Buya Anwar Abbas mengungkapkan, dirinya tidak tahu akan berkata apa kepada teman-teman yang menyampaikan ucapan selamat atas terpilih dirinya sebagai salah seorang wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025.
“Umumnya mereka menyampaikan ucapan selamat dan suka cita atas terpilihnya saya sebagai wakil ketua umum. Tapi bagi saya pribadi hal itu secara psikologis terasa sebagai sesuatu yang membuat saya semakin merasa terbebani. Kenapa?” ujar Buya Anwar Abbas pada Menara62.com Jumat (27/11/2020) petang.
Menurutnya, jabatan itu adalah amanah dan kalau dirinya tidak bisa melaksanakannya berarti, ia merasa menggali lobang kejatuhan dirinya sendiri di mata Allah SWT.
“Apalagi MUI itu katanya adalah shodiqul hukumah yaitu teman dan atau mitra dari pemerintah. Sepanjang pengetahuan dan pengalaman saya, dalam hidup dan kehidupan yang saya lalui, teman yang baik itu adalah teman yang mendukung kalau saya berbuat benar, dan yang berani mengingatkan ketika saya salah,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Buya Anwa Abbas, dengan jabatan baru yang diemban saat ini, yaitu sebagai wakil ketua umum MUI, ada pertanyaan yang muncul. “Bisakah saya dan teman-teman saya di MUI mendukung pemerintah bila pemerintah itu benar, dan beranikah saya dengan teman-teman saya yang ada dalam kepengurusan MUI periode 2020-2025 ini, untuk mengingatkan pemerintah bila pemerintah itu salah,” ujarnya.
Untuk mendukung yang benar, menurut Buya Anwar, tidak ada masalah karena nyaris tidak ada resikonya. Tetapi, bila pemerintah itu salah karena menyimpang dari Pancasila dan Konstitusi, serta UU dan ketentuan yang ada, pertanyaannya beranikah dirinya dan teman-temannya di MUI, mengingatkan dan meluruskannya?
“Bila saya dan teman-teman saya tidak sanggup dan tidak berani melakukannya, maka pertanyaannya, untuk apa saya harus ada di MUI tersebut. Sementara umur saya sekarang ini sudah mendekati 66 tahun, dimana saya harus mempersiapkan diri untuk menghadapNya,” ujarnya.
Oleh karena itu, Buya Anwar Abbas mengatakan, kalau dirinya tidak bisa dan tidak berani melakukannya, serta tidak bisa berbuat sesuatu yang berarti dan bermakna bagi banyak orang, yaitu bagi umat dan bagi bangsa serta bagi negara ini, maka jabatan yang diemban sekarang ini, tidak ada guna.
“Artinya, sama sekali karena sebagai seorang Muslim, sesuai dengan ketentuan yang ada dalam agama Islam, saya harus bisa melakukan dakwah amar maruf nahi munkar,” ujarnya.
Lalu muncul pertanyaan, bisakah dirinya melakukan itu semua? Menurut Buya Anwar, tentu tidak mudah, karena ada sekitar 39 orang yang ada di dalam kepengurusan tersebut, yang bak kata pepatah, kepala sama berbulu tapi pikiran berlain-lain.
“Tapi akhirnya saya berfikir, kalau tugas suci dan mulia itu tidak bisa saya lakukan, untuk apa gunanya jabatan dan kedudukan tersebut saya emban terus, karena itu pasti hanya akan membuat saya semakin menderita dan sengsara, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat sana, dan saya tidak mau itu terjadi,” ujarnya.