32.8 C
Jakarta

Negara-negara OKI Hadapi Masalah Keterbatasan Vaksin

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menghadapi persoalan keterbatasan produksi vaksin. Padahal hampir semua Negara OKI menghadapi persoalan yang sama yakni masih tingginya prevalensi penyakit menular.

“Saat ini diperkirakan Negara-negara OKI, 45,6 persen kematian disebabkan oleh penyakit menular,” papar Menteri Kesehatan Nila F Moeloek saat membuka resmi pertemuan tehnis Negara OKI, Selasa (1/10/2019).

Akibat masih tingginya prevalensi penyakit menular, Negara-negara OKI menurut data tahun 2010-2011 juga mengalami kesulitan dalam mengurangi angka kematian ibu dan anak, menghadapi masalah kurang gizi dimana 36 persen anak-anak dibawah usia 6 tahun tergolong stunting dan 22 persen tergolong underweight.

Karena itu, Menkes memandang perlunya akses yang lebih baik terhadap obat-obatan, vaksin dan produk kesehatan lainnya termasuk produk bioteknologi bagi Negara-negara OKI. Semua komponen tersebut menjadi bagian penting dalam mencapai system kesehatan yang kuat.

“Saya ingin menyampaikan bahwa akses terhadap vaksin mencakup upaya substantive dalam mempertahankan kualitas vaksin terbaik untuk diberikan kepada pasien, komunitas dan masyarakat,” lanjut Menkes.

Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan manajemen rantai dingin yang memenuhi syarat serta penataan distribusi dan layanan vaksin di setiap titik fasilitas kesehatan yang efektif dan efisien. Sampai tahun 2018, penyediaan rantai dingin sudah tersedia di 90 persen puskesmas  dan diharapkan pada 2019 ini semua Puskesmas sudah menggunakan rantai dingin yang terstandar dan berfungsi baik.

Sebagai salah satu Negara anggota OKI yang memiliki kapasitas produksi vaksin dan produk bioteknologi, Indonesia kata Menkes mengemban amanah untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas sesama Negara anggota dalam pemenuhan kebutuhan vaksin dan memastikan bahwa vaksin yang sampai ke masyarakat memberikan hasil terbaik untuk peningkatan kesehatan.

Lebih lanjut Menkes mengatakan bahwa perjalanan Indonesia sebagai center of excellence sendiri sudah dimulai sejak 2011. Setelah melalui dua kali sidang Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Kesehatan OKI dan berbagai upaya lainnya. Indonesia akhirnya dotetapkan sebagai center of excellence pada 2017 dan secara resmi diluncurkan pada 2018.

Berdasarkan pengalaman Indonesia dalam menjaga rantai dingin vaksin, Indonesia dengan senag hati berbagi pengalaman tersebut pada sesi pertemuan tehnis Negara OKI.

“Saya ingin menegaskan kembali komitmen Indonesia bahwa sebagai OIC Center of Excellence on Vaccines and Biotechnology Product, Indonesia akan terus mendukung Negara-negara anggota OKI dalam upaya memerangi wabah dan prevalensi tinggi dari berbagai penyakit menular,” tutp Menkes.

Pertemuan tehnis Negara anggota OKI yang berlangsung 3 hari tersebut diikuti utusan dari 14 negara anggota OKI.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!