Dalam firman Allah Swt. surah Al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya : ”Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.”, bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam.
Dengan demikian, nilai-nilai ajaran Islam mestilah dikomunikasikan, dikabarkan, atau didakwahkan kepada semua lapisan masyarakat dimanapun dan dalam kondisi yang bagaimanapun. Sebab jika tidak demikian, maka Islam akan sampai kepada kalangan terbatas saja.
Sebagai dakwah rahmatan lil’ alamin, merupakan upaya mengajak manusia ke jalan Allah dengan semangat dasar hikmah dan bijaksana, dengan cara berpegang teguh dengan al Quran dan mengikuti jalan hidup Nabi. Pada tujuan akhirnya, dakwah Islam itu adalah dimana setiap umat manusia memeroleh berkah kehidupan di dunia dengan rezeki yang cukup, serta mendapatkan kemuliaan di akhirat nanti, atau sejahtera jasmani dan rohani, selamat dunia dan akhirat.
Per definisi, dakwah berasal dari kata kerja “da’a-yad’u”, yang secara boleh dimaknai sebagai panggilan, seruan atau ajakan. Dalam konteks ini, dakwah berarti upaya yang dilakukan bersifat mengajak dan memanggil orang untuk senantiasa taat kepada Allah SWT, sesuai dengan tuntuan ajaran agama Islam yakni Al Qur’an dan Hadits. Mereka yang melakukan kegiatan dakwah disebut dai (juru dakwah, penceramah, komunitator), sementara mereka yang menjadi obyek dakwah disebut mad’u, pendengar, khalayak, atau komunikan.
Merujuk pada penjelasan Al-Quran dalam surah Ali Imran ayat 104 yang artinya: ”Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Berdasarkan ayat, ini kewajiban berdakwah ada pada setiap Muslim, sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi tidak boleh ada seorang yang beragama Islam, mengatakan bahwa dia tidak wajib berdakwah.
Harus Berdakwah
Semua orang Islam harus berdakwah, karena ini jelas dalam firman Allah tersebut di atas. Hal ini pula mengindikasikan bahwa setiap aktivitas hidup umat Islam, seharusnya tetap dalam konteks dakwah, memberikan nilai-nilai dan ajakan kepada orang lain agar dapat melaksanakan kebaikan-kebaikan yang didakwahkan. Dengan demikian, mereka yang menulis status yang berisi kebaikan-kebaikan, berita gembira, maupun informasi kemasyarakatan dalam media sosial, boleh jadi telah berperan sebagai juru dakwah. Jadi jangan hanya dianggap sebagai riya’, sombong atau angkuh semata.
Tentu dalam melaksanakan kewajiban berdakwah ini dilakukan sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bentuk dan corak dakwah, tidaklah sama. Antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, memiliki pola dan strategi yang mungkin berbeda. Perbedaan dalam melaksanakan dakwah, tidak mesti menjadi perdebatan yang berkepanjangan. Yang paling pokok adalah saling memahami dan toleransi antar sesama umat Islam yang menjalankan misi dakwah yang menjadi kewajibannya ini.
Dakwah dalam Sepakbola
Indra Safri, adalah salah seorang pelatih sepakbola dalam kurun satu dekade terakhir ini di Indonesia yang cukup berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Dia bersama dengan pemainnya pernah menjuarai Piala AFF U-19 tahun 2013 dan juara Piala AFF U-22 tahun 2019. Nilai-nilai dakwah yang dibawakan oleh Indra Safri adalah ketika para pemainnya yang beragama Islam mencetak gol dan ketika meraih kemenangan, maka mereka akan melaksanakan sujud syukur.
Misalnya, ketika Riski Sani, mencetak gol ke gawang Thailand dalam final piala AFF U-22 bulan Februari 2019 lalu, dia melakukan selebrasi dengan sujud syukur. Terus terang, sempat merindung bulu romaku ketika melihat dia sujud syukur. Bukan hanya karena dia mencetak gol untuk menyamakan kedudukan, tetapi dalam pandangan saya, apa yang dilakukan anak buah Indra Safri tersebut adalah upaya menanamkan nilai-nilai dakwah dalam sepakbola.
Sama halnya ketika beberapa pemain Liga Inggris seperti Mohamed Saleh dan Sadio Mane dari Liverpool mencetak gol, mereka akan melakukan selebrasi sujud syukur.
Selebrasi sujud syukur teranyar dalam sepakbolah adalah ketika kesebelasan Aljazair meraih kemenangan dengan mengalahkan kesebelasan Senegal dalam pertandingan piala Afrika minggu lalu di Mesir. Setelah wasit meniup peluit panjang yang menandakan Riyad Mahrez dan kawan-kawan sebagai juara, melakukan selebrasi sujud syukur.
Sujud syukur adalah amalan sunah sujud yang dilakukan oleh seorang muslim ketika dia mendapatkan nikmat yang besar atau selamat dari bencana. Sujud syukur adalah simbol keyakinan seorang Muslim akan kekuasaan Allah SWT, yang hanya dilakukan oleh orang Islam. Bahwa nikmat yang dia peroleh, atau selamatnya dia dari bencana, bukanlah karena kekuatan atau kepandainnya, melainkan karunia Allah SWT. yang sangat besar bagi dirinya, orang lain, maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam hal ini, ketika seorang pemain sepakabola melakukan sujud syukur, kemudian difoto, direkam dengan video, maupun langsung terlihat dalam siaran langsung televisi. Hal ini dipublikasikan ditonton oleh ratusan juta pasang mata di seluruh dunia, melihat salah satu cara terbaik orang Islam dalam mengungkapkan kegembiraannya. Di sinilah, seorang Muslim yang sujud syukur, sudah masuk dalam kategori berdakwah.
Dakwahnya adalah menjadi contoh bagaimana seharusnya seorang Muslim bersyukur atas karunia Allah SWT kepadanya. Jika kita perhatikan dengan kebanyakan orang lain yang memeroleh kemenangan, tidak dengan cara melaksanakan sujud syukur. Mungkin dia akan pergi ke warung kopi atau restoran dengan teman-temannya, ngobrol hingga dini hari lalu lupa salat subuh. Atau melaksanakan pesta ulang tahun ketujuh belas dengan mengundang artis di rumahnya, berjoget, nyanyi, bahkan ada yang minum-minuman keras. Ataukah anak-anak sekolah yang sudah lulus ujian, kemudian mencorat-coret bajunya, naik motor keliling kota dengan baju norak dan tidak pakai helm, baik lelaki maupun perempuan. Padahal dalam konteks Islam, sejatinya kegembiraan tidak diungkapkan dengan cara yang seperti ini.
Penulis: Haidir Fitra Siagian, Keiraveille, Ahad (21/7/2019)