JAKARTA, MENARA62.COM – National Battery Research Institute (NBRI) kembali menyelenggarakan Battery School, sebuah inisiatif dari NBRI untuk menjembatani dunia akademik, riset, dan industri melalui pelatihan baterai dan energi berkelanjutan. Mengambil tema “Standarisasi dan Performa Bateri Pada Kendaraan Listrik Roda Dua (2W-EV)”, kegiatan yang berlangsung 29–30 September 2025 di NBRI tersebut melibatkan peserta dari kalangan industry hingga guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Battery School ini merupakan program edukasi intensif yang dirancang untuk memperkenalkan konsep dasar hingga perkembangan terkini mengenai teknologi baterei, aplikasi dalam berbagai sektor, serta peran pentingnya dalam mendukung transisi menuju energi bersih.Program ini merupakan bagian dari program beasiswa kerjasama antara PT Pamerindo Indonesia dengan NBRI.
Founder NBRI Prof. Evvy Kartini, menjelaskan program ini tidak hanya memperkuat kapasitas individu, tetapi juga mendorong lahirnya talenta baru yang siap mendukung percepatan transisi energi di Indonesia. “NBRI adalah lembaga riset independen yang berkomitmen memperkuat ekosistem riset dan inovasi di bidang baterai serta energi berkelanjutan,” ujar Prof Evvy, Senin (29/9/2025).
Battery School diakui Prof Evvy menjadi salah satu inisiatif utama untuk menjembatani dunia akademik, riset, dan industri melalui pelatihan baterai dan energi berkelanjutan. Dengan memberikan pelatihan mendalam, Battery School berperan penting dalam memastikan bahwa pengetahuan tentang teknologi baterai tidak hanya dikuasai oleh kalangan riset, tetapi juga dipahami oleh praktisi pendidikan, industri, dan masyarakat luas.
“Perjalanan Battery School menggambarkan konsistensi NBRI dalam mendorong pengembangan sumber daya manusia di sektor energi berkelanjutan khususnya teknologi baterai,” katanya.
Lebih lanjut, Prof Evvy menjelaskan program Battery School kali ini menghadirkan para guru dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai peserta utamanya. Kehadiran guru ini sebagai tindak lanjut program beasiswa kerja sama Pamerindo-NBRI yang bertujuan memperkuat kapasitas pendidik vokasi agar dapat menularkan ilmu dan pengalaman barunya kepada siswa di sekolah masing-masing. Pemberian beasiswa program ini untuk sekitar 7-10 pengajar atau pendidik.
“Guru adalah ujung tombak pendidikan vokasi. Dengan membekali mereka pengetahuan terkini tentang teknologi baterai, kita tidak hanya meningkatkan kapasitas individu, tetapi juga menciptakan multiplier effect bagi generasi muda di sekolah-sekolah. Program ini menjadi bukti nyata bagaimana kerja sama antara riset, industri, dan pendidikan dapat menghadirkan solusi konkret bagi masa depan energi berkelanjutan Indonesia,” ujar Prof. Evvy Kartini.
Pengajaran dalam Program Battery School ini berlangsung selama dua hari. Peserta guru dicampur dengan peserta lain dari industri dalam satu kelasnya. Pemberian materi pengajaran berupa pengetahuan paling dasar mengenai baterei lithium, isinya, serta standar bagus tidaknya. Mereka tak hanya belajar teori saja tetapi juga diaplikasikan dengan melakukan praktik membuat baterei, dengan menggunakan fasilitas lab dan pengujiannya. Kemudian mereka juga harus mempresentasikannya. P
ada hari kedua diundang pembicara dari beberapa instansi terkait seperti dari departemen perhubungan yang akan memberikan pemahaman mengenai keamanan di jalan, sistem charging, dan sebagainya.
Pada kesempatan yang sama, Lia Indriasari Basyuni, Country Manager PT Pamerindo Indonesia mengatakanPamerindo sebagai exhibition organizer memiliki sektor yang berkaitan dengan baterei. “Kami ingin platform yang kami miliki ini tak hanya berpameran saja tetapi juga mempunyai program berkelanjutan. Kami ingin memberi sumbangsih dari sisi edukasinya dengan pemberdayaan human resources yang ada di Indonesia dalam hal ini terkait dengan sektor baterei dan energi,” Lia Indriasari.
Karena itu, pihaknya bekerja sama dengan NBRI yang memiliki platform battery institute, training, dan workshop terkait baterei. Harapannya, dengan ilmu-ilmu yang diberikan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Dampaknya ini tidak hanya dirasakan saat ini saja tetapi bisa berkepanjangan dan banyak pihak pula yang bisa mengambil manfaatnya.
Sejak pertama kali digelar tahun 2021, Battery School menjadi program unggulan NBRI dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang energi baru terbarukan, khususnya teknologi baterai. Hingga kini kegiatan Battery School telah melibatkan lebih dari 37 pelatihan dengan total lebih dari 918 peserta dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, peneliti, praktisi industry hingga pembuat kebijakan.
Tidak hanya itu, sekitar 236 entitas terkemuka juga telah berpartisipasi dalam program ini, mencerminkan kepercayaan dan relevansi Battery School di berbagai lapisan ekosistem baterai dan energi terbarukan.
Battery School juga akan dirangkaikan dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara NBRI dan sejumlah Kepala Sekolah SMK di wilayah Provinsi Banten yaitu dengan dukungan dari Skill Development Center (SDC) Provinsi Banten. MoU ini menjadi landasan kerja sama jangka panjang dalam memperkuat pendidikan vokasi berbasis teknologi energi.
Pendidikan vokasi memegang peranan penting dalam menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap masuk ke dunia industri. Dengan adanya pelatihan yang menyasar guru SMK, diharapkan akan tercipta efek berantai dalam peningkatan mutu pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih siap menghadapi kebutuhan kompetensi di sektor baterai dan kendaraan listrik.
Terkait tema, Lia Indriasari menyebutkan bahwa standardisasi dipandang penting karena menjadi kunci dalam menciptakan kompatibilitas (interoperabilitas), keamanan, efisiensi, dan daya saing industri baterai nasional. Dengan standar yang jelas, Indonesia dapat membangun industri kendaraan listrik roda dua yang lebih terintegrasi, kompetitif, dan berdaya guna bagi masyarakat.
Selain itu, penerapan aspek battery safety sesuai dengan SNI 8872 menjadi krusial untuk memastikan perlindungan pengguna, mencegah risiko kecelakaan, serta menjamin kualitas baterai yang beredar di pasar.
“Tanpa standar yang kuat, perkembangan kendaraan listrik akan berjalan parsial dan tidakberkelanjutan. Standarisasi memastikan setiap komponen dapat saling terhubung, aman digunakan, dan efisien dalam biaya maupun operasional. Ini juga menjadi fondasi penting bagi Indonesia untuk masuk dalam rantai pasok global dan membangun industri baterai yang mandiri sekaligus kompetitif,” tutup Lia Indriasari.

