sosial.
Ismail Fahmi menyarankan agar Muhammadiyah lebih banyak membangun branding melalui influencer. “Hal itu bisa digali dari potensi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang aktif di Organisasi Otonom (Ortom),” katanya.