Makassar – Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan kembali menyelenggarakan acara pengajian umum di Masjid Subulussalam Al-Khoory Unismuh Makassar pada Kamis, 13 Juni 2024.
Pengajian yang mengangkat tema “Telaah Qurban dalam Perspektif Syari’ah, Ekonomi dan Sosial” ini dihadiri oleh Dr. Ir. Hikmah M. Ali, S.Pt., M.Si., APU, ASEAN.Eng sebagai pemateri pertama, dan Prof. H. Dr. Arifuddin Ahmad, M.Ag. sebagai pemateri kedua.
Dalam pelaksanaan acara pengajian umum ini, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan juga turut mengundang Anggota PWM Sulawesi Selatan, Pimpinan Majelis/Lembaga PWM Sulawesi Selatan, Pimpinan Ortom tingkat Wilayah Sulawesi Selatan, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Maros, Gowa, Takalar, Pangkep), serta Muballigh Muhammadiyah se-Kota Makassar.
Acara dibuka dengan bacaan ayat suci Al-Qur’an. Dilanjutkan dengan sambutan pengantar oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, yang dalam sambutannya berterima kasih kepada seluruh tamu undangan serta para hadirin dalam acara pengajian. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan memberikan apresiasi kepada pimpinan Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang konsisten melaksanakan pengajian bulanan.
Perspektif Sosial Ibadah Qurban
Pada sesi materi Sosialisasi Konsep Pesantren Ramah Anak, Upaya Darul Fallaah Unismuh Lindungi Hak Anak, Dr. Ir. Hikmah M. Ali, S.Pt., M.Si., APU, ASEAN.Eng. dalam ceramahnya menekankan pentingnya perspektif sosial dalam ibadah qurban. Menurutnya, qurban bukan hanya tentang pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif bagi lingkungan sosial.
“Salah satu keluhan yang banyak muncul di masjid dan sekitar masjid setelah Idul Qurban adalah bau yang muncul dari bekas pemotongan hewan qurban, yang kedua adalah sumur-sumur masyarakat yang tinggal di sekitar masjid biasanya masih menerima dampak sampai sebulan setelah Idul Qurban,” jelas Dr. Hikmah.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya memperhatikan pedoman pelaksanaan pemotongan hewan qurban yang berdampak pada lingkungan sosial. Salah satunya adalah dengan menampung dan memindahkan aliran darah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Perspektif Normatif-Teologis Ibadah Qurban
Sementara itu, di materi kedua yang dibawakan oleh Prof. H. Dr. Arifuddin Ahmad, M.Ag., pembahasan qurban ditinjau dari perspektif normatif-teologis. Ia menegaskan bahwa esensi qurban bukan terletak pada jumlah hewan yang dikorbankan, melainkan pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT.
“Bukan pada persoalan berapa nyawa, berapa helai rambut, berapa darah mengalir, serta berapa kilo daging, tapi persoalan ketakwaan kita kepada Allah, sebagai momentum untuk membuktikan bahwa betapapun kita manusia mencintai duniawi termasuk hewan sebagai bagian dari kekayaan, dan kita diuji atas ketaatan, maka perintah harus didahulukan,” tambah Prof. Arifuddin.
Antusiasme Peserta dan Sesi Tanya Jawab
Para tamu undangan dan hadirin dalam acara pengajian umum ini tampak sangat antusias mendengarkan ceramah dari kedua narasumber. Tidak sedikit dari para hadirin yang mengajukan pertanyaan pada sesi tanya jawab di akhir acara, menunjukkan minat dan keinginan untuk memperdalam pemahaman tentang qurban dari berbagai perspektif.
Laporan : Adilah Nugria S (Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Ma’had Al Birr, Fakultas Agama Islam, Unismuh Makassar)