Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir berharap, politik Islam kedepan dirancang menjadi kekuatan dan sekaligus berwatak tengahan.
“Muhammadiyah harus menawarkan rancangan yang konstruktif,” katanya.
Dalam bidang ekonomi, menurutnya, Muhammadiyah harus ikut memikirkan supaya umat tidak lagi dhuafa.
Dalam corak keislaman, Haedar memgingatkan supaya Islam Indonesia perlu diisi. Moderasi Islam perlu dibuktikan dalam ruang publik.
Pemilu
Dalam menyikapi hasil pemilu, menurut Haedar, Muhammadiyah harus menerima apapun hasil dengan lapang dada. Pada saat yang sama, Muhammaidyah juga harus siap bekerjasama dengan siapapun yang terpilih secara konstitusional. Muhammadiyah harus menjadi kekuatan yang berjiwa besar untuk menjadi jembatan bagi semua golongan. Peran ini tidak mudah, namun harus diusahakan.
“Sekali konflik terjadi, susah untuk merekatkan kembali keutuhan. Muhammadiyah perlu menjadi contoh dalam merekat kebersamaan. Kita tidak bisa berdakwah, jika negeri ini terpecah belah,” ujar Haedar.
Terakhir, Haedar mengajak para pimpinan untuk mematangkan dan mensosialisasi hasil resmi organisasi, terutama dalam konsep berbangsa dan bernegara. Tiga dokumen resmi Muhammadiyah perlu dipahami dan diterjemahkan ulang: Revitalisasi Karakter Bangsa, Negara Berkemajuan, dan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa al-Syahadah. Sebelumnya: 1, 2, 3 < 5