MAGELANG, MENARA62.COM – Gunung Merapi kembali erupsi dengan mengeluarkan awan panas guguran pada Sabtu, 11 Maret 2023. Berdasarkan Laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) luncuran awan panas mengarah ke sungai Bebeng dan Krasak. Kedua sungai ini posisinya berada di Kabupaten Magelang.
Melihat perkembangan tersebut Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah atau yang dikenal sebagai Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) mengkoordinasikan potensinya untuk membantu masyarakat.
Naibul Umam, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah menyatakan bahwa sistem kesiapsiagaan relawan bersama masyarakat sudah dibangun cukup lama sejak naiknya status Gunung Merapi dari waspada ke siaga.
“MDMC Jawa Tengah dan DIY dari awal sudah memiliki perencanaan kesiapsiagaan sejak naiknya status Merapi menjadi siaga di tahun 2020 sampai sekarang. MDMC sudah membuka pos koordinasi dan pos pelayanan yang sampai sekarang masih buka. Artinya ketika ada kejadian erupsi baik itu erupsi freatik atau erupsi yang lebih besar sudah siap,” ungkap Umam pada Rabu (15/03/2023).
Menurut Umam, yang perlu diperhatikan adalah dampak luncuran awan panas sejauh 4 km dan juga munculnya abu vulkanik. “Kemarin anginnya mengarah ke kawasan desa-desa di kecamatan Dukun,” ungkap Umam. Terdapat empat Kecamatan yang terdampak sebaran abu vulkanik cukup berat yaitu kecamatan Sawangan, Dukun, Tegalrejo dan Candimulyo di Kabupaten Magelang.
“Ada 20.000 masker yang sudah diberikan ke masyarakat dari mulai Kecamatan Dukun, Kecamatan Sawangan, Tegalrejo dan Kecamatan Candimulyo sampai dengan di kota Magelang,” ujar Umam menyampaikan kegiatan respon darurat yang dilakukan relawan Muhammadiyah di lokasi.
Respon darurat yang lainnya adalah membagikan google atau kacamata safety kepada warga seperti petani yang sawah dan kebunnya berada di lereng Merapi.
Kebutuhan Petani dan Peternak.
Saat ini tim MDMC terus melakukan pemantauan pada pos pelayanan di Desa Dukun, Desa Sawangan serta pos koordinasi di Magelang. Dari hasil asesment relawan pada tanggal 11 dan 12 Maret 2023, sebaran abu vulkanik berdampak kepada kesehatan manusia juga ternyata berpengaruh kepada ternak. Persediaan rumput sebagai sumber pakan ternak mulai menipis karena banyak terkena abu vulkanik, sehingga tidak layak dikonsumsi.
“Alhamdulillah mulai tanggal 12 hingga hari ini sudah puluhan orang mengirim rumput untuk ternak sapi dan kambing di daerah-daerah yang terdampak,” ungkap Umam.
Selain dampak kepada peternak, ditemukan tim MDMC adanya dampak pada keberlanjutan hidup bagi petani di lereng Merapi. Karena banyak tanaman yang rusak karena abu vulkanik yang menempel di tanaman. Contohnya terjadi pada petani kembang kol yang harus memanen lebih cepat karena takut rusak dan ketika dijual hasilnya sangat tidak sesuai harga jual semestinya. Oleh karena itu yang mendesak dilakukan adalah solusi untuk membantu petani dan peternak di desa-desa terdampak tersebut. Komoditas pertanian warga yang terdampak itu adalah cabe, kembang kol dan tomat.
Menurut Umam, pemerintah daerah perlu segera melakukan upaya untuk mengatasi dampak tersebut di atas. Saat Gubernur Jawa Tengah meninjau Magelang beberapa hari lalu MDMC langsung memberikan rekomendasi program, termasuk untuk mengantisipasi meningkatnya masalah akibat datangnya musim kemarau. “Sekiranya nanti dalam waktu seminggu ini tidak turun hujan, pemerintah sebaiknya mengusahakan adanya hujan buatan untuk kawasan-kawasan yang terdampak abu vulkanik,” ungkap Umam.
Rekomendasi yang kedua adalah perlunya distribusi bantuan air karena beberapa daerah sudah mulai kesulitan air, baik air untuk kebutuhan harian maupun untuk membersihkan lingkungan sekitar dari debu.
Dampak Area Lain
Sementara itu MDMC juga menyiagakan relawan untuk daerah Klaten, Boyolali dan Sleman walaupun dampak erupsinya belum begitu serius. Salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk mengakses informasi dari sumber yang tepat seperti informasi dari BPPTKG.
Untuk daerah Boyolali ada beberapa desa yang di kawasan Tlogolele dan daerah Kecamatan Jrakah ada beberapa kawasan yang terdampak abu vulkanik. Tapi secara umum tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas harian masyarakat dan tidak terlalu dampak serius kepada pertanian dan peternakan.
Naibul Umam berpesan agar masyarakat tidak perlu risau harus terus diantisipasi dampak abu vulkanik. “Saran kami, warga yang keluar dari rumah pakai masker, lindungi mata kalau punya kacamata, pakai baju yang lengan panjang, agar abu vulkanik tidak terlalu berdampak pada kesehatan,” pungkasnya. (riz)