SOLO, MENARA62.COM – Usianya baru 10 tahun, namun semangat dakwah dan keberanian berbicara di depan publik sudah terpancar dari diri Azka Rafha Al Ghiffari, siswa kelas 4 SD Muhammadiyah 24 Gajahan. Dalam ajang MAPSI (Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam) tingkat Kecamatan Pasarkliwon, Azka berhasil meraih Juara Harapan 3 Khitobah Putra dari sekitar 30 peserta.
Membawakan tema “Birrul Walidain” atau berbakti kepada orang tua, Azka tampil penuh percaya diri di hadapan dewan juri dan peserta lain. Dengan bahasa yang lugas namun menyentuh, ia mengingatkan pentingnya menghormati ayah dan ibu sebagai wujud ketaatan kepada Allah.
“Allah berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 23, ‘Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu menyembah Dia dan hendaklah berbuat baik kepada orang tua.’ Itu artinya perintah menghormati orang tua datang setelah perintah menyembah Allah. Luar biasa bukan?” ucap Azka lantang, disambut tepuk tangan hadirin.
Tak hanya menyampaikan dalil Al-Qur’an, Azka juga menuturkan perjuangan seorang ibu yang mengandung dan melahirkan, serta ayah yang bekerja keras mencari nafkah. Dengan kreatif, ia menyelipkan lagu dan pantun sederhana untuk menyentuh hati para pendengar. Bahkan, ia mengutip hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: “Rida Allah tergantung pada rida orang tua, murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
Prestasi ini menjadi bukti bahwa pendidikan agama di sekolah dasar tidak hanya berhenti pada teori, tetapi juga mengasah keberanian anak-anak untuk berdakwah sejak dini. Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 24 Gajahan menyampaikan rasa bangganya atas capaian Azka.
“Ini bukan sekadar juara, tetapi juga pembelajaran berharga bagi Azka dan teman-temannya. Kami bangga anak-anak sudah berani berdiri di depan umum, menyampaikan pesan moral yang mulia. Semoga pengalaman ini semakin menumbuhkan semangat dakwah mereka di masa depan,” ungkapnya.
Bagi Azka sendiri, pengalaman ikut lomba khitobah ini menjadi kenangan berharga. Meski belum meraih juara utama, ia telah menunjukkan bahwa usia muda bukan penghalang untuk menyampaikan kebenaran.
Di akhir ceramahnya, Azka menutup dengan pantun jenaka yang membuat suasana hangat:
“Beli panah di mana? Jangan lupa bawa uang. Jika saya salah, mohon maaf. Sampai jumpa di lain waktu.” (*)
