BINJAI, MENARA62.COM –Minggu (28/5/2017) Dewan Pimpinan MUI Binjai menggelar acara Muzakarah Ramadhan 1438 H/2017 M. Muzakarah bertema Puasa: Ilmu, Akhlak, Kesehatan, Wawasan dan Amal mengambil topik Khilafah. Acara yang digelar di halaman kantor MUI Binjai di sebelah mesjid Agung Binjai dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat.
Terlihat hadir Hizbut Tahir Indonesia (HTI) Binjai, PD Muhammadiyah kota Binjai, Pengurus Daerah Al washliyah Binjai, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Binjai dan lain-lain. Masing masing ormas dihadiri oleh ketua didampingi pengurus dan anggotanya serta tokoh masyarakat lainnya. Juga hadir Kapolres Binjai, AKBP M. Rindra Salipo SIK, MSI beserta rombongan termasuk M. Dahlan dari Kasat Binmas beserta anggota, BEM perguruan tinggi al Islahiyah. Pengurus HMI Binjai, FPI, DMI dan lain lain.
Acara yang dipandu oleh Syahrin Pasaribu MA, wakil bendahara MUI kota Binjai diawali pembacaan alquran oleh Muhammad Iqbal Syaiful SEI. Dr. H. M. Jamil MA Ketua MUI Binjai menyampaikan rasa gembiranya karena dihadiri oleh berbagai tokoh dan elemen masyarakat. Topik Khilafah yang dijadikan materi muzakarah memancing antusiasme masyarakat untuk menghadirinya.
Sebagai isu nasional, ketua MUI Binjai berharap dari Muzakarah ini lahir pandangan yang jelas perihal khilafah dan kekhalifahan yang diusung HTI. Beliau juga mengungkapkan pertemuan ini semata mata bertujuan memberikan informasi yang jelas dan terang perihal khilafah dan kekhalifahan. Beliau juga menyampaikan beberapa kegiatan berkenaan dengan Ramadhan seperti mengeluarkan edaran tentang pentingnya menumbuhkan kekhusukan beribadah di malam malam Ramadhan dengan tidak menghidupkan mercon, kembang api dan sejenisnya.
Sementara itu, Kapolres Binjai AKBP M. Rindra Salipo SIK, MSI dalam sambutannya antara lain mengucapkan terimakasih kepada MUI Binjai dan umat islam di Binjai yang telah membangun situasi dan kondisi yang kondusif di Binjai. Beliau juga mengajak umat islam supaya lebih memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan ini supaya bertambah kualitas kesalehan masing-masing, ujarnya. Irwan Said Batubara (ketua HTI Sumatera Utara) sebagai pemakalah pertama dalam pengantarnya mengatakan sampai saat ini HTI belum dibubarkan. Apa yang berkembang adalah wacana yang berasal dari pernyataan Menko Polhukam Wiranto. HTI lahir berlandaskan pada surat Ali Imran 104. Melihat keprihatinan di tengah masyarakat itulah HTI lahir, ujarnya.
Kehadiran khilafah dalam arti berlakunya hukum Islam dalam segala lini kehidupan masyarakat adalah suatu keniscayaan, ujarnya. Fatih Al Malawi (ketua Lajnah Tsaqofiyah HTI Sumatera Utara) sebagai pembicara kedua mengupas surat A Baqarah ayat 30. Mengutip berbagai tafsir, Beliau menjelaskan bahwa kehadiran khilafah untuk pemersatu, khususnya berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Khusus menyangkut perihal ibadah, tidak bisa disatukan. Tergantung pada mazhab masing masing umat. Khilafah adalah sebuah sistem yang ada sejak zaman Rasulullah sampai pada kekhalifahan di Turki yang diberangus oleh Kemal Attartuk bekerjasama dengan Inggris.
Dr. Azhari Akmal Tarigan MAg, dekan FKM UIN Medan sebagai pemateri ke 3 menganggap apa yang disampaikan 2 pembicara sebelumnya belum transparan. Apa yang menjadi keinginan HTI adalah keinginan masyarakat luas. Berlakunya hukum secara adil. Perekonomian yang merata dan lain sebagainya. Esensinya adalah bagaimana pandangan HTI terhadap pemerintahan NKRI, misalnya. Karena bagaimanapun pernyataan Wiranto perihal pembubaran HTI bukanlah tanpa sebab. Beliau menanggapi 2 pembicara sebelumnya yang sama sama dari HTI Sumatera Utara.
“Ide yang diusung HTI kita sepakati, cuma sistem untuk merealisasikan ide itu. Beliau juga lebih setuju tafsir Al Baqarah 30 yang dikupas oleh Abdul Qadir Jaelani,” ujarnya. Dalam sistem kekhalifahan paling tidak ada 3 hal yang harus diupayakan. Antara lain menterjemahkan sifat dan asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari.
Acara yang dimoderatori oleh Muslim Bachtiar MA mendapat sambutan antusias dari peserta yang hadir. Jumlah seratusan kursi tidak dapat menampung kehadiran peserta yang melebihi jumlah kursi. Dari 2 sesi tanya jawab yang disediakan, ada 8 orang yang berkesempatan untuk bertanya.
Dari berbagai penjelasan yang ada dan berkembang, cita cita HTI untuk mendirikan pemerintahan dengan sistem khilafah adalah mustahil. Dr. H. M. Jamil MA sepakat dengan Dr. Azhari Akmal Tarigan MAg bahwa tidak ada satupun dalil baik al Quran maupun sunah yang mendorong berdirinya sistem khilafah. “Sistem boleh khilafah atau mamlukiah atau jumhuriyah,” tegasnya. “Karena dalam berbagai bukti sejarah, tidak sedikit khalifah di sistem khilafah yang tidak sesuai dengan syariah Islam.” Hal ini telah beliau kupas dalam skripsi beliau dengan judul Hukum Mendirikan Negara Islam, Kritik Terhadap Konsep Khilafah yang ditulis Beliau tahun 1991 dan dibagikan secara cuma cuma kepada 100 peserta awal yang hadir.
Sebelum acara muzakarah berakhir ketua MUI Binjai sekali lagi mengucapkan terimakasih atas kehadiran semua peserta. MUI Langkat, Muhammadiyah, Al washliyah, NU, HTI, FPI, BEM, HMI, DMI, dan lain lain. Beliau juga mengundang semua yang hadir untuk kembali hadir dalam muzakarah ke 2, minggu depan dengan pembicara tokoh nasional, Tifatul Sembiring dengan topik kesalehan sosial. Acara muzakarah diakhiri dengan foto bersama pimpinan ormas dan ketua MUI serta pemateri. (Fuad Binjai)