#4. Dari Mana Memulai
Kahlil Gibran, seniman terkenal asal Timur Tengah, yang buku sastra Arab modern karyanya diterbitkan dan terkenal di Amerika Serikat (AS). The Prophet yang terbit pada 1923 menjadi karya yang membuat dia terkenal di berbagai penjuru dunia beberapa dekade berikutnya. Dia perah berujar, bahwa anak kita “bukan” milik kita, anak kita milik jamannya. Artinya, tantangan anak kita berbeda dengan jaman orang tuanya. Lebih keras. Statemen Kahlil Gibran ini tentu mengajarkan kepada kita untuk mendidik anak lebih keras, sesuai jamannya.
Rohman pagi itu sudah asyik dengan motornya. Mencuci, lap, semprot, pasang lampu, lepas yang lain. Begitu saja, muter-muter. Kesukaan barunya? Mungkin iya. Soal motor barunya. Selain HP, Rohman punya kegemaran baru terhadap motor. Aku atau kami belikan motor second, sebenarnya dilematis. Karena antar jemput sekolah setiap hari ternyata capek juga. Jarak 23 KM setiap pagi dan siang membuat pinggang panas, pegel.
“Motor tapi second ya Mas?” aku memberikan pilihan. Belikan motor tapi tidak baru.
“Tapi aku yang milih, Pak,”
“Boleh, tapi gak boleh yang aneh-aneh dan yang penting lagi harga terjangkau,” jawabku. Tanpa harus memerinci berapa beban bea yang harus disiapkan per bulan untuk belanja harian. Inginnya anak tidak usah terlalu direcoki dengan urusan keluarga, terlebih hal keuangan.
Seminggu aman. Masih nampak tertib dan lihat itu nyaman. Semua asesori masih terpasang ditempatnya. Namun tidak lebih dari sepuluh hari, pulang sekolah aku dikagetkan dengan suara knalpot brong…Pikirku awal milik teman sekolah Rohman. Setelah aku lihat, knalpot motornya juga sudah diganti. Bukan yang standar aslinya. Namun hasil modif, atau pinjam temannya, aku belum menanyakan. Khawatir baru pulang sekolah, capek kalau aku hujani pertanyaan yang sifatnya menghakimi. Aku tahan. Habis Isya nanti aku ingin cari tahu jawab kenapa knalpotnya sudah mulai diganti. Satu lagi plat nomor depan juga dilepas. Uh, gigi geraham ini sudah berderit-derit. Tanganku tidak terasa mengepal kuat. Terutama yang kanan. Untuk memuntahkan emosi, sambil membaca taawudz aku tinju pohon pisang barat rumah. Buk-buk..Akupun mengaduh. Meringis kesakitan. (bersambung )