YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah terus memperkuat respons kemanusiaan terhadap bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak akhir November 2025. Bencana ini dipicu oleh Siklon Tropis Senyar yang berkembang dari bibit siklon 95B di Selat Malaka dan menyebabkan hujan ekstrem berkepanjangan di berbagai wilayah pesisir dan pegunungan Sumatera.
Berdasarkan laporan situasi hingga tanggal 5 Desember 2025, dampak bencana di tiga provinsi tersebut tergolong sangat luas. Tercatat sebanyak 836 jiwa meninggal dunia, 509 jiwa dinyatakan hilang dan masih dalam proses pencarian, serta 643.900 jiwa terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Sementara itu, total warga yang terdampak secara keseluruhan mencapai 3.300.000 jiwa. Data ini bersifat sementara dan masih terus diperbarui seiring proses pendataan di lapangan. Kerusakan juga terjadi pada infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, jaringan listrik, telekomunikasi, fasilitas pendidikan, dan layanan kesehatan.
Di Sumatera Barat, daerah yang terdampak paling parah meliputi kawasan Padang Panjang, Agam, Tanah Datar, dan Padang Pariaman. Jalur utama Padang–Bukittinggi melalui Lembah Anai putus total akibat longsor, sehingga distribusi logistik harus dialihkan melalui jalur alternatif. Di Aceh, sejumlah kabupaten seperti Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Timur mengalami banjir luas dan longsor yang menyebabkan beberapa kecamatan terisolasi total. Sementara itu, di Sumatera Utara, wilayah Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan Deli Serdang menjadi titik terdampak utama dengan kerusakan permukiman dan fasilitas umum yang cukup berat.
Selain dampak terhadap masyarakat, bencana ini juga menyebabkan kerusakan pada sejumlah Amal Usaha Muhammadiyah di ketiga provinsi, mulai dari tingkat ringan hingga rusak berat, baik pada satuan pendidikan, masjid, maupun fasilitas layanan sosial lainnya.
Dalam merespons kondisi tersebut, MDMC bersama jejaring Lazismu, rumah sakit Muhammadiyah–‘Aisyiyah, perguruan tinggi, serta berbagai elemen persyarikatan telah mengerahkan tim relawan ke tiga wilayah terdampak. Respons yang dilakukan meliputi asesmen kebutuhan, layanan kesehatan, pembukaan dapur umum, distribusi logistik, pelayanan psikososial, aksi pembersihan lingkungan, evakuasi, hingga pembangunan jembatan darurat di sejumlah titik yang terputus.
Di Sumatera Barat, respons difokuskan pada layanan kesehatan, dapur umum, distribusi logistik, pelayanan psikososial, serta aksi pembersihan lumpur dan material banjir. Di Sumatera Utara, tim Muhammadiyah melakukan layanan kesehatan, distribusi logistik, distribusi makanan siap saji, aksi pembersihan, dan pendampingan psikososial bagi penyintas. Sementara di Aceh, respons difokuskan pada distribusi logistik, evakuasi warga, serta operasional dapur umum di titik-titik pengungsian.
Hingga tanggal 5 Desember 2025, layanan kemanusiaan Muhammadiyah tercatat telah menjangkau 4.927 jiwa penerima manfaat melalui berbagai bentuk bantuan, mulai dari distribusi logistik, pelayanan kesehatan, makanan siap saji, layanan psikososial, hingga dukungan pembersihan fasilitas umum dan permukiman warga. Data ini masih bersifat sementara dan akan terus diperbarui seiring berjalannya proses pendataan serta perluasan jangkauan layanan di wilayah terdampak.
Untuk memperkuat respons berkelanjutan, MDMC juga mengatur skema dukungan lintas wilayah. Relawan dari Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta diperbantukan untuk memperkuat respons di Aceh, relawan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur mendukung wilayah Sumatera Utara, sementara relawan regional Sumatera seperti Lampung, Sumatera Selatan, Riau, dan Bengkulu memperkuat respons di Sumatera Barat. Seluruh pergerakan relawan berada dalam satu sistem koordinasi terpadu melalui pos koordinasi wilayah dan pos pelayanan di titik-titik pengungsian.
Saat ini, kebutuhan mendesak yang masih terus diupayakan pemenuhannya meliputi bantuan pangan pokok, perlengkapan kebersihan dan sanitasi, perlengkapan bayi dan keluarga, pakaian layak pakai, serta kebutuhan khusus bagi lansia. Selain itu, penguatan sumber daya manusia untuk layanan manajemen posko, data dan informasi, psikososial, logistik, pendidikan darurat, hunian sementara, dan layanan WASH juga terus dilakukan.
MDMC menegaskan bahwa respons Muhammadiyah terhadap bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera merupakan ikhtiar kolektif persyarikatan dalam menghadirkan pelayanan kemanusiaan yang terorganisir, profesional, dan berkelanjutan. Melalui sinergi lintas wilayah, pelibatan masyarakat secara inklusif, serta penguatan kapasitas lokal, Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mendampingi para penyintas hingga fase pemulihan.(*)
